Minggu, 12 Juli 2009

Berapakah Usia Hdr. Aisyah r.a.?

Latar belakang; Persoalan yang dimunculkan:

Tentang Pernikahan Nabi Muhammad dengan Siti Aisyah, seorang teman Kristen suatu kali bertanya ke saya, ”Apakah Anda akan menikahkan saudara perempuan-mu yang berumur 7 tahun dengan seorang tua berumur 50 tahun?” Saya terdiam. Dia melanjutkan, ”Jika anda tidak akan melakukannya, bagaimana bisa anda menyetujui pernikahan gadis polos berumur 7 tahun, Aisyah, dengan Nabi anda?” Saya katakan padanya,” Saya tidak punya jawaban untuk pertanyaan anda pada saat ini.” Teman saya tersenyum dan meninggalkan saya dengan guncangan dalam batin saya akan agama saya. Kebanyakan Muslim menjawab bahwa pernikahan seperti itu bisa diterima masyarakat pada saat itu. Jika tidak, orang-orang akan merasa keberatan dengan pernikahan Nabi saw dengan Aisyah.

Dasar Riwayat / Hadits:

Sebagian besar riwayat yang menceritakan hal ini yang tercetak dalam hadist yang semuanya diriwayatkan hanya oleh Hisham ibn `Urwah, yang mencatat atas otoritas dari Bapaknya, Yang mana seharusnya minimal 2 atau 3 orang harus mencatat hadist serupa juga. Adalah aneh bahwa tak ada seorangpun yang di Medinah, dimana Hisham ibn `Urwah tinggal, sampai usia 71 tahun baru menceritakan hal ini, disamping kenyataan adanya banyak murid-murid di Medinah termasuk yang kesohor Malik ibn Anas, tidak menceritakan hal ini. Asal dari riwayat ini adalah dari orang-orang Iraq, dimana Hisham tinggal disana dan pindah dari Medinah ke Iraq pada usia tua.

Tehzibu’l-Tehzib, salah satu buku yang cukup terkenal yang berisi catatan para periwayat hadist, menurut Yaqub ibn Shaibah mencatat : ”Hisham sangat bisa dipercaya, riwayatnya dapat diterima, kecuali apa-apa yang dia ceritakan setelah pindah ke Iraq ” (Tehzi’bu’l-tehzi’b, Ibn Hajar Al-`asqala’ni, Dar Ihya al-turath al-Islami, 15th century. Vol 11, p.50).


KRONOLOGI:

(Angka Tahun terutama yang sebelumnya Hijriah bisa berselisih satu tahun, terutama dikarenakan pada saat itu belum ada referensi, sejak dari kapan Tahun itu dimulainya. Yang biasa mereka ingat adalah Bulan Qomariyahnya dan tanggalnya, karena bisa dilihat dari perkembangan bulan di langit)



570 Masehi – Tahun Gajah, ketika Abraha Asyram – Raja Muda Yaman, wakil Negus, Raja Kristen Abbessinia datang ke Mekkah dengan pasukannya yang berjumlah 20.000 orang dengan membawa beberapa ekor Gajah, berniat hendak menghancurkan Ka’bah, yang tidak berhasil, karena lasykarnya diserang wabah bisul cacar yang mematikan ketika mereka sudah tiba di pinggiran Kota Mekkah dan memanggil Abdul Muththalib untuk berunding (Tafsir Surah Al Fiil).


~569 M Abdul Muththalib (kakek Muhammad, lahir tahun 497 M) ) waktu itu sudah hampir 70 tahun;

Usia anaknya, Abdullah bin Abdul Muththalib 24 tahun (lahir tahun 545 M) dan dikawinkan dengan Aminah bt Wahab bin abdul Manaf bin Zuhra – Pemimpin Suku Zuhra.

Tidak lama kemudian, Abdullah berangkat berdagang ke Suria meninggalkan istrinya (Aminah) yang sedang hamil.

570 M (20 April?)– Nabi Muhammad s.a.w. dilahirkan pada tanggal 12 Rabiul Awwal tahun Qamariyah, yang tahunnya tidak ada catatan persisnya, karena saat itu belum ada dasar referensinya mulai dari mana/kapan (Inilah yang menjadi persoalannya).

595 M Muhammad (usia 25 tahun) menikah dengan Khadijah (janda, 40 tahun).

Pra-610 M: Masa Jahiliyah (pra-Islamic era) sebelum turun wahyu.

610 M: Nubuwwah - Turun wahyu pertama di Gua Hira (Senin 21 Ramadhan, 10 Agustus 610 M).

Umur Nabi Muhammad saw. waktu itu 40 tahun, 6 bulan 12 hari (Th. Qomariah), atau 39 tahun, 3 bulan dan 20 hari berdasarkan Tahun Syamsiyah (Masehi).

610 M Abu Bakr bin Abi Quhafa masuk Islam; setelah Khadijah, Ali bin Abu Talib dan Zaid bin Haritha.

Diriwayatkan istri-istri Sayyidina Abu Bakar r.a., ada yang dinikahi ketika di zaman jahiliyah dan ada yang di masa Islam. Keempat anaknya, yaitu Abdullah, Asma`, Abdurrahman dan Aisyah r.a., dilahirkan oleh dua istrinya yang dia nikahi pada masa jahiliyah, yaitu Qatilah bintu Abdul Uzza dan Ummu Rumman (sebelum 610 M). Dan setelah Islam, Sayyidina Abu Bakar r.a. menikah dengan Asma` binti Umais.

Menurut Ibn Hajar, “Fatimah dilahirkan ketika Ka`bah dibangun kembali, ketika Nabi saw berusia 35 tahun. Umur Fatimah 5 tahun lebih tua dari Aisyah ” (Al-isabah fi tamyizi’l-sahabah, Ibn Hajar al-Asqalani, Vol. 4, p. 377, Maktabatu’l-Riyadh al-haditha, al-Riyadh,1978).

610 M: Jika Statement Ibn Hajar adalah factual, berarti Aisyah dilahirkan ketika usia Nabi saw. 40 tahun.

Jika Aisyah dipinang Nabi pada saat usia Nabi 52 tahun, maka usia Aisyah ketika itu adalah 12 tahun.

613 M: Nabi Muhammad mulai mengajar ke Masyarakat

615 M: Hijrah ke Abyssinia I.

615 M: Turun Surah Al-Qamar, 5 tahun setelahnya Nubuwwah, yang menubuatkan kekalahan kaum Quraisy Mekah dalam Perang Badar tahun 2 H = 624 M (54:46).

616 M: Umar bin al Khattab menerima Islam.

620 M Tahun ke -10 Nubuwwah; wafat Abu Talib (bulan Rajab) yaitu 6 bulan setelahnya penghapusan Piagam Pemboikotan thd. orang Muslim. Khadijah r.a. wafat 3 bulan kemudian.

621 M: Nabi meminang/ bertunangan dengan Aisyah, atas usul dari Khaulah yang menawarkan 2 pilihan:
Seorang gadis (bikr) atau seorang janda (thayyib). Gadis itu adalah Aisyah (12 tahun) putri Abu Bakr, yang teman Nabi s.a.w. (Riwayat dari Ahmad ibn Hanbal). (1 tahun Sebelum Hijriah)

622 M: 16 Juli, Hijrah ke Yathrib, Medinah – Dimulainya Tahun 1 Hijriyah (Qomariyah).

622 M: Karena Aisyah masih di bawah umur (belum baligh), Nabi s.a.w disarankan untuk menikah dengan Saudah bt. Zam’a (yang “thayyib” itu). (Tahun 1 Hijriah)

624 M: Nabi saw mulai berumah tangga dengan Aisyah pada umur Aisyah 14 tahun.

8 Juni 632 M, 11 H Nabi saw. wafat dalam usia 62-63 tahun; umur Aisyah saat itu 22 tahun dan telah 8 tahun berumah tangga dengan Nabi s.a.w.

624 M:
Ke-ikutsertaan dalam Perang Badar (Ramadhan, 2 H)

Sebuah riwayat mengenai partisipasi Aisyah dalam perang Badr dijabarkan dalam hadist Muslim, (Kitabu’l-jihad wa’l-siyar, Bab karahiyati’l-isti`anah fi’l-ghazwi bikafir). Aisyah, ketika menceritakan salah satu moment penting dalam perjalanan selama perang Badar, mengatakan: “ketika kita mencapai Shajarah”. Dari pernyataan ini tampak jelas, Aisyah merupakan anggota perjalanan menuju Badar. Sebuah riwayat mengenai partisipasi Aisyah dalam Uhud tercatat dalam Bukhari (Kitabu’l-jihad wa’l-siyar, Bab Ghazwi’l-nisa’ wa qitalihinnama`a’lrijal): “Anas mencatat bahwa pada hari Uhud, orang-orang tidak dapat berdiri dekat Rasulullah [pada hari itu]. Saya melihat Aisyah dan Umm-i-Sulaim dari jauh, Mereka menyingsingkan sedikit pakaian-nya [untuk mencegah halangan gerak dalam perjalanan tsb].”

Ini menunjukkan bahwa Aisyah sudah ikut berada dalam perang Badar (2 H) dan kemudian Uhud (3 H).

Diriwayatkan oleh Bukhari (Kitabu’l-maghazi, Bab Ghazwati’l-khandaq wa hiya’l-ahza’b): “Ibn `Umar menyatakan bahwa Rasulullah tidak mengijinkan dirinya berpartisipasi dalam Uhud, pada ketika itu, Ibnu Umar berusia 14 tahun. Tetapi pada perang Khandaq, ketika sudah berusia 15 tahun, Nabi mengijinkan Ibnu Umar ikut dalam perang tsb.”

Berdasarkan riwayat di atas, anak laki-laki berusia dibawah 15 tahun akan dipulangkan dan tidak diperbolehkan ikut dalam perang, tetapi Aisyah sudah ikut dalam perang Badar (dan Uhud), yang berarti sudah dianggap dewasa.

Maka, jika Aisyah sudah ikut dalam perang Badar (dan Uhud) mengindikasikan bahwa Aisyah itu usianya minimal 14 tahun (nampaknya persyaratan ke-dewasaan perempuan itu lebih muda tahunnya daripada untuk anak laki-laki, yang 15 tahun).



Surah al-Qamar (Bulan)

Menurut sumber dalam Bukhari, Aisyah tercatat mengatakan hal ini: “Saya seorang gadis muda (jariyah dalam bahasa Arab)” ketika Surah Al-Qamar diturunkan (Sahih Bukhari, kitabu’l-tafsir, Bab Qaulihi Bal al-sa`atu Maw`iduhum wa’l-sa`atu adha’ wa amarr).

Surat 54 dari Alqur-aan diturunkan pada tahun ke delapan sebelum hijriyah (The Bounteous Koran, M.M. Khatib, 1985), atau tahun ke-5 setelah Nubuwwah, yang menunjukkan bahwa surat tsb diturunkan pada tahun 615 M. ketika Aisyah sudah menjadi seorang gadis muda (jariyah), yang bukan bayi yang baru lahir saat diwahyukannya Al-Qamar itu. Jariyah berarti gadis muda yang masih suka bermain (Lane’s Arabic English Lexicon). Jadi, saat itu (615 M) Aisyah, telah menjadi jariyah bukan sibyah (bayi) lagi.



CATATAN:

Tidak ada tradisi Arab untuk menikahkan anak perempuan atau laki-laki yang berusia di bawah 9 tahun saat itu. Dengan tidak adanya orang-orang Arab yang merasa berkeberatan dengan pernikahan Nabi Muhammad s.a.w. dengan Aisyah tersebut, berarti memang Aisyah sudah menjadi seorang perempuan remaja yang dewasa. Jika ada yang membuat riwayat bahwa umur Aisyah itu 7 atau 9 tahun, ini rupanya bukan didasarkan atas data (kelahiran) otentik, tetapi hanyalah dilihat dari penampakannya saja, karena Aisyah itu selalu ceria dan masih senang bermain-main, balapan lari, masih minta dipunggu oleh suaminya, Nabi saw., ia memiliki badan yang kecil, ramping, light-weight, sehingga jika Aisyah naik di dalam tandu itu, orang-orang yang memikulnya tidak merasakan ada perbedaannya. Inilah yang membuat bagaimana sampai Aisyah tertinggal dalam satu gerakan militer Nabi s.a.w. terhadap Bani Mushthaliq (Tahun ke-5 Hijriah), seperti termaktub dalam Surah An-Nuur (24:12), yang ceriteranya panjang dan menghebohkan serta ada dalam Hadits Bukhari juga.


KESIMPULAN:

* Selama ini, kita semua sudah menerima begitu saja sebagai hal benar – take it for granted – apa yang diriwayatkan oleh Hisham ibn `Urwah, satu-satunya perawi yang meriwayatkan perihal pertunangan / pernikahan Nabi Muhammad s.a.w. dengan Aisyah, tatkala Aisyah berumur 7 / 9 tahun.

* Orang sudah menganggapnya benar begitu saja, karena memang sudah tertulis di dalam hadits; padahal yang benar itu hanyalah kejadian – peristiwanya saja, sedangkan taksiran mengenai umur Aisyah itu bukanlah atas dasar otentik dengan dihitung mulai sejak lahirnya pada tahun berapa, karena di zaman itu belum ada hitungan tahun ke berapa, mulai dari mana. Biasanya orang Arab hanya ingat bulan Qomariah apa, dan mungkin tanggal berapanya saja; tahunnya sih Wallahu Alam.

* Yang jelas, Aisyah dilahirkan dari seorang ibu, yang dikawini oleh Hdr. Abu Bakar, di zaman Jahiliyah, yaitu sebelum Islam, sebelum Nubuwwah. Kemungkinan besar, Aisyah dan juga saudara-saudarinya lainnya sudah lahir sebelumnya Nubuwwah (610 M); ini yang paling masuk akal.

* Maka, jika Aisyah dipinang oleh Nabi Muhammad s.a.w. pada tahun 622 M di Mekkah, pas sebelumnya hijrah, umur Aisyah saat itu paling sedikitnya 12 tahun, dan mulai berumah tangga dengan Nabi s.a.w. ketika berumur 14 tahun (minimal) pada tahun 624 M di Medinah.

* Tidak lama kemudian, pada bulan Ramadhan tahun 2 H atau 624 M terjadilah Perang Badar dekat Medinah, dan diriwayatkan bahwa Aisyah pun sudah ikut serta dalam gerakan militer Nabi s.a.w. tersebut. Jadi pada saat itu sudah dapat dipastikan bahwa Aisyah yang ikut dalam peperangan itu memang sudah bukan anak kecil lagi tetapi sudah mencapai kedewasaannya, katakan untuk wanita paling tidak sudah berumur 14 tahun, atau kalau lahirkannya memang sebelum Nubuwwah (sebelum tahun 610 H), maka bisa saja umurnya sudah 15 tahun; apalagi bilamana dihitung dengan Tahun Qomariyyah, yang lebih singkat daripada Tahun Syamsiyah (Masehi).

* Jadi penampakan umur yang dilihat oleh perawi hadits itu sebagai 7 atau 9 tahun, hanyalah karena Hdr. Aisyah itu badannya ramping, light weight, sifatnya manja, ke-kanak-kanakan. Tidak ada orang yang berkeberatan atas pernikahan tersebut, baik di zaman itu mau pun sesudahnya, dan sekarang juga.

PPSi / Mersela, 10 Juli 2009.