Selasa, 25 November 2008

>Al-Wahab Allah SWT

Suatu doa yang tercantum di dalam Alquran yang juga merujuk kepada sifat Al Wahab Allah Swt di dalam artikel Khutbah ini.
Doa khas di dalam Surah Al Imran, ayat 9 (3:9) itu adalah,
رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ
yang terjemahannya sebagai berikut; “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bengkokkan hati kami sesudah Engkau memberi petunjuk kepada kami. Dan berilah kami rahmat dari sisi Engkau; sesungguhnya Engkau Maha Pemberi.”
Permohonan doa khas ini dipanjatkan kepada Allah Swt dengan menyebutkan salah satu Asma-Nya, ialah Al Wahab.

Keindahan doa ini, dapat diungkapkan dengan penekanan pembacaannya sebagai berikut; 'Ya Tuhan kami, berkat rahmat dan hidayah-Mu, Engkau telah memudahkan kami untuk menerima seorang abdi sejati Rasulullah Saw yang telah Engkau bangkitkan dari kalangan kaum Akhirin beliau saw juga.
Ya Allah nubuatan dari seorang wujud yang paling Engkau kasihi (saw) – yang tak lain adalah berdasarkan khabar gaib dari Engkau juga – telah menjadi sempurna dan mencerahi kami dalam mengenali keberlangsungan Nizam Khilafat yang Engkau tegakkan . Ya Allah, Engkau telah berkenan mengaitkan kami dengan Nizam yang berberkat ini, oleh karena itu janganlah luputkan kami dari padanya dikarenakan berbagai kelemahan kami.
Manusia banyak membuat kesalahan, oleh karena itu kami memohon kepada Engkau, Ya Allah janganlah biarkan qalbu kami satu kali pun menjadi bengkok, ataupun melakukan sesuatu yang Engkau tidak ridhoi. Bahkan, bukan saja teguhkanlah kami di jalan petunjuk-Mu, namun juga lindungilah kami dengan Rahimiyat Engkau, jauhkanlah kami dari segala keburukan, dan senantiasa tingkatkanlah ketaqwaan dan keimanan kami.
Hendaknya setiap kita sering-sering membaca doa ini. Karena khasiat doa ini akan menyadarkan kepada segala kelemahan kita. Akan melindungi kedisiplinan Shalat kita, yang pada gilirannya, Shalat kita pun akan melindungi diri kita.
Sebagaimana dimaksudkan oleh doa ini, semoga tak pernah sedikitpun terbesit di dalam qalbu kita, berprasangka buruk terhadap khilafat. Keistiqamahan kita hendaknya teguh sedemikian rupa, yakni kalaupun sampai terjadi sesuatu kelemahan manusiawi [kita menjadi teruji], hendaknya tidak menggoyahkan keimanan dan tidak pula menjadi berpikiran negatif terhadap Khilafat....
Dan untuk memelihara jalan lurus keimanan ini, Allah Taala mengajarkan kaum Muslimin doa robbana laa tudziqulubana..., agar jangan sekali-kali berbengkok hati].
Namun, sedemikian rupanya mereka bersikap arogan sehingga mereka pun akhirnya dicap sebagai golongan yang 'maghdub', yakni yang dimurkai Allah, dan golongan yang 'dholin', yakni, mereka yang telah menjadi sesat, sebagaimana tercantum di dalam Surah Al Fatihah.
Jadi inilah hikmah diwajibkannya membaca Surah Al Fatihah di dalam setiap rakaat Shalat, ialah untuk menekankan betapa pentingnya untuk mengambil pelajaran dari mereka, dan juga agar kita senantiasa mencari rahmat dan kasih sayang Allah swt. Berdoa agar qalbu kita tidak menjadi bengkok. Tidak menjadi seperti kaum lain yang mengkorup hubungan mereka dengan Allah (haququllah). Jika tidak, sangat boleh jadi apa yang telah menimpa pada dua kaum terdahulu tersebut, juga terjadi pada kita [kaum Muslimin] sekarang ini.
Kita adalah orang-orang yang beruntung, telah mengajari kembali doa-doa sejak awal dan mengajari hikmah doa Surah Al Fatihah, ihdina shiratal mustaqim shiratal ladziina an'amta alayhim ghairil maghdubi'alaihim wa laddholliin...; Tersebut di dalam Al hadith, yang dimaksud dengan kaum yang maghdub tersebut adalah kaum lain yang telah menjadi keras hati; menistakan dan menganiaya Al Masih, bahkan hingga nyaris menewaskan beliau. Sehingga beliau a.s. pun mengutuk kaum tersebut.
Sedangkan 'dholin' merujuk kepada kaum lainnya lagi, yang telah tersesat dari jalan keimanan yang lurus; karena menganggap Al Masih sebagai Anak Allah; mengadopsi kepercayaan trinitas, dan menempatkan Al Masih sebagai wujud tunggal untuk keselamatan, yang hingga kini masih tinggal di langit.
Jadi, doa Al Fatihah ini untuk menghindari kaum Muslimin agar jangan sampai bernasib seperti mereka yang telah menjadi 'maghdub' (dimurkai Allah) dan juga bukan mereka yang telah 'dholin', yakni menjadi sesat....
Setiap kita hendaknya senantiasa ingat akan hal ini. Demikian pun pihak lainnya, sehingga konsep Ummatan Wahidah dapat terwujud sebagaimana mestinya; yakni setiap orang Muslim dapat menerima kebenaran Al-Masih Muhammad Rasulullah saw; sehingga seluruh ummat Islam benar-benar memahami hakekat manfaat doa yang khas ini.
Oleh karena itulah Allah Taala memerintahkan beliau saw untuk menyatakan: ‘…fatta bi'uni, yuhbibkumullah, wayaghfirlakum dzunubakum, yakni, ...ikutilah aku, maka Allah pun akan mencintaimu; dan akan mengampuni segala dosamu.…’ (3:32).
Sesungguhnya, mengikuti jejak langkah Rasulullah saw adalah najjat, keselamatan. Beliau bersabda, meskipun mata fisik beliau tertidur, namun mata hati dan pikiran beliau senantiasa berdzikir Ilahi. Oleh karena itu, Rasulullah saw bersabda, doa ini dan doa-doa lain yang semacamnya adalah untuk menunjukkan adanya suatu contoh konsep yang afdhol bagi kita semua.
Konsep model yang khas tersebut adalah untuk diikuti oleh seluruh ummah beliau, sehingga manakala Al Masih Muhammadi datang di akhir zaman, mereka pun akan menerimanya.
Seandainya kaum Muslimin seumumnya dapat memahami hal ini. Karena tak ada suatu tragedi yang lebih nestapa selain kehilangan jalan lurus justru setelah menerima kebenaran. Kaum Muslimin hendaknya merenungkan dan menyadari hal ini. Karena keadaan dan perilaku mereka kini menunjukkan bahwa mereka tengah mendapat maghdub, yakni murka Allah swt. Semoga Allah mengampuni mereka.
Adalah semata-mata rahmat Allah, Dia mengabulkan doa-doa Hadrat Ibrahim, Hadhrat Ismail a.s. dan Rasulullah saw. Namun sungguh malang, kaum Muslimin pada umumnya tidak dapat menerimanya, karena mereka berpendapat tidak memerlukan sesuatu petunjuk (mahdi).
Sedemikian kerasnya pendapat kaum mullah tersebut agar jangan sampai umat mereka menerima kebenaran pendakwaannya, yang pada faktanya hanyalah dikarenakan mereka khawatir sumber penghasilan mereka akan menjadi tertutup. Hanya dalih saja mereka mengatakan setelah Muhammad Rasulullah saw tak akan ada lagi seorang nabi atau pun rasul yang akan datang karena bertentangan dengan 'khataman-nabiyin'.
Mereka pun mengatakan, kita sudah memiliki Alqur’an oleh karena itu tidak memerlukan Al Masih maupun Al Mahdi. Namun anehnya mereka tidak memungkiri perlunya keberadaan Khilafat. Kaum yang telah menjadi jahiliyah itu tak sadar bahwa tanpa adanya Imam Mahdi tak akan mungkin ada Khilafat. Padahal, dibangkitkannya Imam Mahdi dari kalangan ummah Rasulullah saw sendiri justru menunjukkan bukti bahwa Muhammad Rasulullah saw adalah 'Khataman-Nabiyyin' yang sejati.
Perkara ini sesuai dengan firman-Nya, laa yamassuhu illa almutaharrun, yakni, Kitab Suci yang berasal dari Allah swt ini hanya akan dibukakan rahasia ilmunya hanya kepada hamba-Nya yang disucikan.
Sebagaimana dunia kini semakin serba materialistis, maka diperlukan lebih banyak lagi untuk memanjatkan doa ini, sehingga kita pun tidak akan pernah menafi'kan karunia rahmat Ilahi ini, serta senantiasa ber-istiqamah menghadapi segala cobaan.
Aamiin allahumma aamiin....................

Tidak ada komentar: