Rabu, 28 April 2010

Kiat Menjadi Para Abdus-Syakur Sejati

Pengungkapan rasa syukur yang sebenar-benarnya hanya dapat dilakukan oleh orang yang memiliki jiwa taqwa; yakni memahami tujuan utama diciptakannya oleh Allah Swt, dan berusaha sekuat tenaga untuk mencapai tujuan utama tersebut.
Allah Taala berfirman:
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَٮِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّـكُمْ
‘…Jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambahkan lebih banyak padamu…’ (Q.S. 14 / Ibrahim : 8).
Apakah yang dimaksud dengan mensyukuri karunia Ilahi dan bagaimana cara melaksanakannya ? Ialah itaat kepada-Nya dengan sempurna. Yakni melaksanakan apa-apa yang diperintahkan Allah, serta meninggalkan segala larangan-Nya.

Seorang mukmin hakiki akan senantiasa menjalani hidupnya sebagai Abdus-Syakur sejati agar dirinya selalu menjadi penerima berbagai karunia Ilahi. Untuk itu perlu setiap hari mengingat-ingat segala nikmat Allah yang telah diterima dengan segenap hati nurani dan pikiran, serta berdziqrullah.
Pengucapan di mulut saja tidaklah cukup, pengungkapan rasa syukur seorang mukmin sejati dapat terlihat dari perangainya. Akan terlihat adanya sikap rendah hati yang timbul dari kesadaran dirinya, bahwa semua karunia yang diperolehnya itu adalah semata-mata dari Allah Swt.
Kondisi kesehatan yang prima pun adalah salah satu karunia Allah yang perlu kita syukuri dengan cara beribadah dan mengkhidmati agama.
Lalu, Allah Taala pun memberikan kesejahteraan ekonomi, yang kita belanjakan di jalan-Nya dengan sikap tidak takabur.
Jika kita memanfaatkan segala kemampuan dan kelebihan yang kita miliki sesuai dengan perintah Allah, itulah ungkapan rasa syukur yang hakiki.
Allah adalah Ar Rahman, Dia senantiasa berkenan untuk meningkatkan kemampuan kita. Memberi kesehatan yang baik dan mengaruniai kedekatan-Nya agar menjadi seorang Abid (ahli ibadah) yang hakiki agar dapat mencapai tujuan utama diciptakannya manusia oleh Allah Taala.
Sesungguhnya manusia tak akan mampu beribadah yang mendatangkan kemakbulan bila hanya mengandalkan usahanya sendiri. Ciri khas adanya pengungkapan rasa syukur yang ikhlas adalah adanya peningkatan sikap shalih dan taqwa.
Allah Taala berfirman:
وَمَا يَفْعَلُوْا مِنْ خَيْرٍ فَلَنْ يُّكْفَرُوْهُ‌ؕ وَاللّٰهُ عَلِيْمٌۢ بِالْمُتَّقِيْنَ
Dan kebaikan apapun yang mereka kerjakan, sekali-kali mereka tidak dihalagi menerima ganjarannya, dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang bertakwa.’ (Q.S. 3 / Al Imran : 116).
Ketaqwaan yang hakiki dapat dicapai bila orang senantiasa mengaitkan segala kelebihan dan kecakapan yang dimilikinya adalah berkat karunia Allah Taala; yakni betapa Allah berkenan mewujudkan sifat-Nya Al Syakur (Maha Mensyukuri) kepada mereka, sebagaimana firman-Nya:
‏لِيُوَفِّيَهُمْ اُجُوْرَهُمْ وَيَزِيْدَهُمْ مِّنْ فَضْلِه ؕ اِنَّهٗ غَفُوْرٌ شَكُوْرٌ‏
Agar Dia menyempurnakan kepada mereka ganjaran mereka sepenuhnya dan Dia menambahkan kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya, Dia Maha Pengampun, Maha Menghargai, inna ghafurusy-syakur.’ (Q.S. 35 / Al Fathir : 31).
Penggunaan kata Syakur di dalam ayat ini bukan menunjukkan kerendahan hati ataupun rasa syukur Tuhan, melainkan Dia itu menyukai dan menghargai sikap rendah hati, shalih, taqwa dan ahli ibadat para hamba-Nya yang sejati.
Sekali memahami aspek ini, yakni, segala kelebihan dan kemampuannya dikhidmatkan demi lillahi Taala, maka orang itu pun berarti datang kepada Tuhan Ar Rahim dengan sepenuh ikhlas. Karunia Allah meliputi segala sesuatu. Dia sangat menghargai setiap langkah manusia yang menuju kepada-Nya.
Maka betapa malangnya orang yang meninggalkan Tuhannya – Allah, Ar Rahim, As Syakur - lalu pergi menuju ke arah yang lain.
Berhentilah sejenak, berpikirlah dan merenunglah: Jika keuntungan duniawi sampai menjauhkan diri anda dari agama, maka tak ada lagi keberkatan di dalamnya. Melainkan hanya merusak diri sendiri dan tidak mensyukuri karunia Allah.
Kita telah berbaiat di tangan seorang Imam Zaman yang berbagai kaum lain masih menunggu-nunggu kedatangannya; yang hanya kepada beliaulah Rasulullah Saw menubuatkannya dengan penuh rasa cinta hingga mengamanatkan umat beliau agar menjumpainya dan mengucapkan Salam. Apakah mengikat tali hubungan dengan seorang wujud yang demikian istimewa seperti itu suatu hal yang sepele ? Sungguh tidak, melainkan justru hal ini adalah suatu kemuliaan besar, yang dengan memuliakannya kita akan dapat menjadi seorang Abdusy-Syakur yang sejati.
Menggabungkan diri dengan Imam Zaman, adalah bukan perkara semudah pengakuan di mulut belaka, melainkan berarti kita telah berikrar setia sewaktu Baiat pertama, yang kemudian diulangi lagi di tangan Khalifah Waqt-nya.
Bai’at artinya menjual diri; yakni ikrar janji untuk mengorbankan segala keinginan diri pribadi demi untuk mematuhi segala perintah Ilahi. Artinya, mengesampingkan segala angan-angan pribadi, menggantinya dengan senantiasa berpikir bahwa Allah Taala Maha Hadir mengawasinya.
Hendaknya setiap orang merenungkan dan memeriksa diri, sejauh manakah kita telah sesuai dengannya, karena Allah Taala berfirman:
وَاَوْفُوْا بِالْعَهْدِ‌ۚ اِنَّ الْعَهْدَ كَانَ مَسْــُٔوْلاً‏
‘….dan penuhilah janji [baiat]; karena sesungguhnya janji itu akan ditanya.’ (Q.S. 17 / Bani Israil : 35)
Pertama, agar kita dapat menjauhkan diri dari segala bentuk perbuatan syirik [yakni menyekutukan Tuhan] dengan sepenuh hati.
Hendaknya diingat, syirik bukan hanya berupa menyembah sesuatu patung berhala (idola) saja; melainkan juga sikap atau perbuatan syirik khafi, yang tersembunyi atau tak tampak.
Contohnya, adalah menyepelekan kedisiplinan Salat hanya disebabkan oleh kesibukan urusan pekerjaan atau bisnis. Yakni mendahulukan urusan duniawi sedemikian rupa hingga seolah-olah Allah tidak bersifat Ar Razaaq (Maha Pemberi Rizqi). Berpikir bahwa bisnis atau pekerjaannya itulah yang menjamin kehidupannya
Atau kadangkala juga anak keturunan mereka melakukan perbuatan yang bertentangan dengan firman Allah, yang apabila kita membiarkannya akan menjadi syirik.
Allah Taala berfirman:
يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُلْهِكُمْ اَمْوَالُكُمْ وَلَاۤ اَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللّٰهِ
Hai orang-orang yang beriman! Janganlah melalaikan kamu hartamu dan anak-anakmu dari berdzikrullah…’ (Q.S. 63 / Al Munafiqun : 10).
Perhatikanlah ayat ini, karena dengan mengabaikannya akan mengarahkan orang kepada kebinasaan.
Hendaknya menjauhi segala corak bohong, zinah, pandangan birahi terhadap bukan muhrim, fasiq, kejahatan, aniaya, khianat, makar, memberontak, dan tak akan dikalahkan oleh hawa nafsunya meskipun bagaimana juga dorongan terhadapnya.
Periksalah diri apakah kita sudah benar-benar menjauhi kedustaan; karena setengah orang memahami secara keliru mengenai perbuatan dusta yang konotasinya luas.
Sedangkan yang menyangkut perzinahan dan juga zinah mata: Tayangan video, media internet ataupun berbagai acara televisi yang vulgar juga termasuk di dalamnya. Kesemuanya itu memberi dampak buruk, khususnya kepada generasi muda.
Keburukan ini mulanya menyeruak atas nama kebebasan dan keterbukaan, lalu beberapa keluarga yang bernasib malang pun ikut terlibat di dalamnya.
Mulanya pikiran mesum tersebut timbul di dalam otak, kemudian mata, lalu mengarahkannya untuk direalisasikan. Maka jika pihak orang tua tidak mengawasinya sejak dini, anak-anaknya itu pun akan semakin tenggelam terpengaruh.
Jangan membiarkan anak-anak menonton berbagai tayangan vulgar di TV. Penggunaan internet pun harus diawasi. Hendaknya mereka pun dapat bersikap mendahulukan kepentingan agama atas urusan dunia.
Para orang tua hendaknya menunjukkan kerja sama yang baik dalam gerakan ini, karena setiap kelemahan yang ada pada diri mereka akan menjuruskan kepada kerusakan.
Tanggung jawab yang terbesar ada pada pihak kepala rumah tangga, yakni kaum pria. Selamatkanlah dirimu dan keluargamu dari Api neraka, karena Allah Taala telah berkenan menyelamatkan anda sekalian. Sementara dunia Muslim jatuh-bangun berusaha untuk membentuk kepemimpinan bagi dunia mereka, kita telah memperoleh karunia nikmat Khilafat yang terus menerus membimbing mereka. Maka karunia Ilahi ini menuntut anda sekalian untuk meninggalkan segala macam perbuatan buruk, agar dapat terus melangkah maju; ingatlah selalu firman Allah Taala ini:
يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْۤا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا
Hai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari Api neraka…’ (Q.S. 66 / Al Tahrim : 7).
Pada zaman sekarang ini, kita banyak menghadapi tantangan berbagai keburukan akhlak, yang di dunia Barat sudah tidak dianggap sebagai perbuatan tak bermoral. Mulanya, setengah orang mengikuti mereka atas nama kebebasan dan keterbukaan, namun kemudian mereka menyadari bahwa semuanya itu bukan hiburan dan bukan pula kebebasan, melainkan jurang Api neraka yang berselebung hiburan dan kebebasan.
Dengan ini saya nasehatkan kepada kaum muda agar senantiasa ingat, bahwa kesemuanya itu bukanlah bagian dari tujuan utama kehidupan kalian. Janganlah melibatkan diri di dalamnya. Bedakanlah secara tegas di antara kalian dengan kaum lain.
Kita hendaknya menghindari perbuatan makar dan pelanggaran hukum. Bangunlah silih asih di dalam lingkungan kita, yang niscaya akan menjauhkan segala macam perbuatan tipu-menipu. Maka menjauhkan diri daripadanya berarti menghilangkan perbedaan khas antara kita dengan kaum lain.
Syarat selanjutnya adalah akan mendirikan disiplin Salat Lima Waktu dengan dawam, yang telah saya terangkan sebelumnya.
Berikutnya adalah, tidak akan mendatangkan kesusahan apapun yang tidak pada tempatnya terhadap makhluk Allah pada umumnya. Berikutnya, akan tetap setia kepada Allah baik dalam keadaan susah ataupun senang, dalam keadaan duka atau suka, nikmat ataupun musibah.
Setengah orang boleh jadi sedang menjadi korban krisis ekonomi yang kini tengah melanda. Namun janganlah ada seorang pun di antara anda sekalian yang sampai meninggalkan perlindungan Tuhan.
Akan berhenti dari adat kebiasaan duniawi yang buruk dan menuruti hawa nafsu. Sebaliknya ia akan benar-benar menjunjung tinggi perintah Al Qur’an, serta itaat kepada Allah dan Rasul-Nya.
Ia pun akan meninggalkan sifat takabbur dan sombong, lalu hidup dengan merendahkan diri.
Berikutnya, akan menghargai agama, kehormatan agama dan mencintai Islam lebih dari jiwanya, harta-bendanya, anak-anaknya, dan segala apa yang dicintainya.
Ini adalah suatu persyaratan yang sangat lugas yang setiap orang hendaknya ingat akan hal ini.
Dunia luar tengah mengawasi kita atas pengakuan kita sebagai gambaran Islam yang hakiki. Oleh karena itu, menjadi tanggung jawab kita untuk menjaga kehormatan Islam. Kita hanya akan memperolah keberhasilan dalam bertabligh jika diri kita sendiri shalih dan muttaqi.
Saat ini sedang banyak penentangan terhadap Islam di sekeliling kita. Maka tugas kita-lah untuk menyajikan gambaran Islam yang hakiki kepada dunia. Para penentang Islam sudah berikhtiar untuk mengajukan pelarangan ini itu, termasuk melarang pembangunan minaratul masjid. Apakah dengan meniadakan minaratul masjid akan dapat menghilangkan berbagai perbuatan kriminal lainnya ?
Meskipun mereka telah membuat keputusan pelarangan tentang menara itu, namun momentum mengenai masalah ini hendaknya terus diangkat. Banyak-banyaklah menulis di berbagai surat kabar. Adakanlah berbagai Seminar tentang hal itu. Meskipun undang-undang anti minaratul masjid telah mereka sahkan menyusul adanya suatu referendum, namun suatu referendum yang lain dapat membatalkannya.
Memang keberadaan suatu minaratul masjid tidak begitu penting karena kemunculannya di dalam sejarah perkembangan Islam lalu menjadi ciri khas, baru datang beberapa lama kemudian. Namun, hal ini tetap adalah salah satu kehormatan Islam. Perlihatkanlah contohnya dalam Islam yang telah berdiri di 195 negara, tidak pernah sekalipun melakukan perbuatan yang melanggar hukum ataupun makar terhadap pemerintahan dimana pun mereka berada. Kami adalah gambaran Islam yang hakiki.
Alih-alih mencari-cari informasi ke dalam [instansi], lebih afdhol menggalang hubungan baik dengan orang-orang lokal, terutama oleh para anggota yang dapat berbicara dalam bahasa setempat; sedangkan yang tidak dapat, boleh ditugaskan untuk membagikan literatur. Pendek kata, setiap anggota hendaknya ikut berpartisipasi dalam kegiatan [Tabligh] yang berberkat ini.
Perkara lainnya yang kini tengah menghangat di Europa adalah masalah Pardah.
Kaum wanita hendaknya dapat mengorganisir gerakan menulis tentang Pardah di berbagai surat kabar .
Kita perlu menyadarkan dunia, bahwa Pardah adalah untuk memuliakan status kaum wanita, meskipun boleh jadi ada sebagian pihak mereka yang merasa terusik oleh penampilannya.
Pardah adalah untuk mengangkat derajat kaum wanita. Adalah fitrat kaum wanita ingin dihormati. Dan agama Islam menyediakan fasilitasnya untuk itu. Pardah bukan paksaan, melainkan justru sebagai ciri khas kepribadian kaum wanita Muslim untuk menjaga kemuliaan mereka.
Anak-anak perempuan jangan merasa rendah diri dalam perkara ini. Jika mereka merasa tak nyaman hanya disebabkan propaganda negatif atau memilih mode yang trendy dengan menanggalkan Pardah, maka sudah tak ada jaminan lagi mereka akan dimuliakan. Karena sikap masyarakat menghormati mereka terkait dengan sikap kalian memuliakan perintah agama.
Berikutnya adalah, bahwa selamanya akan menaruh belas kasih dan sebisanya mendatangkan faedah terhadap makhluk Allah seumumnya dan umat manusia pada khususnya berdasarkan kemampuan dan nikmat Allah yang dikaruniakan kepadanya.
Hal ini akan terpenuhi bila kita berusaha membawa dunia lebih dekat kepada Allah (ber-Dawat Ilallah).
Hanya dengan cara itaat dan setia kepada Khilafat-lah yang akan membuat diri kita mantap lahir batin sebagai Jamaat-Nya ini. Jika tidak, tentulah ibarat hanya sekedar menempelkan label belaka.
Semoga hal itu tidak terjadi, agar mereka yang bergabung ke dalam Jamaat ini di kemudian hari lebih maju dan para pendahulunya yang telah dapat berkorban dengan istimewa dalam masa-masa awal mereka, yang tidak dialami oleh generasi kemudian.
Allah Taala mewahyukan ini,
وَجَاعِلُ الَّذِيْنَ اتَّبَعُوْكَ فَوْقَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْۤا
dan [Allah] akan menjadikan orang-orang yang mengikut engkau di atas orang-orang yang ingkar hingga Hari Qiamat.’
Hal ini untuk menunjukkan bahwa Allah Taala berkehendak untuk mendirikan suatu Jamaat yang para anggotanya telah meninggalkan segala keinginan pribadinya agar sepenuhnya itaat.
Itulah harapannya. Jika kita ingin menjadi anggota yang benar-benar menjalin ikatan yang kuat dengannya, maka kita - baik tua maupun muda, pria maupun wanita - haruslah berusaha untuk memenuhi harapan beliau tersebut, dan senantiasa memeriksa diri.
Para orang tua hendaknya mengawasi anak-anaknya dengan cara kasih sayang agar mereka menyadari pentingnya ajaran ini, serta memberi pengertian perbedaan dengan orang lain.
Semoga Allah Taala memudahkan setiap orang di antara kita menjadi abdi yang hakiki; yakni menjadi orang-orang yang senantiasa menghargai dan mensyukuri karunia Ilahi. Amin !
o o O o o
transltdByMMA / LA04/27/09

Tidak ada komentar: