Selasa, 01 September 2009

Hikmah Bulan Suci Ramadan 1430-H

Dalam Surah Al Baqarah:187,
وَاِ فَلْيَسْتَجِيْبُوْا لِىْ وَلْيُؤْمِنُوْا بِىْ لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ‏ذَا سَاَلَـكَ عِبَادِىْ عَنِّىْ فَاِنِّىْ قَرِيْبٌؕ اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ اِذَا دَعَانِ
yang terjemahannya sebagai berikut, ‘Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepada engkau tentang Aku, katakanlah: Sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan doa orang yang memohon apabila ia bedoa kepada-Ku. Maka hendaklah mereka menyambut seruan-Ku dan beriman kepada-Ku supaya mereka mendapat petunjuk.’ (2:187)

Adalah semata-mata atas ridha Allah Swt yang memungkinkan kita untuk dapat mengalami kembali ibadah di bulan suci Ramadan ini Sesuai firman-Nya di dalam Surah Al Ankabut, ayat 70,
وَالَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ‌ؕ وَاِنَّ اللّٰهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِيْنَ
yang artinya, ‘Dan orang-orang yang berjuang untuk Kami – sesungguhnya Kami akan memberi petunjuk kepada mereka pada jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah beserta orang-orang [muhsinin], mereka yang berbuat kebaikan ’ (29:70), hal ini menegaskan bahwa Allah Taala pasti akan mengabulkan ikhtiar hambana-Nya yang berusaha keras untuk memperoleh [qurb] kedekatan-Nya. .
Adalah sudah menjadi sunnah Ilahi sejak zaman dahulu, bahwa Dia senantiasa mengutus para Rasul-Nya pada setiap Abad untuk memberi petunjuk kepada manusia jalan yang lurus, yang menuju kepada Allah Swt. Dan ketika evolusi umat manusia sudah mencapai tahap kesempurnaan rohaninya, Allah Swt pun mengutus Nabi Muhammad Rasulullah Saw bagi seluruh dunia dengan bekal Shariat yang Sempurna, agar seluruh umat manusia dapat memperoleh berbagai kiat jalan yang lurus, yang langsung menuju kepada Tuhannya.
Salah satu jalan yang lurus tersebut adalah melalui [ibadah puasa] di bulan suci Ramadan ini. Pada beberapa ayat sebelum Surah Al Baqarah (2:187) yang telah dibacakan tadi, Allah Swt telah mewajibkan berpuasa bagi berbagai kaum agama terdahulu, sebagaimana kepada kaum Muslimin sekarang. Namun, dikarenakan Islam adalah agama yang sempurna maka perintah ibadah berpuasa pun diuraikan secara terperinci dengan cara yang sangat elok.
Al Qur’an Karim telah jelas menetapkan beberapa kondisi yang memperkecualikan orang Mukmin dari berpuasa, misalnya ketika sakit atau berperjalanan. Namun harus menggantinya di hari-hari yang lain. Bila kondisinya membolehkan, ia pun dapat memilih untuk membayar fidyah, yakni, misalkan orang Mukmin yang sakit oleh penyakit yang khronis.
Oleh karena itu, beberapa macam keluhan atau sakit ringan hendaknya tidak dijadikan alasan untuk tidak berpuasa, sebab di bulan Ramadan, bulan yang paling diberkati-Nya ini, Allah Taala telah sengaja menyiapkan berbagai sarana untuk mengampuni berbagai macam dosa.
Di dalam ayat 29:70, kata Subulana (yang artinya, di dalam berbagai jalan-Ku) menegaskan, bahwa karunia Allah akan diberikan kepada mereka yang berupaya keras yang dilandasi dengan niat ikhlas dan murni. Akan tetapi karunia-Nya yang lebih khas telah disediakan bagi mereka yang berkorban selama di bulan suci Ramadan demi untuk meraih kedekatan dengan Allah Swt. Dia telah menyiapkan kondisi bulan Ramadan untuk meningkatkan ketaqwaan. Dia mendekatkan semua jarak yang memisahkan terkabulnya doa-doa.
Sebuah Hadith meriwayatkan, selama bulan Ramadan, Allah Taala membukakan semua pintu-pintu Surga. Menutup rapat-rapat pintu Neraka dan mengikat Syaitan. Demikianlah betapa eloknya Hadith tersebut menggambarkan keberkatan bulan Ramadan. Maka betapa besar karunia Allah kepada kita yang dapat mengalami kembali bulan suci Ramadan berikutnya.
Syaitan diberi kebebasan oleh Allah Taala, sehingga banyak orang yang baik pun terkecoh oleh mereka. Ini karena syaitan menuntun manusia kepada keburukan dengan penampilan seperti orang mutaqin. Namun, sebagaimana pada Hadith yang telah dikemukakan tadi, Rasulullah Saw, sebagaimana diberitahu oleh Allah Taala, menyatakan, selama bulan Ramadan, Syaitan beserta para pengikutnya dirantai.
Oleh karena itu kita pun berpeluang untuk memperoleh faedah kebangunan rohani melalui bulan Ramadan ini, yakni untuk memasuki surga Jannah-Nya melalui berbagai pintu yang kita sukai. Cobalah untuk meraih suatu ketinggian maqom kerohanian yang Syaitan tidak sanggup untuk mencapainya, Kemudian jadikan usaha untuk mempertahankannya sebagai bagian dari kehidupan kita...........
Satu Hadith meriwayatkan, Allah Taala telah menyatakan, setiap amal shalih yang dkerjakan setiap insan berpulang untuk kebaikan dirinya sendiri; kecuali berpuasa. Karena Allah Sw telah menetapkan, ibadah puasa adalah khusus bagi-Ku. Hadith tersebut melanjutkan, berpuasa seumpama mengenakan tameng pelindung. Maka bila ada seseorang memancing emosi orang yang sedang berpuasa, ia hendaknya menjawab dengan singkat: 'Maaf, aku sedang berpuasa'. Menurut Hadith itu lebih lanjut: Ada dua macam kebahagiaan hakiki yang dirasakan manusia, Pertama, ialah ketika ia berbuka puasa; dan Kedua ketika ia bertemu dengan Allah Taala, dan Allah ridha atas ibadah puasanya.........
Allah Swt sama sekali tidak memerlukan orang yang berperut lapar ataupun kehausan apabila tidak meninggalkan kebiasaan buruknya melalui satu bulan Ramadan.
Berbagai macam tingkah manusia mendiami bumi kita yang satu ini. Ada segolongan manusia yang berpuasa tetapi juga membunuh sesama manusia yang lain. Ada yang berpuasa tetapi berpandangan bahwa menganiaya orang Ahmadi adalah amal saleh ? Maka apakah Jannah-Nya juga terbuka bagi mereka yang seperti itu sebagaimana dibukakan-Nya lebar-lebar bagi mereka yang beramal shalih sejati ? Apakah orang-orang yang seperti itu akan diharamkan dari api Neraka ? Dan apakah Syaitan mereka itu dirantai ? Jika ya, bagaimana mungkin mereka dapat melakukan berbagai amal buruk syaitani seperti itu ?..........
Allah Taala telah menjanjikan kabar suka di dalam Al Qur’an dengan menempatkan ayat 2:187 [yang telah dibacakan di muka tadi segera setelah perintah berpuasa. Hal ini semacam memberi jaminan terkabulnya doa-doa. Namun Allah Taala pun menetapkan beberapa persyaratan untuk memperoleh qurb-Nya dan takabuliyatnya doa-doa. Dengan penggunaan kata ibaadi, di dalam ayat tersebut, yang artinya, ....'bagi hamba-hamba-Ku', Allah Taala menegaskan, bahwa karunia khas-Nya tersebut tidak diberikan kepada sembarangan orang, melainkan dianugerahkan bagi mereka yang sungguh-sungguh telah menjadi hamba Allah yang sejati, atau berniat untuk itu. Ialah, mereka yang amalannya merupakan cerminan dari doanya sehari-hari, yakni, ...iya kana budu wa iya kana'stain..., ...hanya kepada Engkau-lah kami menyembah, dan hanya kepada Engkau pula kami memohon pertolongan...(1:5). Ialah, mereka yang doa-doanya tidak hanya untuk keperluan duniawi, melainkan semata-mata untuk mencari ridho Ilahi (2:187). Tujuan utama mereka adalah menemukan Tuhan, tidak mengenal lelah untuk mencari-Nya. Sementara dunia sekeliling mereka menuju ke arah atheisme, namun mereka ini hanya mendambakan satu keinginan, ialah mendapatkan ilmu rohani yang cukup sebagai perbekalannya untuk memerangi godaan dunia yang dapat melemahkan keimanannya. Untuk itu pulalah mereka berpuasa di bulan Ramadan.
Mereka yang sudah menjadi Muslim atau yang tengah berusaha untuk menjadi Muslim sejujurnya, mereka itulah yang dimaksudkan oleh ayat (2:187) tersebut, yakni, fainni qorib, udzibu da'watadda'i idja da'ani', yang artinya, 'Aku dekat dan Aku mendengar mereka yang menyeru kepada-Ku, dan Aku mengabulkannya.
Bila soal jawab (talqin) niscaya diadakan, tentulah manusia perlu mencari Tuhannya dengan seikhlas-mungkin. Menjalankan segala perintah Tuhan sebagaimana yang ada di dalam Al Quran, dan sangat mencintai Rasulullah Saw, serta berjamaah dengan Imam Zamannya.
Untuk itu, orang tak boleh semau-maunya menjadi mufti bagi dirinya sendiri dalam menentukan keimanan yang sempurna, melainkan perlu mengacu kepada petunjuk yang telah diberikan oleh Allah dan Rasul-Nya. Allah Swt memfirmankan di dalam 2:187, bahwa beriman kepada-Nya akan dimudahkan apabila manusia mendengar seruan-Nya. Dan hal ini pada gilirannya akan memungkinkan manusia untuk menjalankan semua perintah di dalam Al Qur’an. Utamanya lagi apabila aspek haququllah dan haququl ibad telah dipenuhi. Bila dua kewajiban ini hanya dilaksanakan salah satunya, sedangkan yang lain diabaikan, maka orang yang demikian tak dapat dikategorikan sebagai muttaqi........
Sehingga sangatlah mengherankan sekaligus memprihatinkan bila ada yang mengeluh bahwa mereka sudah berusaha tapi tetap tidak dapat melaksanakan Salat Lima Waktu. Bila kita mengabaikan satu perkara penting seperti Salat, betapa mungkin kita dapat memohon doa yang makbul. Kita perlu berdoa dengan segenap hati dan jiwa agar dapat mencapai akhlakul karimah..........
Ramadan adalah sarana untuk mencapai ketinggian rohani, dan harus diusahakan untuk dapat menggapainya, dan masuk ke dalam Jannah-Nya melalui berbagai pintu yang telah dibukakan. Inilah bulan yang teristimewa bagi terkabulnya doa-doa; dan doa yang paling istimewa adalah ketika Allah berkenan datang mendekat kepada hamba-Nya, sebagaimana yang dimohonkan. Sebab, bila seorang mukmin telah mendapatkan qurb-Nya, maka segala keinginannya pun akan terpenuhi.
Semoga Allah Taala mengaruniai kita ilmu rohani yang dapat membukakan berbagai hikmah doa maupun falsafah pentingnya memelihara kedekatan Ilahi. Semoga setiap amalan kita mendatangkan keridhaan-Nya. Semoga kita memperoleh perubahan suci melalui doa-doa yang dipanjatkan selama Ramadan ketika Allah datang mendekat; yakni suatu perubahan yang khas, yang dapat membedakan kita dengan kaum yang lain..........

o o O o o
translByMMA / LA, 090109

Tidak ada komentar: