Rabu, 27 Mei 2009

Sifat Al-Wasi (Maha Luas Karunia) Allah Swt

Khutbah Jumah kali ini mengenai sifat Al Wasi (Maha Luas Karunia, Maha Karib) Allah Swt.
Bahwa sifat ‘Wasi’ adalah suatu Wujud yang rezeqi-Nya dan karunia-Nya mencukupi segala kebutuhan makhluk ciptaan-Nya. Wujud Yang suka memberi tanpa batas. Semua rujukan mengenai perkara ini dapat ditemukan di dalam Al Qur’an. Di dalam ayat 269 Surah Al Baqarah, Allah Taala berfirman,
الشَّيْطٰنُ يَعِدُكُمُ الْـفَقْرَ وَيَاْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَآءِ‌ ۚ وَاللّٰهُ يَعِدُكُمْ مَّغْفِرَةً مِّنْهُ وَفَضْلًا ؕ وَاللّٰهُ وٰسِعٌ عَلِيْمٌۚ ۙ
yang artinya, ‘Syaitan menakut-nakuti kamu dengan kefaqiran, dan menyuruh kamu berbuat kekejian, padahal Allah menjanjikan kepadamu maghfirah-Nya, dan karunia. Wallahu wasi'un aliim (dan Allah Maha Luas Karunia-Nya, Maha Mengetahui).’ (2:269).

Ayat ini mengemukakan dua faktor penggoda yang Syaitan gunakan untuk mengalihkan manusia dari jalan Tuhan. Ialah, takut akan kefaqiran (miskin) dan berbuat kekejian. Takut menjadi miskin banyak bentuknya; sebagaimana Syaitan telah ikrarkan di hadapan Tuhan, bahwa ia akan terus berusaha menggoda semua hamba-Nya dengan berbagai cara sampai berhasil. Keniscayaan keberhasilan tipu daya mereka ini bukan hanya disebabkan kelihayan mereka namun juga karena Tuhan pun mempersilakan mereka.
Allah Taala telah mengingatkan hamba-Nya, bahwa Syaitan akan menggoda mereka dengan berbagai cara, yang seolah-olah tampak baik namun di balik itu mengandung konsekwensi berbagai kesulitan. Allah Taala telah mengingatkan di dalam Al Qur’an: wa yuridu syaitanu ayyudhillahum dhalaallan ba'iidan, yang artinya, ‘…Dan, Syaitan ingin menyesatkan mereka menuju ke kesesatan yang sejauh-jauhnya’ (Surah Al Nisa – 4:61), dan juga pada ayat, inna syaitana lakum aduw-wummubiin, yang artinya, ‘…sesungguhnya, Syaitan itu adalah musuh yang nyata…’ (Surah Al A’raf – 7:23)....
Penuturan berbagai kisah di dalam Al Qur’an bukanlah penyampaian cerita lama belaka, melainkan justru sebagai nubuatan untuk umat manusia di masa-masa yang akan datang, yang oleh karenanya kaum mukminin harus senantiasa ingat untuk menghindarinya.
Syaitan pun merubah siasat tipu daya mereka sesuai dengan perubahan zaman. Pada setiap penemuan baru yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, selalu ada dampak negatifnya yang digunakan oleh Syaitan. Di dalam Surah Al Baqarah tadi, Allah Taala telah nyatakan bahwa Syaitan menakut-nakuti manusia dengan kefaqiran. Dalam bahasa Arab, kata 'faqara’ artinya miskin, dan juga 'mematahkan tulang belakang' (banting tulang). Maksudnya, Syaitan membisikkan perasaan was-was di dalam hati manusia, bahwa pengorbanan di jalan Allah akan membuat hidupmu kekurangan. Syaitan menakut-nakuti dengan berbagai cara, antara lain juga dengan menjauhkan mukminin dari peribadatannya kepada Allah dengan alasan mengejar urusan duniawi. Takut akan rugi finansiil dan kemiskinan sehingga mereka pun berpikir tidak ada waktu untuk urusan rohani. Lebih baik untuk mencari uang.
Disamping menakut-nakuti dengan kemiskinan, Syaitan pun menggoda sebagian lain manusia agar membelanjakan harta benda mereka kepada hal-hal yang laghwi, percuma, hedonisme dan berbagai bentuk perbuatan keji lainnya seperti perjudian ataupun minum minuman ber-alkohol. Mereka melakukan perbuatan munkar tersebut dikarenakan mereka tidak menyadarinya, bahwa mereka sedang melakukan sesuatu yang salah. Padahal Allah Swt telah memfirmankan di dalam Al Qur’an, wa laa tattabi'uu hutuwaatis-syaitan..., yang artinya, ‘…dan janganlah mengikuti langkah-langkah Syaitan…’ (Surah Al An’am – 6:143).
Bahkan sudah sedemikian degilnya golongan manusia yang seperti itu, sampai-sampai mereka mengatakan ada baiknya juga mengikuti ajakan Syaitan. Bila mereka ditanya apa pendapat mereka tentang tipu daya Syaitan, mereka menjawab, insya Allah akan dilindungi. Padahal, begitulah sikap mereka yang sudah mengikuti langkah Syaitan, mereka sudah tidak menyadari perbuatan keji mereka......
Merujuk kepada kata ‘ya’idukum’ di dalam ayat Surah Al Baqarah tersebut, Allah Taala telah memberikan jaminan akan memberikan pengampunan.
Pada Hari Pembalasan, Syaitan akan menyangkali segalanya. Tetapi Allah Taala telah menjanjikan, bahwa Dia akan memberikan pengampunan. Yakni, Allah Taala akan memberi karunia-Nya di dunia ini, dan juga akan memberikan maghfirah di Akhirat nanti.
Sementara mereka yang sibuk dalam perbuatan keji terjerumus ke dalam berbagai kesulitan, berbagai macam penyakit jasmani dan kemudharatan lainnya, namun bagi kaum mukminin yang beramal shaleh dijanjikan akan mendapat rahmat dan berkat yang lebih besar lagi. Allah Taala telah menyatakan, bahwa Dia membukakan pintu-pintu rahmat-Nya lebar-lebar, sehingga kaum mukminin akan memperoleh peningkatan status maqom kerohanian mereka yang terus menerus....
Setiap orang yang rajin mengorbankan harta benda mereka memahami, betapa Allah Taala memberkati setiap pengorbanan mereka dengan cara yang menakjubkan. Para keluarga yang telah mengorbankan kehidupan mereka, menjadi saksi bahwa pengorbanan anggota keluarga mereka itulah yang menjadi sumber keberkatan yang tiada akhir bagi keluarga mereka. Inilah pengalaman nyata betapa sifat Al Wasi Allah Swt memberi ganjaran pahala kepada mereka yang memberi dan berkorban di jalan-Nya.
Bahkan Allah Taala lebih jauh lagi dalam meridhoi dan memberkati para hamba-Nya yang sejati, yakni bukan saja memberikan maghfirah atas taubatan-nasuha, amal shaleh dan segala pengorbanan mereka, namun juga memerintahkan para malaikat-Nya agar memohonkan ampunan bagi mereka. Hal ini tercantum di dalam Al Qur’an:
اَلَّذِيْنَ يَحْمِلُوْنَ الْعَرْشَ وَمَنْ حَوْلَهٗ يُسَبِّحُوْنَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيُؤْمِنُوْنَ بِهٖ وَيَسْتَغْفِرُوْنَ لِلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا‌ ۚ رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَىْءٍ رَّحْمَةً وَّعِلْمًا فَاغْفِرْ لِلَّذِيْنَ تَابُوْا وَاتَّبَعُوْا سَبِيْلَكَ وَقِهِمْ عَذَابَ الْجَحِيْمِ‏
Mereka yang memikul Arasy dan yang di sekitarnya, mereka mensucikan dengan pujian Tuhan mereka, dan mereka beriman kepada-Nya dan mereka memohon ampunan bagi mukminin, “Ya Tuhan kami, Engkau meliputi segala sesuatu dengan rahmat dan ilmu. Maka ampunilah bagi mereka yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau, dan lindungilah mereka dari azab Jahannam.’ (Surah Al Mu’min – 40:8) Yang dimaksud dengan ‘mereka yang memikul Arasy’ di sini merujuk kepada para malaikat, sebagaimana juga yang dimaksudkan di dalam Surah Al Haqqah (69:18). Atau, hal ini pun merupakan berbagai sifat Allah lainnya, yang para malaikat diperintahkan untuk melaksanakannya.
Berbagai sifat Ilahi yang telah dicantumkan di dalam Surah Al Fatihah, ialah Rabb (Allah Yang Menciptakan dan Menyantuni segala makhluk-Nya), Rahman (Maha Pemurah), Rahim (Maha Penyayang) dan Maliki Yaumidin (Yang Memiliki Hari Pembalasan). Inilah beberapa sifat Ilahi yang telah difaedahkan-Nya bagi kehidupan manusia di dunia ini, yang merupakan sifat utama Allah Swt.
Bagi mereka yang beriman, bertaubat, kembali ke hadirat Ilahi, dan beramal shaleh, Allah Taala telah memerintahkan para malaikat-Nya yang telah ditugaskan khusus untuk masing-masing sifat-Nya tersebut untuk berdoa dengan mengatasnamakan mukminin tersebut. Begitu juga para malaikat bawahan dari Empat Malaikat Utama tersebut, mereka memohon maghfirah Allah Swt bagi kebaikan manusia.
Setiap manusia penuh dengan berbagai kelemahan dan kesalahan. Namun jika mereka terjerumus dengan tidak sengaja, para malaikat pun akan memohon ampunan Allah Swt dengan merujuk kepada sifat Maha Penyayang-Nya dan Maha Pengampun-Nya yang tiada berbatas, agar Allah Taala berkenan memberi maghfirah kepada para hamba-Nya tersebut.
Mereka para malaikat itu pertama-tama merujuk kepada sifat Ar-Rahim Allah Swt dalam memohon ampunan-Nya, karena sifat memaafkan hanya akan datang dari sifat Rahimiyyat-Nya itu. Inilah mengapa sebabnya mereka para malaikat gigih memohon maghfirah Allah dengan merujuk kepada sifat Rahim-Nya itu.
Mereka memahami betul, Allah Yang Mengetahui segala sesuatu, pasti mengetahui jika manusia akan terjerumus lagi. Oleh karena itu mereka memohon agar sifat Rahimiyyat-Nya yang abadi memudahkan manusia untuk beralih mengerjakan amal shaleh selamanya, meninggalkan perbuatan buruk mereka. Manusia dapat melakukan perubahan ini bila ada karunia Ilahi. Inilah Allah Ar-Rahman, Ghofurur-Rahim, yang senantiasa memberikan maghfirah-Nya kepada manusia, dan menjaga agar manusia tetap istiqamah dalam keshalehannya.
Allah Swt telah menyatakan, bahwa Dia akan mengganjar setiap amal pengorbanan harta benda manusia 700 (tujuh ratus) kali lipat, atau bahkan lebih daripada itu, karena Dia adalah Al Wasi, Yang Maha Karib. Ganjaran pahala-Nya sungguh tak berbatas. Namun manusia-lah yang tak bersyukur. Meninggalkan Allah Ar-Rahim, tergoda oleh kenikmatan Syaitan yang fana.
Kemudian dalam ayat 157 Surah Al A’raf (7:157),
وَاكْتُبْ لَـنَا فِىْ هٰذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّفِىْ الْاٰخِرَةِ اِنَّا هُدْنَاۤ اِلَيْكَ‌ؕ قَالَ عَذَابِىْۤ اُصِيْبُ بِهٖ مَنْ اَشَآءُ‌ۚ وَرَحْمَتِىْ وَسِعَتْ كُلَّ شَىْءٍ‌ؕ فَسَاَكْتُبُهَا لِلَّذِيْنَ يَتَّقُوْنَ وَيُؤْتُوْنَ الزَّكٰوةَ وَالَّذِيْنَ هُمْ بِاٰيٰتِنَا يُؤْمِنُوْنَ‌ۚ‏
yang artinya, ‘Dan tuliskanlah bagi kami kebaikan di dunia ini, dan juga di akhirat. Sesungguhnya kami telah mendapat petunjuk untuk kembali kepada Engkau”. Berfirman Dia, “Aku akan timpakan azab-Ku kepada siapa yang Aku kehendaki, dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka, Aku akan menuliskannya bagi orang-orang yang bertaqwa dan mereka yang membayar zakat dan mereka yang beriman kepada Tanda-tanda Kami ‘.
Berbagai peristiwa yang dialami Rasulullah Saw yang dicantumkan di dalam Al Quran pun merupakan khabar suka untuk manusia di masa yang akan datang. Oleh karena itu, jika berbagai doa menjadi makbul dan berbagai karunia Allah pun menzahir di zaman akhirin ini sebagaimana terjadi di zaman awalin, hanyalah dikarenakan menjalankan kondisi yang sama; terikat kepada berbagai perintah Allah [untuk beriman dan beramal shaleh].
Sifat Rahimiyyat Allah Swt memang mensyafaati segalanya. Akan tetapi manusia pun dituntut untuk bertanggung-jawab untuk menjalankan hidup mutaqqi, dan hanya beribadah kepada-Nya. Mencintai Allah lebih dari segalanya. Melaksanakan berbagai pengorbanan sesuai yang diminta. Menjalankan haququllah haququl ibad. Beriman kepada Tanda-tanda-Nya, yakni, timbulnya berbagai Tanda istimewa keberadaan Ilahi dan kedatangan orang-orang suci pun merupakan salah satu Tanda-tanda Allah Taala. Untuk zaman sekarang ini, kedatangan seorang hamba sejati Rasulullah Saw juga disertai dengan zahirnya berbagai Tanda-tanda Ilahi, antara lain Gerhana Bulan dan Matahari [di bulan Ramadhan], berbagai gempa bumi, wabah ta'un (pes) dan juga berbagai penemuan teknologi modern.
Jika seorang Penyeru mendakwakan sesuatu, kemudian zahir, maka hal tersebut merupakan suatu Tanda Ilahi yang khas.
Allah Swt telah membuat Rahimiyyat-Nya dapat mensyafaati segala kedhoifan. Oleh karena itu kewajiban manusia adalah mengharapkan maghfirah Allah dengan cara berusaha untuk menjalankan berbagai perintah-Nya.
Namun khusus kaum mukminin hendaknya jangan berpikiran bahwa mereka akan termaafkan apapun kesalahannya. Allah Tala telah menetapkan berbagai peraturan syariat; dan akan menghukum mereka para pelampau batas. Dia tidak menyatakan karunia-Nya akan meliputi juga para pendosa, melainkan – berdasarkan berbagai rujukan yang telah disampaikan – karunia-Nya diperuntukkan bagi mereka yang beralih menjalankan hidup muttaqi.......Semoga Allah memudahkan kita semua untuk itu. Amin !
translByMMA / LA051009

Tidak ada komentar: