Rabu, 11 Agustus 2010

Tasyakur

Telah dinyatakan sejak permulaan sekali di dalam Al Qur’an Karim, bahwa kaum Mukminin hakiki memulai segala amal shalihnya dengan Bismillah, dengan nama Allah; sehingga pertolongan Allah pun senantiasa menyertai mereka. Mereka selalu ingat kepada Allah Swt.
Ayat pertama Al Qur’an Karim pun adalah:
بِسۡمِ ٱللهِ
Bismillah, yakni, [‘Aku mulai] dengan nama Allah…’; yang merupakan suatu pernyataan, bahwa Kitab Suci yang sedang akan aku baca ini dimulai dengan nama Allah.
Begitulah kaum Mukminin sangat dipujikan agar memulai segala macam langkah amal perbuatannya dengan Bismillah.

Sifat Allah lainnya yang terkait setelah itu adalah Ar-Rahman (Maha Pemurah) dan Ar-Rahim (Maha Penyayang).
Ar-Rahman, Dia itulah Allah Yang Sangat Pemurah dan Pembawa Berkat. Dengan sifat Rahmaniyyat-Nya itu, Dia menyediakan segala keperluan umat manusia seumumnya.
Sedangkan sifat Rahimiyyat, adalah tambahan dari sifat Rahman, yang diberikan khusus kepada mereka yang menjadi pengabdi sejati Allah Ar-Rahman. Yakni, mereka yang menyerahkan diri kepada Allah dalam memohon pertolongan-Nya. Dan Allah pun memberikan dukungan dan pertolongan-Nya melalui sifat Rahimiyyat-Nya ini.
Dia memberi karunia melalui sifat Rahmaniyyat dan sekaligus juga Rahimiyyat-Nya, yang membuat kita bersyukur; menjadi pengabdi sejati Allah Al Syakur (Yang Maha Menghargai). Kita mendapatkan rahmat-Nya dalam bentuk setiap aspek kebaikan, sebagaimana dinyatakan di dalam Al Qur'an Karim:
لَٮِٕن شَڪَرۡتُمۡ لَأَزِيدَنَّكُم
‘…jika kamu bersyukur, maka pasti Aku pun akan menambahkan lebih banyak lagi kepadamu;’ (Q.S. 14 / Ibrahim : 8).
Agar karunia Rahmaniyyat dan Rahimiyyat Allah Taala ini terus berlanjut, kita pun perlu terus menerus memohon kepada-Nya.
Tak ada satu pun aspek dalam kehidupan rohani maupun duniawi dapat terwujud jika tidak ada karunia dari kedua sifat Allah Taala ini. Jika orang merenungkannya, maka ia pun akan menyadari, kedua sifat Allah ini memang bekerja dengan efektif.
Bahkan sifat Rahmaniyyat-Nya ini telah lama terwujud jauh sebelum manusia diciptakan. Dia telah menyediakan segala macam fasilitas dan kebutuhan yang diperlukan untuk eksisnya kehidupan umat manusia, yang manusia itu sendiri tak akan sanggup untuk menciptakannya walaupun dengan segala daya upaya mereka. Bahkan memikirkannya pun mereka tak mampu.
Sedangkan Rahimiyyat-Nya akan menzahir dengan sendirinya bagi manusia yang memanfaatkan segala macam daya kemampuan yang telah diberikan Allah Taala, demi untuk mencapai keinginannya. Sifat Rahimiyyat Allah Taala tidak akan membiarkan setiap daya upaya dan pikiran manusia dibiarkan kosong, tidak membuahkan hasil.
Segala macam perencanaan kerja keras mengarahkan pikiran kaum Mukminin hakiki kepada semata-mata karunia Allah Taala, alih-alih mengaitkan keberhasilannya itu sebagai hasil usaha mereka.
Semua akhir yang baik yang mereka peroleh membuat mereka bersyukur kepada Allah Taala sedemikian rupa sehingga menjadi pengabdi sejati Allah Al Syakur.
Al Qur’an banyak mengingatkan di berbagai tempat, bahwa salah satu ciri khas kaum Mukminin sejati adalah senantiasa bersyukur. Antara lain adalah:
إِنَّ ٱللَّهَ لَذُو فَضۡلٍ عَلَى ٱلنَّاسِ وَلَـٰكِنَّ أَكۡثَرَهُمۡ لَا يَشۡكُرُونَ
yakni, ‘…Sesungguhnya, Allah pasti mempunyai karunia atas manusia, akan tetapi kebanyakan mereka tidak bersyukur…’ (Q.S. 10 / Younus : 61).
Walhasil, semata karunia Allah Taala, Dia berkenan memberikan berbagai kemajuan rohani maupun duniawi kepada manusia; yang bagi Mukminin hakiki membuat rasa syukur mereka semakin bertambah. Dan pengungkapan rasa syukur yang paling afdhol adalah dalam bentuk Salat yang waktunya telah ditetapkan. Senantiasa bersujud dan memohon kepada-Nya. Mengaitkan segala hal yang baik yang berhasil diperolehnya semata karunia Allah Taala.
Begitulah sikap mereka yang memulai segala sesuatunya dengan Bismillah. Yakni, manakala mereka memperoleh hakikat tentang hal ini, tak ada pemikiran lain di dalam diri mereka selain menzahirkan tasyakur mereka dalam bentuk dzikir dan tahmid kepada Allah Swt.
Wajibnya membaca Surah Al Fatihah lebih memperjelas tentang hal ini, yakni, sekali sesuatu amal shalih dimulai dengan Bismillah, kemudian berbagai karunia keberkatan-Nya telah dirasakan, maka wajiblah dizahirkan tasyakurnya dalam tiap rakaat Salat, dan juga doa-doa makbuliyat lainnya, yakni, Alhamdulillah, segala puja-puji memang bagi Allah semata. Rabbul Alamin, Tuhan seluruh alam semesta, yang telah menyediakan segala sesuatunya.
Allah Taala memulai Kitab Al Qur’an Karim dengan perkataan Bahasa Arab, ‘Hamd’, segala puji bagi-Nya, alih-alih menggunakan kata 'Madh' (Yang Dipuji) atau 'Syukr' (Yang Disyukuri) karena perkataan 'Hamd', yakni segala puji, sudah mencakup kedua kata tersebut.
Memuji Allah Taala tidaklah sesederhana bersyukur kepada-Nya, melainkan dengan segala amal perbuatan yang mencerminkan pengakuan terhadap eksisnya sifat Rahmaniyyat Allah yang telah menyediakan segala kebutuhan hidup manusia, ditambah lagi dengan memberi ganjaran pahala atas segala usaha yang telah dilakukan manusia; mengabulkan doa-doa mereka, dan memberikan berbagai berkat karunia-Nya dengan tanpa melihat kedhoifan di dalam usaha dan doa kita. Melainkan justru diperbaiki-Nya agar hasil perolehannya pun menjadi se-afdhol mungkin.
Dan sesungguhnya, berkat sifat Al Syakur Allah Taala ini, tasyakur kita bukan hanya pengucapan rasa syukur yang biasa-biasa saja, melainkan Dia itu pun men-sattari berbagai kedhoifan kita, berkenan memperbaikinya lalu meningkatkan standar daya upaya kita; yakni, memberdayakannya sedemikian rupa sehingga jika diusahakan oleh manusia biasa, tak akan mampu mencapai hasil sebagaimana yang kita telah peroleh.
Maka jika kita mengucapkan Alhamdulillah atas dasar pemikiran ini, niscaya Allah Taala pun berkenan untuk menambahkan lebih banyak lagi berbagai karunia-Nya kepada kita.
Inilah yang hendaknya kita senantiasa dapat menyadarinya.
Namun, seiring dengan bertasyakur kepada Allah, Dia pun memerintahkan kita untuk bersyukur kepada sesama manusia, yang merupakan hak mereka yang telah berbuat baik kepada kita. Dan hal ini merupakan sikap para pengabdi Allah Ar-Rahman yang sejati.
Haququllah tak akan dapat terlaksana dengan baik jika tidak disertai dengan haququl-ibad yang baik.
Rasulullah Saw pun bersabda: Orang yang tidak bersyukur kepada manusia berarti tidak bersyukur kepada Allah Swt.
Beliau Saw sangat berterimakasih kepada siapapun yang telah melakukan kebaikan kepada beliau, betapapun sepelenya.
Adalah juga merupakan sikap syukur Rasulullah Saw kepada kaum Madinah yang menyebabkan beliau memilih untuk menetap di Madinah meskipun Makkah telah berhasil beliau taklukkan.
Maka kaum Mukminin yang hakiki sudah seharusnya dapat mengikuti contoh langkah beliau yang berberkat tersebut.

MMA / LA 08102010

Tidak ada komentar: