Selasa, 10 November 2009

Khairul Ummah

Dalam Surah Al Imran:111,
كُنتُمۡ خَيۡرَ أُمَّةٍ أُخۡرِجَتۡ لِلنَّاسِ تَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَتَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنڪَرِ وَتُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ‌ۗ وَلَوۡ ءَامَنَ أَهۡلُ ٱلۡڪِتَـٰبِ لَكَانَ خَيۡaرً۬ا لَّهُم‌ۚ مِّنۡهُمُ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ وَأَڪۡثَرُهُمُ ٱلۡفَـٰسِقُونَ

Kamu adalah umat terbaik, yang dibangkitkan demi kebaikan umat manusia, kamu menyuruh berbuat kebaikan dan melarang berbuat keburukan, dan beriman kepada Allah. Dan, sekiranya Ahlikitab beriman, niscaya akan lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka orang-orang fasik.’ (3:111).
Ayat ini mengingatkan kita tentang keutamaan dan tujuan menjadi seorang Muslim. Tak diragukan lagi, menjadi seorang Muslim sungguh patut disyukuri; yakni, beriman kepada Rasulullah Saw dan kepada Syariat yang terakhir lagi sempurna; sebagaimana yang Allah Taala telah nyatakan,
إِنَّا نَحۡنُ نَزَّلۡنَا ٱلذِّكۡرَ وَإِنَّا لَهُ ۥ لَحَـٰفِظُونَ
Sesungguhnya, Kami Yang telah menurunkan Peringatan Al Quran ini, dan sesungguhnya kami baginya adalah Pemelihara.’ (15:10).

Hingga hari ini, kita menyaksikan betapa janji Allah Taala telah menzahir dengan segala keagungannya. Hanya Islam-lah yang mendapatkan kemuliaan ini, yang akan terus berlangsung hingga Hari Kiamat. Seorang mukmin sejati hendaknya mawas diri, cukupkah hanya dengan merasa bangga akan pernyataan Ilahi ini; dan juga bila dikaitkan dengan peran seorang Muslim yang terkait dengan Syariat terakhir lagi sempurna ini. ?
Jika Allah Taala telah menyatakan kaum Muslimin sebagai ‘Khairul Ummah’, maka sebaliknya, pengkhidmatan apa yang telah mereka berikan terhadap amanat Ilahi ini. Allah Taala menginginkan dan oleh karena itu memerintahkan kepada kaum mukminin agar beramal shalih segera setelah pernyataan baiatnya.
Dia pun menunjukkan beberapa konsekwensi tanggung jawab dari predikat tersebut. Bagian pertama ayat (3:111) ini menegaskan, bahwa tanggung jawab ini, dan kaitannya dengan berbagai kewajiban sebagai ‘Khairul Ummah’. Tanggung jawab untuk memberikan pengkhidmatan ini tidak terkait kepada suatu bangsa tertentu (Arab}.
Sejarah menyaksikan, pada awal abad pertama [Islam], kaum Muslimin dapat membuktikan kepada dunia sebagai ‘Khairul Ummah’, yang sejati. Yakni, mereka unggul di atas kaum agama lainnya; pemerintahannya berdasarkan keadilan yang sempurna, serta mampu menyebar-luaskan ilmu pengetahun ke seluruh penjuru dunia. Mereka menganjurkan amal shalih nahi munkar, demi untuk kebaikan umat manusia pada umumnya.
Namun, lama kemudian, setengah kaum Muslimin yang sudah menjadi materialistis, dan niat tersembunyi datang mempengaruhi, meskipun adanya janji Ilahi untuk melindungi ajaran Al Qur’an, namun orang-orang ini menafi'kan kebaikan, sekaligus memberi pengaruh buruk kepada sebagian besar orang lainnya, yakni, menafi'kan semua hikmah kebaikan sebagai ‘Khairul Ummah’.
Janji Allah Taala untuk menjaga Al Quran tidak hanya berupa memelihara berbagai peristiwa bersejarah di dalamnya, melainkan juga, adanya suatu janji tentang akan adanya suatu kaum yang sungguh-sungguh akan mempraktekkan ajaran Al Quran tersebut. Melalui nizam pelaksanaan ajaran Syariat oleh kaum akhirin itulah agama Islam dihidupkan kembali; missi pertablighannya disebarkan-luaskan ke seluruh pelosok dunia, sekaligus dengan pengkhidmatan kepada sesama umat manusia dalam skala yang besar. Untuk maksud inilah, sesuai dengan janji-Nya, Allah mengutus seorang hamba dan pecinta Rasulullah Saw yang sejati, yang telah berhasil membumikan kembali iman yang telah terbang jauh ke Bintang Tsuraya. Sehingga, julukan istimewa Khairul Ummah dapat dihidupkan kembali.
Kini, hanya Jamaat inilah yang mampu mempertahankan keistimewaan predikat ini. Memang ada pula berbagai jamaah Muslim lainnya yang beramal shalih dan tentu saja melarang keburukan. Namun, mereka itu tak dapat mencapai hasil yang baik sebelum bersatu di dalam satu genggaman Jamaah. Berbagai negara Muslim memiliki ulama dan pemimpinnya sendiri-sendiri, beserta akidah mereka masing-masing. Namun seberapa banyak di antara mereka yang bersatu-padu untuk pertablighan Islam ? Siapakah kini yang memiliki waktu untuk menyebarkan keelokan ajaran Islam ke seluruh dunia ?
Solusinya adalah sebagaimana Rasulullah Saw telah nubuatkan; yakni, manakala kondisi Islam telah menjadi saling silang, maka Allah Taala pun mengutus Imam Mahdi; ambillah baiatnya, meskipun kamu harus merangkak di atas padang salju. Temuilah dia, dan sampaikanlah salamku kepadanya.
Hanya beliaulah yang diberi kemampuan untuk memenangkan Islam atas semua agama. Inilah yang hendaknya kaum ghair-Jamaat merenungkannya dalam-dalam; namun untuk menjujung tinggi predikat ‘Khairul Ummah ini memerlukan tanggung jawab yang besar. Dan Imam Mahdi ditugaskan Allah Taala untuk mempersatukan seluruh umat manusia dalam Islam.
Tak akan ada lagi agama baru. Wujud Imam Zaman yang telah datang adalah seorang pecinta dan abdi Rasulullah Saw yang sejati. Beliau diutus Allah Taala sebagai Hakaman Adalan; yang dikaruniai ilmu tafsir dan hikmah Al Qur’an yang paling tepat. Berbagai tafsir dan buah pikiran dari semua ahli fuqaha maupun para Mujaddid selama 13 Abad sebelum beliau, hanya dapat dibenarkan setelah mendapat verifikasi pengesahan dari beliau a.s.; Khatamul-Khulafa.
Imam Mahdi memutuskan segala perkara hanya setelah mendapat perintah dari Allah Swt, oleh karena itu tak akan ada lagi kerancuan dalam hal ilmu fiqih, dlsb. Aqidah yang beliau ajarkan tiada lain adalah aqidah yang sama sebagaimana yang telah diajarkan oleh Rasulullah Saw. Nasib kehidupan seluruh umat Islam kini berada dalam genggaman tangan beliau. Kaum inilah ‘Khairul Ummah’ yang sesungguhnya karena telah berada di dalam jangkauan tangan beliau a.s..
Maka untuk mencapai berbagai tujuannya yang lebih afdhol, perlu banyak pengorbanan, yang salah satu di antaranya adalah pengorbanan harta benda. Di dalam syariat Islam mensucikan harta benda sangat ditekankan, sebagaimana firman Allah Taala ini,
ٱلَّذِينَ إِن مَّكَّنَّـٰهُمۡ فِى ٱلۡأَرۡضِ أَقَامُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتَوُاْ ٱلزَّڪَوٰةَ وَأَمَرُواْ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَنَهَوۡاْ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ‌ۗ وَلِلَّهِ عَـٰقِبَةُ ٱلۡأُمُورِ
yang artinya, ‘Orang-orang yang, jika Kami teguhkan mereka di bumi, mereka mendirikan shalat dan membayar zakat dan menyuruh berbuat kebaikan dan melarang keburukan. Dan kepada Allah kembali segala urusan.’ (22:42).
Ayat Al Quran ini menyatakan, golongan orang-orang yang [mendirikan Salat, membayar pengorbanan harta benda dan menganjurkan amar ma'ruf nahi munkar] yang akan dimuliakan di bumi, diteguhkan dan dilindungi kerohaniannya.
Jika ayat ini dibaca dengan rujukan ayat 24:56 atau yang disebut juga Ayat Istikhlaf, maka kita menyadari bahwa Allah Taala telah menjanjikan akan menegakkan Khilafat bagi mereka yang beriman dan beramal shalih, namun di sini pun Allah Taala memfirmankan akan memuliakan dan meneguhkan jamaah yang mendirikan Salat dan membayar Zakat, menganjurkan amar ma'ruf nahi munkar.
Keutamaan kaum ini adalah mereka menerima keberkatan bai’at dan Nizam Khilafat yang membuat mereka menjadi ‘Khairul Ummah’. Namun, ayat Al Quran tersebut juga menuntut syarat, ialah jika kaum ini benar-benar menyiapkan diri mereka untuk melaksanakan berbagai macam pengorbanan ini dengan segenap hati dan pikirannya, maka Allah Taala pun akan mengaruniai mereka dengan berbagai sumber daya dan kemampuan untuk itu. Inilah sunnah Ilahi yang telah terbukti kebenarannya dalam sejarah. Yakni, bila kaum Muslimin mengabaikan berbagai macam kewajiban mereka, maka mereka pun dimahrumkan dari keberkatan tersebut, sebagaimana dinyatakan oleh ayat Al Quran ini,
إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوۡمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُو اْ مَا بِأَنفُسِہِمۡ‌ۗ
‘… Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka sendiri mengubah apa yang ada pada diri mereka…’ (13:12).
Dengan menyebut kaum Muslimin sebagai ‘Khairul Ummah’, berarti ada suatu kewajiban bagi mereka untuk bekerja sama. Tidak semua orang memiliki ilmu agama yang mencukupi. Ada yang berilmu cukup namun terikat dengan profesi pekerjaannya sehingga tak memiliki waktu untuk memenuhi panggilan syiar agama. Cukup sulit untuk ikut terjun langsung menganjurkan amar ma'ruf dan menyampaikan tabligh Islam kepada orang lain. Demikianlah selalu kondisinya, terlebih lagi di zaman sekarang ini. Oleh karena itulah disediakan fasilitas pengorbanan harta benda untuk melaksanakan pekerjaan tabligh ini. Yakni, bagi mereka yang tak mungkin ikut terjun secara langsung, dapat memberikan pengorbanan harta mereka. Inilah perencanaan yang ditetapkan di zaman kehidupan semua Rasul Allah, dan juga zaman Khilafat mereka sesudahnya. Di zaman Khilafat Rasyidah, banyak jenis dana pengorbanan harta dicanangkan, yang diikuti oleh umat pada waktu itu. Di zaman Immam Mahdi pun, sunnah ini pun dijalankan. Sepeninggal beliau, pada tiap periode Khalifahnya, Jamaat ini senantiasa menunjukkan semangat pengorbanan harta benda mereka. Sunnah ini akan terus berlangsung hingga Hari Kiamat.
Para ahli ekonomi berpendapat, krisis ekonomi sekarang ini dapat menjadi penyebab timbulnya mala petaka 'angin puyuh raksasa' yang menakutkan. Namun, bagi golongan ‘Khairul Ummah’ justru mampu memperlihatkan pengorbanan harta benda mereka. Allah Ar Rahman senantasa melindungi kita dengan sifat Rahimiyyat-Nya. Selama kita terus menerus meningkatkan derajat ketakwaan kita, maka kita pun tetap menjadi ‘Khairul Ummah’. Orang mukmin sederhana yang ikut berkorban dengan jumlah ala kadarnya sesuai dengan kemampuannya, dan anak-anak mereka yang ikut melatih diri dengan pembayaran yang hanya beberapa ratus rupiah saja, tetap akan dimasukkan ke dalam gerakan pengorbanan yang berberkat ini.
Semoga Allah Taala senantiasa menjaga api semangat pengorbanan kita dan juga bagi generasi yang akan datang. Semoga pula kita senantiasa menjadi pewaris berbagai rahmat dan karunia-Nya. Amin !
o o O o o
modifyedByMMA / JamaatLAWest, 11/10/09

Tidak ada komentar: