Rabu, 09 Desember 2009

Sifat Al-Nur (Pemberi Sinar Petunjuk) Allah Swt

Ayat 258 Surah Al Baqarah menerangkan sifat Al Nur Allah Swt sebagai berikut:
اللّٰهُ وَلِىُّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا يُخْرِجُهُمْ مِّنَ الظُّلُمٰتِ اِلَى النُّوْرِ‌ ؕ وَالَّذِيْنَ كَفَرُوْۤا اَوْلِيٰٓــُٔهُمُ الطَّاغُوْتُ يُخْرِجُوْنَهُمْ مِّنَ النُّوْرِ اِلَى الظُّلُمٰتِ‌ؕ اُولٰٓٮِٕكَ اَصْحٰبُ النَّارِ‌‌ۚ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ
yang terjemahannya, ‘'Allah itu Sahabat orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya. Sedangkan orang-orang kafir, sahabat mereka itu adalah orang-orang sesat yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan. Mereka adalah penghuni Api, mereka tinggal lama di dalamnya.’ (2:258)
Menurut Kamus Bahasa Arab, al-Nur adalah salah satu sifat Allah, yang berkat keberadaan-Nya, keadaan manusia yang sebelumnya 'buta' dapat menjadi melihat; dan mereka yang tadinya sesat menjadi memperoleh petunjuk hidayah berkat karunia-Nya. Dan berkat keberadaan-Nya itulah segala sesuatu menjadi ada. Wujud-Nya berada disebabkan diri-Nya sendiri; lalu membuat segala sesuatu menjadi bukti akan keberadaan-Nya.

Selasa, 01 Desember 2009

Sifat Al Wali-V (Sahabat, Penolong) Allah Swt

Berdasarkan keterangan beberapa ayat Al Quran; yakni betapa Allah Swt mewujudkan sifat Sahabat dan Maula (Pelindung) bagi hamba-Nya; maka begitupun sebaliknya manusia seharusnya menjadi wali atau sahabat Allah yang sejati. Sudah barang tentu, derajat tertinggi sebagai Waliullah ini dikaruniakan kepada Rasulullah Saw, sebagaimana firman Allah ini,
نَحْنُ اَوْلِيٰٓـؤُکُمْ فِىْ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَفِىْ الْاٰخِرَةِۚ وَلَـكُمْ فِيْهَا مَا تَشْتَهِىْۤ اَنْفُسُكُمْ وَلَـكُمْ فِيْهَا مَا تَدَّعُوْنَؕ‏
Kami adalah Sahabat Penolong-mu dalam kehidupan dunia dan Akhirat. Dan bagi kamu di dalamnya apa yang didambakan oleh rohanimu dan juga segala apa yang kamu minta.’ (Surah 41/Ha Mim Sajdah, ayat 32).

Selasa, 10 November 2009

Khairul Ummah

Dalam Surah Al Imran:111,
كُنتُمۡ خَيۡرَ أُمَّةٍ أُخۡرِجَتۡ لِلنَّاسِ تَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَتَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنڪَرِ وَتُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ‌ۗ وَلَوۡ ءَامَنَ أَهۡلُ ٱلۡڪِتَـٰبِ لَكَانَ خَيۡaرً۬ا لَّهُم‌ۚ مِّنۡهُمُ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ وَأَڪۡثَرُهُمُ ٱلۡفَـٰسِقُونَ

Kamu adalah umat terbaik, yang dibangkitkan demi kebaikan umat manusia, kamu menyuruh berbuat kebaikan dan melarang berbuat keburukan, dan beriman kepada Allah. Dan, sekiranya Ahlikitab beriman, niscaya akan lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka orang-orang fasik.’ (3:111).
Ayat ini mengingatkan kita tentang keutamaan dan tujuan menjadi seorang Muslim. Tak diragukan lagi, menjadi seorang Muslim sungguh patut disyukuri; yakni, beriman kepada Rasulullah Saw dan kepada Syariat yang terakhir lagi sempurna; sebagaimana yang Allah Taala telah nyatakan,
إِنَّا نَحۡنُ نَزَّلۡنَا ٱلذِّكۡرَ وَإِنَّا لَهُ ۥ لَحَـٰفِظُونَ
Sesungguhnya, Kami Yang telah menurunkan Peringatan Al Quran ini, dan sesungguhnya kami baginya adalah Pemelihara.’ (15:10).

Kamis, 22 Oktober 2009

Di Balik Bencana Alam

Tanda dari langit:
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal” [Ali Imran:190]

Peringatan Tuhan:

“Kami tidaklah mengutus seseorang nabipun kepada sesuatu negeri, lalu penduduknya mendustakan nabi itu, melainkan Kami timpakan kepada penduduknya kesempitan dan penderitaan supaya mereka tunduk dengan merendahkan diri.

……, maka Kami timpakan siksaan atas mereka dengan sekonyong-konyong sedang mereka tidak menyadarinya.

Kamis, 17 September 2009

“Hikmah Nuzulul Quran”

Dalam Surah Al Baqarah: 186, sebagai bagian awal dari Khutbah Jumah :
Terjamahan ayat tersebut adalah sebagai berikut:
شَہۡرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلۡقُرۡءَانُ هُدً۬ى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَـٰتٍ۬ مِّنَ ٱلۡهُدَىٰ وَٱلۡفُرۡقَانِ‌ۚ فَمَن شَہِدَ مِنكُمُ ٱلشَّہۡرَ فَلۡيَصُمۡهُ‌ۖ وَمَن ڪَانَ مَرِيضًا أَوۡ عَلَىٰ سَفَرٍ۬ فَعِدَّةٌ۬ مِّنۡ أَيَّامٍ أُخَرَ‌ۗ يُرِيدُ ٱللَّهُ بِڪُمُ ٱلۡيُسۡرَ وَلَا يُرِيدُ بِڪُمُ ٱلۡعُسۡرَ وَلِتُڪۡمِلُواْ ٱلۡعِدَّةَ وَلِتُڪَبِّرُواْ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَٮٰكُمۡ وَلَعَلَّڪُمۡ تَشۡكُرُونَ
‘Bulan Ramadan ialah bulan yang di dalamnya Al Qur’an diturunkan sebagai petunjuk bagi manusia dan keterangan-keterangan yang nyata mengenai petunjuk dan Furqan. Maka, barangsiapa di antaramu hadir di bulan ini hendaklah ia berpuasa di dalamnya. Tetapi barangsiapa sakit atau dalam perjalanan, maka hendaklah berpuasa sebanyak bilangan itu pada hari-hari lain. Allah menghendaki keringanan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu, dan Dia menghendaki supaya kamu menyempurnakan bilangan itu dan supaya kamu mengagungkan Allah, karena Dia memberi petunjuk kepadamu dan supaya kamu bersyukur.’ (2:186).

Selasa, 01 September 2009

Hikmah Bulan Suci Ramadan 1430-H

Dalam Surah Al Baqarah:187,
وَاِ فَلْيَسْتَجِيْبُوْا لِىْ وَلْيُؤْمِنُوْا بِىْ لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ‏ذَا سَاَلَـكَ عِبَادِىْ عَنِّىْ فَاِنِّىْ قَرِيْبٌؕ اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ اِذَا دَعَانِ
yang terjemahannya sebagai berikut, ‘Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepada engkau tentang Aku, katakanlah: Sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan doa orang yang memohon apabila ia bedoa kepada-Ku. Maka hendaklah mereka menyambut seruan-Ku dan beriman kepada-Ku supaya mereka mendapat petunjuk.’ (2:187)

Rabu, 12 Agustus 2009

Benarkah, INDONESIA merupakan HABITAT yang subur untuk para TERORIST?

Kelihatannya sih demikian; itulah sebabnya Boss-boss Terorist-terorist yang orang Malaysia itu mengapa mereka tidak berjihad di Malaysia atau Singapore yang menjadi jiran dekatnya saja, lalu memilih "berjihad" dan melakukan pengeboman di Jakarta - Jawa, Bali, Sulawesi, Maluku dll.

Itulah tugas MUI dan DEPAG, yang seharusnya membina dan mengayomi semua aliran keagamaan dan aliran kepercayaan yang ada dan hidup di Negara RI, termasuk yang dinamakan golongan minoritasnya, agar dapat hidup bersama, berdampingan dalam masyarakat yang Bhinneka Tunggal Ika, untuk saling hormat-menghormati bilamana ada keperbedaannya, selama mereka ini, masing-masing tidak mengganggu atau merugikan pihak yang lainnya dengan cara melanggar hukum dan undang-undang yang berlaku. Adalah tidak seyogianya bagi MUI untuk membuat fatwa-fatwa yang dapat meresahkan hati orang-orang, yang membuat orang-orang dari aliran apa pun atau golongan Mainstream merasa sudah menjadi orang yang paling benar, sehingga merasa diperbolehkan untuk berjihad melawan golongan minoritas yang tidak mereka sukai; karena dalam soal keimanan dan kepercayaan itu hanyalah Allah SWT. yang paling mengetahui. Hanya Tuhan-lah yang mengetahui hati, keimanan dari seorang manusia ……… Maka janganlah Ulama, kiyai dan ustadz membuat masyarakat bangsa Indonesia ini menjadi HABITAT yang subur bagi para terrorist yang mengatasnamakan agama atau sesuatu aliran agama.

Dan untuk membuat para perusuh dan para terrorist itu kapok dan jera, maka pihak aparat Kepolisian, Kejaksaan dan aparat Pemerintahan jangan sekali-sekali memberi hati dan mentolerir kepada para perusuh dan para pembuat onar kerusakan, pembakaran dan tindakan yang merugikan masyarakat. Aparat di Malaysia dan Singapore nampaknya selalu mengambil tindakan tegas kepada para pembuat onar dan kerusuhan atau pengrusakan, itulah sebabnya terrorist ini tidak dapat berkembang dengan subur di Negara jiran di sana.

Oleh karena itu, ulama, kiyai, ustadz dan aparat yang tidak bekerja sesuai aturan dan kondisi yang tepat, dapat dikatakan menjadikan bangsa ini sebagai lahan habitat yang subur bagi para terrorist, bahkan bukan tidak mungkin, jika ada yang menuduh, jangan-jangan oknum dimaksud ini memang sudah termasuk dalam jaringan terrorist itu sendiri!

Tambahan lagi, dengan susahnya hidup dan keberhidupan di Indonesia, maksudnya ialah bahwa dengan sulitnya mencari pekerjaan di si ini, dan sudah dapat kerjaan pun gajinya tidak memadai untuk memenuhi biaya hidup; sudah bekerja keras dan sampai harus pulang malam hari pun masih juga tidak memadai, ditambah dengan biaya transportasi yang dirasakan tinggi dibanding dengan income, yah karena harga BBM dan listrik serta biaya pendidikan anak-anak pun tidak juga murah (gratis), itulah yang menambah-menambah jumlah terrorist di sini; mereka siap berjihad dan bunuh diri, karena merasa frustasi dengan keadaan yang mereka hadapi. Itulah mengapa Republik ini menjadi habitat yang subur bagi para terorist yang mengatasnamakan jihad; hal yang begitu tidak nampak secara menyolok di Negara jiran Malaysia, apalagi Singapore. Inilah tugas para Menteri-menteri RI terkait untuk bekerja lebih keras lagi dalam membuat Negara dan Bangsa ini makmur dan sejahtera.

Semoga Allah Maha Kuasa menolong dan melindungi Negara dan Bangsa Indonesia; insya Allah.



Mersela, 10 Agustus 2009.

Minggu, 12 Juli 2009

Berapakah Usia Hdr. Aisyah r.a.?

Latar belakang; Persoalan yang dimunculkan:

Tentang Pernikahan Nabi Muhammad dengan Siti Aisyah, seorang teman Kristen suatu kali bertanya ke saya, ”Apakah Anda akan menikahkan saudara perempuan-mu yang berumur 7 tahun dengan seorang tua berumur 50 tahun?” Saya terdiam. Dia melanjutkan, ”Jika anda tidak akan melakukannya, bagaimana bisa anda menyetujui pernikahan gadis polos berumur 7 tahun, Aisyah, dengan Nabi anda?” Saya katakan padanya,” Saya tidak punya jawaban untuk pertanyaan anda pada saat ini.” Teman saya tersenyum dan meninggalkan saya dengan guncangan dalam batin saya akan agama saya. Kebanyakan Muslim menjawab bahwa pernikahan seperti itu bisa diterima masyarakat pada saat itu. Jika tidak, orang-orang akan merasa keberatan dengan pernikahan Nabi saw dengan Aisyah.

Dasar Riwayat / Hadits:

Sebagian besar riwayat yang menceritakan hal ini yang tercetak dalam hadist yang semuanya diriwayatkan hanya oleh Hisham ibn `Urwah, yang mencatat atas otoritas dari Bapaknya, Yang mana seharusnya minimal 2 atau 3 orang harus mencatat hadist serupa juga. Adalah aneh bahwa tak ada seorangpun yang di Medinah, dimana Hisham ibn `Urwah tinggal, sampai usia 71 tahun baru menceritakan hal ini, disamping kenyataan adanya banyak murid-murid di Medinah termasuk yang kesohor Malik ibn Anas, tidak menceritakan hal ini. Asal dari riwayat ini adalah dari orang-orang Iraq, dimana Hisham tinggal disana dan pindah dari Medinah ke Iraq pada usia tua.

Tehzibu’l-Tehzib, salah satu buku yang cukup terkenal yang berisi catatan para periwayat hadist, menurut Yaqub ibn Shaibah mencatat : ”Hisham sangat bisa dipercaya, riwayatnya dapat diterima, kecuali apa-apa yang dia ceritakan setelah pindah ke Iraq ” (Tehzi’bu’l-tehzi’b, Ibn Hajar Al-`asqala’ni, Dar Ihya al-turath al-Islami, 15th century. Vol 11, p.50).


KRONOLOGI:

(Angka Tahun terutama yang sebelumnya Hijriah bisa berselisih satu tahun, terutama dikarenakan pada saat itu belum ada referensi, sejak dari kapan Tahun itu dimulainya. Yang biasa mereka ingat adalah Bulan Qomariyahnya dan tanggalnya, karena bisa dilihat dari perkembangan bulan di langit)



570 Masehi – Tahun Gajah, ketika Abraha Asyram – Raja Muda Yaman, wakil Negus, Raja Kristen Abbessinia datang ke Mekkah dengan pasukannya yang berjumlah 20.000 orang dengan membawa beberapa ekor Gajah, berniat hendak menghancurkan Ka’bah, yang tidak berhasil, karena lasykarnya diserang wabah bisul cacar yang mematikan ketika mereka sudah tiba di pinggiran Kota Mekkah dan memanggil Abdul Muththalib untuk berunding (Tafsir Surah Al Fiil).


~569 M Abdul Muththalib (kakek Muhammad, lahir tahun 497 M) ) waktu itu sudah hampir 70 tahun;

Usia anaknya, Abdullah bin Abdul Muththalib 24 tahun (lahir tahun 545 M) dan dikawinkan dengan Aminah bt Wahab bin abdul Manaf bin Zuhra – Pemimpin Suku Zuhra.

Tidak lama kemudian, Abdullah berangkat berdagang ke Suria meninggalkan istrinya (Aminah) yang sedang hamil.

570 M (20 April?)– Nabi Muhammad s.a.w. dilahirkan pada tanggal 12 Rabiul Awwal tahun Qamariyah, yang tahunnya tidak ada catatan persisnya, karena saat itu belum ada dasar referensinya mulai dari mana/kapan (Inilah yang menjadi persoalannya).

595 M Muhammad (usia 25 tahun) menikah dengan Khadijah (janda, 40 tahun).

Pra-610 M: Masa Jahiliyah (pra-Islamic era) sebelum turun wahyu.

610 M: Nubuwwah - Turun wahyu pertama di Gua Hira (Senin 21 Ramadhan, 10 Agustus 610 M).

Umur Nabi Muhammad saw. waktu itu 40 tahun, 6 bulan 12 hari (Th. Qomariah), atau 39 tahun, 3 bulan dan 20 hari berdasarkan Tahun Syamsiyah (Masehi).

610 M Abu Bakr bin Abi Quhafa masuk Islam; setelah Khadijah, Ali bin Abu Talib dan Zaid bin Haritha.

Diriwayatkan istri-istri Sayyidina Abu Bakar r.a., ada yang dinikahi ketika di zaman jahiliyah dan ada yang di masa Islam. Keempat anaknya, yaitu Abdullah, Asma`, Abdurrahman dan Aisyah r.a., dilahirkan oleh dua istrinya yang dia nikahi pada masa jahiliyah, yaitu Qatilah bintu Abdul Uzza dan Ummu Rumman (sebelum 610 M). Dan setelah Islam, Sayyidina Abu Bakar r.a. menikah dengan Asma` binti Umais.

Menurut Ibn Hajar, “Fatimah dilahirkan ketika Ka`bah dibangun kembali, ketika Nabi saw berusia 35 tahun. Umur Fatimah 5 tahun lebih tua dari Aisyah ” (Al-isabah fi tamyizi’l-sahabah, Ibn Hajar al-Asqalani, Vol. 4, p. 377, Maktabatu’l-Riyadh al-haditha, al-Riyadh,1978).

610 M: Jika Statement Ibn Hajar adalah factual, berarti Aisyah dilahirkan ketika usia Nabi saw. 40 tahun.

Jika Aisyah dipinang Nabi pada saat usia Nabi 52 tahun, maka usia Aisyah ketika itu adalah 12 tahun.

613 M: Nabi Muhammad mulai mengajar ke Masyarakat

615 M: Hijrah ke Abyssinia I.

615 M: Turun Surah Al-Qamar, 5 tahun setelahnya Nubuwwah, yang menubuatkan kekalahan kaum Quraisy Mekah dalam Perang Badar tahun 2 H = 624 M (54:46).

616 M: Umar bin al Khattab menerima Islam.

620 M Tahun ke -10 Nubuwwah; wafat Abu Talib (bulan Rajab) yaitu 6 bulan setelahnya penghapusan Piagam Pemboikotan thd. orang Muslim. Khadijah r.a. wafat 3 bulan kemudian.

621 M: Nabi meminang/ bertunangan dengan Aisyah, atas usul dari Khaulah yang menawarkan 2 pilihan:
Seorang gadis (bikr) atau seorang janda (thayyib). Gadis itu adalah Aisyah (12 tahun) putri Abu Bakr, yang teman Nabi s.a.w. (Riwayat dari Ahmad ibn Hanbal). (1 tahun Sebelum Hijriah)

622 M: 16 Juli, Hijrah ke Yathrib, Medinah – Dimulainya Tahun 1 Hijriyah (Qomariyah).

622 M: Karena Aisyah masih di bawah umur (belum baligh), Nabi s.a.w disarankan untuk menikah dengan Saudah bt. Zam’a (yang “thayyib” itu). (Tahun 1 Hijriah)

624 M: Nabi saw mulai berumah tangga dengan Aisyah pada umur Aisyah 14 tahun.

8 Juni 632 M, 11 H Nabi saw. wafat dalam usia 62-63 tahun; umur Aisyah saat itu 22 tahun dan telah 8 tahun berumah tangga dengan Nabi s.a.w.

624 M:
Ke-ikutsertaan dalam Perang Badar (Ramadhan, 2 H)

Sebuah riwayat mengenai partisipasi Aisyah dalam perang Badr dijabarkan dalam hadist Muslim, (Kitabu’l-jihad wa’l-siyar, Bab karahiyati’l-isti`anah fi’l-ghazwi bikafir). Aisyah, ketika menceritakan salah satu moment penting dalam perjalanan selama perang Badar, mengatakan: “ketika kita mencapai Shajarah”. Dari pernyataan ini tampak jelas, Aisyah merupakan anggota perjalanan menuju Badar. Sebuah riwayat mengenai partisipasi Aisyah dalam Uhud tercatat dalam Bukhari (Kitabu’l-jihad wa’l-siyar, Bab Ghazwi’l-nisa’ wa qitalihinnama`a’lrijal): “Anas mencatat bahwa pada hari Uhud, orang-orang tidak dapat berdiri dekat Rasulullah [pada hari itu]. Saya melihat Aisyah dan Umm-i-Sulaim dari jauh, Mereka menyingsingkan sedikit pakaian-nya [untuk mencegah halangan gerak dalam perjalanan tsb].”

Ini menunjukkan bahwa Aisyah sudah ikut berada dalam perang Badar (2 H) dan kemudian Uhud (3 H).

Diriwayatkan oleh Bukhari (Kitabu’l-maghazi, Bab Ghazwati’l-khandaq wa hiya’l-ahza’b): “Ibn `Umar menyatakan bahwa Rasulullah tidak mengijinkan dirinya berpartisipasi dalam Uhud, pada ketika itu, Ibnu Umar berusia 14 tahun. Tetapi pada perang Khandaq, ketika sudah berusia 15 tahun, Nabi mengijinkan Ibnu Umar ikut dalam perang tsb.”

Berdasarkan riwayat di atas, anak laki-laki berusia dibawah 15 tahun akan dipulangkan dan tidak diperbolehkan ikut dalam perang, tetapi Aisyah sudah ikut dalam perang Badar (dan Uhud), yang berarti sudah dianggap dewasa.

Maka, jika Aisyah sudah ikut dalam perang Badar (dan Uhud) mengindikasikan bahwa Aisyah itu usianya minimal 14 tahun (nampaknya persyaratan ke-dewasaan perempuan itu lebih muda tahunnya daripada untuk anak laki-laki, yang 15 tahun).



Surah al-Qamar (Bulan)

Menurut sumber dalam Bukhari, Aisyah tercatat mengatakan hal ini: “Saya seorang gadis muda (jariyah dalam bahasa Arab)” ketika Surah Al-Qamar diturunkan (Sahih Bukhari, kitabu’l-tafsir, Bab Qaulihi Bal al-sa`atu Maw`iduhum wa’l-sa`atu adha’ wa amarr).

Surat 54 dari Alqur-aan diturunkan pada tahun ke delapan sebelum hijriyah (The Bounteous Koran, M.M. Khatib, 1985), atau tahun ke-5 setelah Nubuwwah, yang menunjukkan bahwa surat tsb diturunkan pada tahun 615 M. ketika Aisyah sudah menjadi seorang gadis muda (jariyah), yang bukan bayi yang baru lahir saat diwahyukannya Al-Qamar itu. Jariyah berarti gadis muda yang masih suka bermain (Lane’s Arabic English Lexicon). Jadi, saat itu (615 M) Aisyah, telah menjadi jariyah bukan sibyah (bayi) lagi.



CATATAN:

Tidak ada tradisi Arab untuk menikahkan anak perempuan atau laki-laki yang berusia di bawah 9 tahun saat itu. Dengan tidak adanya orang-orang Arab yang merasa berkeberatan dengan pernikahan Nabi Muhammad s.a.w. dengan Aisyah tersebut, berarti memang Aisyah sudah menjadi seorang perempuan remaja yang dewasa. Jika ada yang membuat riwayat bahwa umur Aisyah itu 7 atau 9 tahun, ini rupanya bukan didasarkan atas data (kelahiran) otentik, tetapi hanyalah dilihat dari penampakannya saja, karena Aisyah itu selalu ceria dan masih senang bermain-main, balapan lari, masih minta dipunggu oleh suaminya, Nabi saw., ia memiliki badan yang kecil, ramping, light-weight, sehingga jika Aisyah naik di dalam tandu itu, orang-orang yang memikulnya tidak merasakan ada perbedaannya. Inilah yang membuat bagaimana sampai Aisyah tertinggal dalam satu gerakan militer Nabi s.a.w. terhadap Bani Mushthaliq (Tahun ke-5 Hijriah), seperti termaktub dalam Surah An-Nuur (24:12), yang ceriteranya panjang dan menghebohkan serta ada dalam Hadits Bukhari juga.


KESIMPULAN:

* Selama ini, kita semua sudah menerima begitu saja sebagai hal benar – take it for granted – apa yang diriwayatkan oleh Hisham ibn `Urwah, satu-satunya perawi yang meriwayatkan perihal pertunangan / pernikahan Nabi Muhammad s.a.w. dengan Aisyah, tatkala Aisyah berumur 7 / 9 tahun.

* Orang sudah menganggapnya benar begitu saja, karena memang sudah tertulis di dalam hadits; padahal yang benar itu hanyalah kejadian – peristiwanya saja, sedangkan taksiran mengenai umur Aisyah itu bukanlah atas dasar otentik dengan dihitung mulai sejak lahirnya pada tahun berapa, karena di zaman itu belum ada hitungan tahun ke berapa, mulai dari mana. Biasanya orang Arab hanya ingat bulan Qomariah apa, dan mungkin tanggal berapanya saja; tahunnya sih Wallahu Alam.

* Yang jelas, Aisyah dilahirkan dari seorang ibu, yang dikawini oleh Hdr. Abu Bakar, di zaman Jahiliyah, yaitu sebelum Islam, sebelum Nubuwwah. Kemungkinan besar, Aisyah dan juga saudara-saudarinya lainnya sudah lahir sebelumnya Nubuwwah (610 M); ini yang paling masuk akal.

* Maka, jika Aisyah dipinang oleh Nabi Muhammad s.a.w. pada tahun 622 M di Mekkah, pas sebelumnya hijrah, umur Aisyah saat itu paling sedikitnya 12 tahun, dan mulai berumah tangga dengan Nabi s.a.w. ketika berumur 14 tahun (minimal) pada tahun 624 M di Medinah.

* Tidak lama kemudian, pada bulan Ramadhan tahun 2 H atau 624 M terjadilah Perang Badar dekat Medinah, dan diriwayatkan bahwa Aisyah pun sudah ikut serta dalam gerakan militer Nabi s.a.w. tersebut. Jadi pada saat itu sudah dapat dipastikan bahwa Aisyah yang ikut dalam peperangan itu memang sudah bukan anak kecil lagi tetapi sudah mencapai kedewasaannya, katakan untuk wanita paling tidak sudah berumur 14 tahun, atau kalau lahirkannya memang sebelum Nubuwwah (sebelum tahun 610 H), maka bisa saja umurnya sudah 15 tahun; apalagi bilamana dihitung dengan Tahun Qomariyyah, yang lebih singkat daripada Tahun Syamsiyah (Masehi).

* Jadi penampakan umur yang dilihat oleh perawi hadits itu sebagai 7 atau 9 tahun, hanyalah karena Hdr. Aisyah itu badannya ramping, light weight, sifatnya manja, ke-kanak-kanakan. Tidak ada orang yang berkeberatan atas pernikahan tersebut, baik di zaman itu mau pun sesudahnya, dan sekarang juga.

PPSi / Mersela, 10 Juli 2009.

Rabu, 10 Juni 2009

Hikmah Ayatul Kursiy

Dalam Ayatul Kursiy Surah Al Baqarah [ayat 256], yang terjemahannya sebagai berikut:
اللّٰهُ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ الْحَـىُّ الْقَيُّوْمُ ۚ  لَا تَاْخُذُهٗ سِنَةٌ وَّلَا نَوْمٌ‌ؕ لَهٗ مَا فِىْ السَّمٰوٰتِ وَمَا فِىْ الْاَرْضِ‌ؕ مَنْ ذَا الَّذِىْ يَشْفَعُ عِنْدَهٗۤ اِلَّا بِاِذْنِهٖ‌ؕ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ‌ۚ وَلَا يُحِيْطُوْنَ بِشَىْءٍ مِّنْ عِلْمِهٖۤ اِلَّا بِمَا شَآءَ ۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ‌‌ۚ وَلَا يَـٔـُوْدُهٗ حِفْظُهُمَا ‌ۚ وَ هُوَ الْعَلِىُّ الْعَظِيْمُ
Allah — tiada tuhan selain Dia, Yang Maha Hidup, Yang Tegak atas Dzat-Nya Sendiri dan Penegak segala sesuatu. Kantuk tidak menyerangnya, dan tidak pula tidur. Kepunyaan Dia-lah segala apa yang ada di seluruh langit dan bumi. Siapakah yang dapat memberi syafaat di hadirat-Nya kecuali dengan izin-Nya ? Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan di belakang mereka; dan mereka tidak meliputi barang sesuatu dari ilmu-Nya kecuali apa yang Dia dikehendaki. Ilmu-Nya meliputi seluruh langit dan bumi; dan tidaklah memberatkan-Nya untuk menjaga keduanya; dan Dia Maha Tinggi, Maha Besar.’

Selasa, 09 Juni 2009

“Laa Yukallifullaahu Nafsan Illa Wus'ahaa...”

Dalam ayat 287 Surah Al Baqarah,
لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفۡسًا إِلَّا وُسۡعَهَا‌ۚ لَهَا مَا كَسَبَتۡ وَعَلَيۡہَا مَا ٱكۡتَسَبَتۡ‌ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذۡنَآ إِن نَّسِينَآ أَوۡ أَخۡطَأۡنَا‌ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحۡمِلۡ عَلَيۡنَآ إِصۡرً۬ا كَمَا حَمَلۡتَهُ ۥ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِنَا‌ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلۡنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِۦ‌ۖ وَٱعۡفُ عَنَّا وَٱغۡفِرۡ لَنَا وَٱرۡحَمۡنَآ‌ۚ أَنتَ مَوۡلَٮٰنَا فَٱنصُرۡنَا عَلَى ٱلۡقَوۡمِ ٱلۡڪَـٰفِرِينَ
yang terjemahannya sebagai berikut, ‘Allah tidak membebani seseorang kecuali yang sesuai dengan kemampuannya. Baginya ganjaran untuk apa yang diusahakannya, dan ia akan mendapat siksaan untuk apa yang diusahakannya. Dan mereka berkata, Ya Tuhan kami, janganlah Engkau menghukum kami jika kami lupa atau kami berbuat salah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau membebani kami tanggung jawab seperti telah Engkau telah bebankan atas orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau membebani kami apa yang kami tidak kuat menanggungnya; dan maafkanlah kami, dan ampunilah kami serta kasihanilah kami, karena Engkau-lah Pelindung kami. Maka tolonglah kami terhadap kaum kafirin.’

Rabu, 27 Mei 2009

Sifat Al-Wasi (II) Allah Swt, Yatim &RT-Sakinah

Khutbah Jumah ini mengenai hak dan kewajiban dalam berumah-tangga sakinah berdasarkan ajaran Islam, terkait dengan sifat Al Wasi Allah Swt (Mahaluas Karunia-Nya). Pada kesempatan ini akan membahas beberapa perkara dalam kehidupan sehari-hari yang juga terkait dengan kemajuan akhlak rohani manusia. Merujuk kepada sifat Al Wasi Allah Swt, dengan memahaminya, niscaya kita pun akan menyadari setiap amal perbuatan kita – berkat ajaran-Nya, kita dibimbing Allah Swt – agar memperoleh faedah dari sifat khas-Nya ini, dengan cara mempraktekkannya sesuai dengan kemampuan masing-masing.

Sifat Al-Wasi (Maha Luas Karunia) Allah Swt

Khutbah Jumah kali ini mengenai sifat Al Wasi (Maha Luas Karunia, Maha Karib) Allah Swt.
Bahwa sifat ‘Wasi’ adalah suatu Wujud yang rezeqi-Nya dan karunia-Nya mencukupi segala kebutuhan makhluk ciptaan-Nya. Wujud Yang suka memberi tanpa batas. Semua rujukan mengenai perkara ini dapat ditemukan di dalam Al Qur’an. Di dalam ayat 269 Surah Al Baqarah, Allah Taala berfirman,
الشَّيْطٰنُ يَعِدُكُمُ الْـفَقْرَ وَيَاْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَآءِ‌ ۚ وَاللّٰهُ يَعِدُكُمْ مَّغْفِرَةً مِّنْهُ وَفَضْلًا ؕ وَاللّٰهُ وٰسِعٌ عَلِيْمٌۚ ۙ
yang artinya, ‘Syaitan menakut-nakuti kamu dengan kefaqiran, dan menyuruh kamu berbuat kekejian, padahal Allah menjanjikan kepadamu maghfirah-Nya, dan karunia. Wallahu wasi'un aliim (dan Allah Maha Luas Karunia-Nya, Maha Mengetahui).’ (2:269).

Selasa, 26 Mei 2009

It's a wonderful story

Seorang pengusaha nan shalih bernama Kajiman –bukan nama asli-, malam itu sedang menginap di sebuah hotel berbintang lima di kawasan Simpang Lima Semarang. Usai melakukan qiyamul-lail ia bergegas ke luar hotel untuk mencari masjid terdekat dan shalat Shubuh berjamaah di sana. Waktu di jam tangan Kajiman menunjukkan bahwa waktu adzan Shubuh kira-kira setengah jam ke depan.

Rabu, 13 Mei 2009

Sifat-sifat Allah – God’s Attributes

1. Rabb-ul-‘Alamiin, Lord of all the world = Tuhan semesta alam. God creates everything and then fosters everything gradually towards perfection = Tuhan menciptakan segala sesuatu, kemudian memelihara dan mengembangkannya yang secara bertahap membuatnya pada kesempurnaan.
2. Ar-Rahmaan, The (Most) Gracious = Yang Maha Pemurah, Maha Pengasih. Without any effort on the part of His creatures He provides everything that is necessary for for their development and progress = Dia, Tuhan menyediakan segala yang diperlukan untuk perkembangan dan kemajuan mahluk ciptaannya itu dengan tanpa usaha dari pihak mahluknya.

Senin, 30 Maret 2009

Sifat As-Sattar (Maha Menutupi) Allah Swt

Salah satu sifat Allah Swt adalah Sattar, yakni Wujud yang menutupi berbagai aib, kelemahan dan kesalahan manusia.
Di sebuah Hadith [Musnad Ahmad] disebutkan Allah Taala suka menutupi aib, kelemahan dan kesalahan manusia. Rasulullah Saw bersabda, 'Innallaha ajja wa jalla yuhibbul hayya wa siddikh..., pada yaumil qiyamah Allah Taala akan melindungi manusia dengan sifat Rahimiyyat-Nya. Yakni, Dia akan menanyai manusia apakah benar telah melakukan perbuatan munkar ini itu ? Manusia akan menjawab, ya...; Namun Allah akan berkata, Aku telah tutupi berbagai kekhilafan mu pada waktu itu, dan kini pun Aku tutupi lagi........

Kamis, 26 Maret 2009

3 kelompok umat Yahudi

Pertama, kelompok jamaahnya Jesus, namanya Essence. Mereka meyakini Jesus adalah seorang nabi yang melanjutkan syariat Musa a.s.

Kedua, kelompok Caipha dan kawan-kawan, yang merupakan arus utama atau mayoritas Yahudi Mereka tidak mempercayai kenabian Jesus, namun melakukan tindak anarki sekedar memenuhi salah satu syariat Taurat yang mengatakan: 'dia yang tergantung di kayu salib adalah manusia dikutuk Tuhan (Kitab Ulangan 21:24). Jadi, kalau Jesus wafat di salib maka menurut syariat tersebut pasti manusia sesat - bukan nabi. Namun mereka tidak menunggu proses penyaliban hingga selesai sehingga selalu timbul keraguan, apakah Jesus wafat di salib atau tidak? Sebab, kalau bukti menunjukkan bahwa Jesus tidak wafat di salib maka beliau pasti nabi yang sesungguhnya. Keraguan ini tidak berhenti sampai hari ini dan mereka mencari pembenaran bahwa Jesus wafat di tiang salib.

Ketiga, kelompok di bawah pimpinan Saul atau Paulus. Ia tidak melihat penyaliban dan sama sekali tidak mengenal Jesus. Ia mengetahui bahwa Jesus wafat di salib melalui rumors yang dibawa oleh prajurit Romawi. Ia kemudian mengklaim sebagai utusan Jesus dan mengatakan bahwa kematian Jesus adalah untuk menebus dosa manusia (Roman 5:8 dan 6:23), yang penting Jesus kemudian naik ke langit setelah 3 hari wafat. Masalahnya Paulus mengatakan: "And if Christ be not risen then is our preaching vain, and your faith is vain also." Jadi kalau Jesus tidak naik ke langit maka keyakinan Kristen palsu? Ketiga kelompok tersebut masih terpisah sampai sekarang.

Kelompok I, Kelompok II dan III tercerai berai pada tahun 70 Masehi ketika Kelompok II memberontak terhadap Romawi dan dikalahkan oleh Titus. Kelompok I bersembunyi di Gua (baca Surah Kahfi) dan pada akhirnya memeluk agama Islam (lihar Surah Al-Jin). Kelompok II dan III melarikan diri ke Eropa. Kelompok III akhirnya diakui sebagai agama negara oleh Konstantin pada tahun 337, melalui Nicea Creed dan menjadi cikal bakal Kepausan Katholik. Kelompok II berkelana di Eropa, tetap mempertahankan identitas Yahudi dan menjadi kaya raya karena rente (baca riwayat Rothchild, pendiri bank di Eropa).Kelompok II ini juga yang mendirikan negara Israel dengan bantuan Inggris (yang banyak berhutang kepada Rothchild) melalui Balfour Declaration.Kelompok II inilah yang digempur Hitler menjelang perang dunia II. Keturunan kelompok II juga yang sekarang menguasai ekonomi USA. Kelompok II jugalah yang menuliskan novel dan membuat film the Da Vinci Code. Kelompok II inilah yang tetap meyakini bahwa Jesus mati di salib, berarti nabi palsu.

Umat Islam sebagian besar mengatakan bahwa Jesus tidak disalib akan tetapi diangkat ke langit dan orang yang disalib adalah Judas. Kelompok lain yaitu jemaat Ahmadiyah mengatakan bahwa Jesus disalib hanya 3 jam, diturunkan oleh murid-muridnya, diobati, dan setelah 3 hari sembuh kembali, kemudian hijrah ke Timur Kashmir) dan wafat pada usia tua. Qur'an mengatakan: "Dan Kami jadikan putera Maryam dan ibunya sebagai tanda kekuasaan Kami. Dan keduanya Kami tempatkan pada tanah tinggi lagi datar yang bermata air (yang mengalir)” (Surah Al-Mukminin 23:50).

Note:
kalau orang Yahudi tidak menyalibkan Jesus maka ajaran pengampunan dosa tidak ada kan? berarti agama kristen tidak ada? kalau begitu umat Kristen seharusnya berterima kasih kepada ulama-ulama Yahudi (khususnya Caipha, ketua Majelis Ulama) yang dengan penuh amarah menggerakkan umat untuk memaksakan penyaliban manusia tidak berdosa?
[posted by sukmana soma]

Jumat, 13 Februari 2009

>Sifat Al-Hadi Allah Swt & Mengutus Nabi-Nya

Khutbah Jumah ini bertopik masalah sifat Al Hadi (Pemberi Petunjuk) Allah Swt. Menurut Kamus Bhs.Arab, al-Hadi artinya adalah suatu Wujud yang senantiasa mengajari umat-Nya dengan ilmu kerohanian hingga mereka betul-betul dapat memahami sifat Rububiyyat Allah Swt (yakni, sifat menciptakan, menumbuh-kembangkan dan memelihara kelangsungan hidup semua makhluk ciptaan-Nya. Hal ini terkait dengan sifat ‘Rabb’-Nya, yakni Rabbul-Alamin, atau Tuhan Semesta Alam).

Senin, 19 Januari 2009

>“Al-Kaafi”, Yang Maha Mencukupi – Sifat Ilahi

Dari Kamus Bahasa Arab Lexicon, Al Kaafi ini adalah satu sifat dari Allah yang memberikan arti satu Wujud Yang Maha Mencukupi dan tidak memerlukan apa pun dari yang lain atau tidak mengharapkan sesuatu apa pun juga dari pihak lainnya.
Sifat ini biasa digunakan oleh orang-orang Muslim untu menyatakan rasa kebersyukuran mereka dan kerendahan mereka terhadap Tuhan. Bilamana seseorang merenungkannya artinya dengan secara mendalam, maka orang itu datang pada kesimpulan bahwa tidak ada wujud atau zat lainnya selain dari Allah Taala yang mencukupi bagi mahluk ciptaan-Nya. Adalah Dia-lah Yang memberikan kemampuan kepada kita untuk dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah serta untuk melindungi kami dan menghilangkan segala macam keburukan dari kami.

Selasa, 06 Januari 2009

>Open Letter to Mr President Obama

January 1, 2009

Dear Mr. President,

I did not vote for you in the Presidential Election because I am
Malaysian.

But I consider myself one of your constituents because what you do or say will affect me and my country as well.

I welcome your promise for change. Certainly your country, the United States of America needs a lot of changes.

That is because America and Americans have become the most hated people in the world. Even Europeans dislike your arrogance. Yet you were once admired and liked because you freed a lot of countries from conquest and subjugation.

It is the custom on New Year's day for people to make resolutions. You must have listed your good resolutions already. But may I politely suggest that you also resolve to do the following in pursuit of Change.

1) Stop killing people. The United States is too fond of killing people in order to achieve its objectives. You call it war, but today's wars are not about professional soldiers fighting and killing each other. It is about killing people, ordinary innocent people by the hundreds of thousands. Whole countries will be devastated.

War is primitive, the cavemen's way of dealing with a problem. Stop your arms build up and your planning for future wars.

2) Stop indiscriminate support of Israeli killers with your money and your weapons. The planes and the bombs killing the people of Gaza are from you.

3) Stop applying sanctions against countries which cannot do the same against you.

In Iraq your sanctions killed 500,000 children through depriving them of medicine and food. Others were born deformed.

What have you achieved with this cruelty? Nothing except the hatred of the victims and right-thinking people.

4) Stop your scientists and researchers from inventing new and more diabolical weapons to kill more people more efficiently.

5) Stop your arms manufacturers from producing them. Stop your sales of arms to the world. It is blood money that you earn. It is un-Christian.

6) Stop trying to democratize all the countries of the world. Democracy may work for the United States but it does not always work for other countries.

Don't kill people because they are not democratic. Your crusade to democratize countries has killed more people than the authoritarian Governments which you overthrew. And you have not succeeded anyway.

7) Stop the casinos which you call financial institutions. Stop hedge funds, derivatives and currency trading. Stop banks from lending non-existent money by the billions.

Regulate and supervise your banks. Jail the miscreants who made profits from abusing the system.

8) Sign the Kyoto Protocol and other international agreements.

9) Show respect for the United Nations.

I have many other resolutions for change which I think you should consider and undertake.

But I think you have enough on your plate for this 2009th year of the Christian Era.

If you can do only a few of what I suggest, you will be remembered by the world as a great leader. Then the United States will again be the most admired nation. Your embassies will be able to take down the high fences and razor-wire coils that surround them.

May I wish you a Happy New Year and a great Presidency.

Yours Sincerely,

Dr. Mahathir bin Mohamad

(Former Prime Minister of Malaysia)


Mahathir Mohamad is a frequent contributor to Global Research. Global Research Articles by Mahathir Mohamad

Global Research Articles by Former Prime Minister of Malaysia