Rabu, 03 Juni 2015

Kecintaan Pendiri Ahmadiyah kepada Nabi Muhammad saw[1]

Pendahuluan

Aspek terpenting kehidupan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmadas, al-Masih al-Mau’ud (Al-Masih Yang Dijanjikan), Imam Mahdi, Imam Zaman dan Pendiri Jemaat Ahmadiyah, berkaitan dengan kecintaan yang tak tertandingi dan tak terbatas kepada Baginda Nabi Muhammad shallAllahu ‘alaihi wa sallam. Aspek kehidupan Hadhrat Hadhrat Masih Mau’ud as menjadi begitu sangat penting, karena di abad ini banyak orang Muslim menganggap bahwa Hadhrat Mirza Ghulam Ahmadas, Naudzu billah, telah menghina Baginda Nabi saw.

Beberapa pihak menuduh bahwa Hadhrat Masih Mau’ud as telah merubah keyakinan umat Muslim (mis. “Tidak ada Tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah”) dengan memasukkan namanya, ‘Ahmad’ bukan ‘Muhammad’. Padahal Hadhrat Masih Mau’ud as hanya mengakui keyakinan Muslim yang asli dan murni dan Islam yang benar yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw sendiri dan mengamalkannya melebihi orang-orang Muslim lainnya. Beberapa pihak bahkan mengklaim bahwa Hadhrat Mirza Ghulam Ahmadas menyatakan diri bahwa beliau lebih hebat daripada Baginda Nabi saw. Pandangan-pandangan para anti Ahmadi di website memperlihatkan pernyataan palsu terhadap Hadhrat Masih Mau’ud, atas tuduhan penghinaan terhadap karakter Baginda Nabi Muhammad saw.

Sangat penting untuk membantah propaganda palsu yang disebarkan oleh mereka yang berusaha mendiskreditkan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as dengan cara ini, karena tuduhan-tuduhan demikian sama sekali tidak benar dan sangat tidak sesuai dengan kenyataan.

Hadhrat Masih Mau’ud kerasukan cinta yang sangat mendalam terhadap Majikannya, Khatamul Anbiyya, Kekasih Allah, Baginda Nabi Muhammad saw, sepanjang sejarah sejak wafatnya Nabi Muhammad saw tidak ada seorangpun yang memiliki kecintaan yang begitu mendalam kepada Baginda Nabi Muhammad saw, dan rasanya hampir tidak mungkin diungkapkan dengan kata-kata.

Kecintaan Hadhrat Hadhrat Masih Mau’ud kepada Rasulullah saw adalah seperti makanan bagi jiwa beliau, setiap detik dalam kehidupan beliau larut dalam kecintaan dan ketaat an dan pengkhidmatan kepada Rasulullah SAW. Hanya karena pengkhidmatan dan ketaat an beliau kepada Hazhrat Rasulullah saw sajalah maka Allah SWT menganugerahi beliau pangkat Al Masih dan Al Mahdi, yang kedatangannya telah dinubuwatkan oleh Nabi Muhammad saw sendiri.

Cara-cara beliau as mengungkapkan kecintaannya kepada Rasululullah saw sangat berlimpah sehingga mustahil untuk mencakup setiap aspeknya. Kehidupan Hadhrat Masih Mau’ud as penuh dengan contoh-contoh cinta sejati kepada Rasulullah saw, layaknya seperti langit dipenuhi dengan bintang-bintang. Sangat sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata untuk menggambarkan kecintaan ini.

Kehidupan Cinta dan Pengabdian

Tanda seorang kekasih sejati adalah bahwa dia bersedia mati dan mengorbankan segalanya demi kekasih yang dicintainya. Hasrat kecintaan yang tulus ini ada pada Hadhrat Masih Mau’ud as dengan intensitas sedemikian rupa hingga contoh-contohnya tidak dapat ditemukan dimanapun. Setelah kecintaan kepada Allah yang Maha Agung, ciri khas dari kehidupannya yang paling bersinar adalah kecintaan dan kesetiaannya kepada Hadhrat Rasulullah saw. Keinginan untuk mengorbankan dirinya demi sang kekasih dan taraf kecintaannya kepada Rasulullah saw telah mencapai puncaknya dalam kehidupan pecinta sejati ini.

Kegairahan untuk mengorbankan dirinya demi agama yang dibawa oleh sang kekasih Muhammad saw datang dari kedalaman hatinya dalam bentuk doa.
“Kukorbankan hatiku demi agama Muhammad saw; Inilah keinginan hatiku, Oh, seandainya bisa tercapai keinginanku. “

Rasa kesetiaan ini tidak terbatas hanya keinginan belaka. Seluruh kehidupan Hadhrat Masih Mau’ud as, setiap saat setiap waktu, seluruh kekuatan dan kemampuannya, dinisbahkan untuk pelayanan agama – Islam, yang dibawa oleh Nabi saw. Seluruh kehidupan Hadhrat Masih Mau’ud as dipergunakan dalam bentuk Jihad, atau berjuang dijalan Islam. Demikian beliau menyatakan dirinya, “Atas karunia (sebagai buah jasa) majikanku yang mulia, aku telah diberkati dengan jiwa yang penuh kecintaan, meskipun menanggung luka, aku akan terus menerus mengkhidmati agama ini. Dan pada kenyataannya, kehidupan yang menyenangkan dan diberkati adalah kehidupan yang dipergunakan untuk mengkhidmati dan menyebarluaskan agama Ilahi.”[2]

Ini adalah kehidupan yang sangat diberkati yang dianugerahi kepada Hadhrat Masih Mau’ud as. Beliau selalu melakukan permohonan doa yang mendalam untuk pembaharuan dan keunggulan Islam. Beliau berjuang dalam perang empat arah berhadapan dengan musuh-musuh Islam. Beliau menegakkan keadilan dengan Jihad pena, bahwa setiap beliau digagalkan dengan serangan-serangan dari musuh Islam, dan dengan bantuan ruhul kudus, Islam diberi kekuasaan dan kemenangan di segala bidang. Betapa indahnya pernyataan Hadhrat Masih Mau’ud berikut ini:Kita hancurkan jajaran musuh dengan argumentasi kita; ‘Kita gunakan fungsi pedang dengan Pena kita.

Literatur yang telah disusun dalam buku Ruhani Khaza’in atau ‘Harta Karun Rohani,’ berisi kumpulan buku-buku yang ditulis oleh Hadhrat Masih Mau’ud as, berjumlah lebih dari 80 buah buku. Ini adalah sebagai saksi hidup atas bakti Jihad beliau. Oleh sebab itulah maka pada saat kewafatan beliau, para penentang Ahmadiyah mengingat beliau sebagai pembela Islam yang berjaya.


Hidup dan kehidupan Hadhrat Masih Mau’ud as penuh dengan pengkhidmatan kepada Islam. Hal ini disebabkan murni karena kecintaan sejati beliau kepada Hadhrat Rasulullah saw, besarnya perasaan beliau terhadap Islam. Hadhrat Masih Mau’ud as secara terbuka telah dikutuk dan difatwa kafir atas beliau. Beliau telah mengalami penderitaan atas segala penganiayaan, tetapi hanya karena kecintaan beliau kepada Hadhrat Rasulullah saw, pecinta sejati ini menanggungderitakan semua hal ini, dan kesetiaan beliau kepada Islam tidak berkurang sedikitpun. Beliau menyatakan:Kami telah melebur dalam kecintaanmu; Kami menggunakan setiap bagian tubuh kami dalam caramu, ya Rasul.



Bila kehidupan Hadhrat Masih Mau’ud as ini, yang penuh dengan pengabdian kepada Islam, bukan sebagai perwujudan yang jelas atas cintanya kepada Baginda Nabi saw, lalu apalagi namanya ?

Setiap hal yang berkaitan dengan Baginda Nabi saw dicintai oleh Hadhrat Masih Mau’ud as.

Tanda lain dari pecinta sejati adalah ia ”menjual” dirinya, seolah-olah, demi kekasih yang dicintainya dan mengorbankan segalanya yang ia punya demi untuk kekasihnya. Beliau as bahkan mulai mencintai hal-hal yang berkaitan dengan kekasihnya. Mengenai hal ini mari kita lihat sejenak kehidupan Hadhrat Masih Mau’ud as.
Beliau nyatakan dalam untaian bait bahasa Parsi: “Hidupku dan hatiku, tiada yang lain kecuali pengorbanan untuk kemuliaan kekasihku Muhammad saw, saya seakan, sebutir debu di lorong jalan Muhammad saw.”
سرے دارم فدائے خاکِ احمد ؐ
دلم ہر وقت قربانِ محمدؐ
میرا سر احمد کی خاک پر فدا ہے اور میرا دل ہر وقت آپؐ پر قربان ۔
“Saya bersedia berkorban meletakkan kepala saya pada debu Ahmad saw, hatiku setiap saat berkorban untuk beliau saw.”[3]

Saat sang Rembulan kita (Nabi saw) melirik dengan penuh cinta kasih pada hati kita,
Hati kita yang gelap segera berubah jadi perak nan murni berkilau.
Karunia kekasihku nan luas terus mengundang di setiap momen;










Meskipun orang-orang yang bukan dari kita terus menjauhkan kita dari jalan itu,  
Siang maupun malam, ku terbaring bagai debu di jalan kekasihku saw;
Tanda lain apakah yang ada bagi keberuntungan dan kehormatan kita?[4]

“Aku bersedia berkorban jiwa dan hatiku demi keindahan Muhammad saw, tubuhku kukorbankan sebagai debu pada lorong jalan yang dilewati keluarga Muhammad saw.”[5]
Hadhrat Masih Mau’ud as memperlihatkan kecintaan yang besar sekali terhadap keturunan Baginda Nabi saw.

Hadhrat Dr Syed Abdus Sattar(ra) bai’at pada tahun 1901, dan masuk dalam komunitas Muslim Ahmadiyah. Beliau mengisahkan pada satu kesempatan, ketika Hadhrat Masih Mau’ud as sedang berbaring –baring diatas charpai (kasur yang terbuat dari jerami) di dalam taman. Saya juga ikut duduk-duduk disana bersama beberapa yang lain. Tiba-tiba, Hadhrat Masih Mau’ud menatap beliau dan berkata: “Dr Sahib! Mari duduk bersama saya diatas charpai ku.” Beliau menjawab: “saya malu-malu bila saya harus duduk disamping Hadhrat Sahib” (Hadhrat Masih Mau’ud as). Hadhrat Masih Mau’ud as mempersilahkan lagi kepada beliau untuk duduk disamping beliau, Tapi Dr Sattar dengan sopan menjawab: “Tidak apa-apa Hudhur, saya di sini saja.” Tetapi Hadhrat Masih Mau’ud mengulang lagi sampai ketiga kalinya dan berkata; “Mari duduk bersama saya di charpai ku ini, karena Tuan adalah Syed (Sayyid, keturunan Baginda Nabi saw), dan ini adalah kewajiban saya untuk menghormati Tuan”.

Dalam hal kecintaan Hadhrat Masih Mau’ud as kepada keturunan Baginda Nabi saw, Hadhrat Sayyeda Nawwab Mubarakah Begum Sahiba(ra) mengisahkan bahwa Hadhrat Masih Mau’ud as sedang berbaring-baring ditaman diatas charpai. Pada saat itu bulan Muharram. Hadhrat Masih Mau’ud as teringat kejadian menyakitkan di Karbala. Kecintaan beliau kepada Baginda Nabi saw dan keturunannya mulai mengalir sebagaimana adanya. Beliau memanggil dua anaknya yang masih kecil-kecil. Demi untuk mengingat Majikan yang dicintainya dan mengajarkan anak-anaknya tentang kecintaan kepada keturunan Nabi Muhammad saw, beliau berkata: “Mari anak-anak, aku akan ceritakan kepada kalian kisah tentang Muharram. Hadhrat Masih Mau’ud as kemudian dengan sedih mengisahkan kejadian yang berhubungan dengan disyahidkannya Hadhrat Imam Hussain(ra), sementara air mata mengalir dari matanya. Keadaan aneh telah menguasai dirinya. Hatinya larut dalam kesedihan yang mendalam memikirkan penderitaan kesyahidan cucu Baginda Nabi saw. Beliau mengungkapkan perasaan hatinya dengan cara yang sangat menyedihkan dengan kata-kata berikut ini: ‘Yazid kotor itu telah melakukan kekejaman terhadap cucu Baginda Nabi kita tercinta saw. Tetapi Allah juga mencengkeram para penganiaya itu dengan sangat cepat dan menghukum mereka.’

Cerita tentang kehidupan rumah tangga beliau as ini adalah bukti bersinarnya kecintaan beliau yang luar biasa terhadap Baginda Nabi saw.

Mari kita lihat untaian bait puisi beliau as dalam bahasa Parsi:
Wahai cintaku! Jika di lorong jalanmu kepala-kepala para pecintamu dipenggal, orang pertama yang menyatakan cintaku padamu adalah diriku.[6]

Bukti kecintaan beliau as yang amat sangat tertuang dalam untaian bait, seolah-olah beliau tidak sanggup terpisah dari kekasihnya walau sedetik saja. Beliau berkata:
‘Hatiku kukorbankan untuk setiap jengkal tanah yang telah kau injak; Oh! Andai aku terlahir di kampung halamanmu yang diberkahi itu.’

Samudera tiada bertepi

Perasaan dan keibaan hati yang diungkapkan Hadhrat Masih Mau’ud as terhadap majikan dan kekasihnya, Muhammad saw adalah bagai samudera tiada bertepi. Dapat dinyatakan dengan penuh keyakinan dan kepercayaan bahwa kecintaan yang diungkapkan oleh Hadhrat Masih Mau’ud as kepada majikan tercintanya, dan cara dimana beliau telah membinasakan dirinya dalam cinta, adalah sedemikian rupa sehingga rasanya seperti tidak bisa ditemukan dalam sepanjang sejarah Islam. Dapat dikatakan secara pasti bahwa kecintaan sang pecinta sejati ini, yang telah diungkapkan kepada majikannya adalah sedemikian rupa belum pernah terjadi sebelumnya dan tiada tandingannya dalam segala aspek.

Setiap kata dari tulisan-tulisan Hadhrat Masih Mau’ud as memiliki keharuman kecintaan ini. Setiap perilaku beliau as mencerminkan keindahan Muhammad saw. Ada beberapa contoh yang begitu indah dari kecintaan yang dapat dilihat dalam kehidupan beliau, yang juga mengagumkan, menjadi pertanyaan, apakah mungkin bagi seseorang untuk merasakan cinta sampai taraf seperti itu?. Setiap pemikirannya berputar sekitar kekasih tercintanya. Beliau terlepas dari keterbatasan fisik dan waktu, dan jiwa beliau bergerak menuju majikan tercintanya menyatakan:
جسمي يَطِيرُ إليكَ مِن شوق عَلا

                يا ليتَ كانت قـوّةُ الطيَرانِ
‘Tubuhku mendambakan terbang kepadamu disebabkan oleh kerinduan yang sangat kepadamu; Ooh, andaikan aku memiliki kemampuan dan kekuatan untuk terbang.’

Dalam terang cahaya penjelasan Tulisan beliau

Tulisan seseorang secara sempurna mencerminkan pemikiran-pemikirannya dan ketulusan perasaannya. Tulisan-tulisan beliau as yang berkaitan dengan kecintaan terhadap Baginda Nabi saw adalah seperti taman yang dipenuhi ratusan bunga-bunga. Sebutan apalagi yang harus saya tampilkan, dan bagian mana yang saya berani menghilangkannya?

Saya sajikan hanya dua contoh dari karangan Hadhrat Masih Mau’ud as yang penuh wawasan rohani dan sebagai gizi bagi jiwa: “Cahaya dalam taraf tertinggi yang dilimpahkan kepada manusia sempurna tidak terdapat pada malaikat-malaikat, tidak terdapat pada bintang-bintang, tidak terdapat pada bulan, tidak terdapat pada matahari, tidak terdapat di dalam samudera ataupun di kedalaman sungai-sungai, tidak terdapat pada batu ruby, zamrud, safir ataupun mutiara; pendek kata, itu semua tidak terdapat pada benda-benda duniawi maupun surgawi. Cahaya itu hanya ada dalam diri manusia sempurna yang memiliki keteladanan paling tinggi, paling mulia dan paling sempurna, ialah majikan kita, Penghulu semua nabi, Penghulu semua makhluk hidup, Muhammad, Manusia Pilihan. (shallAllahu ‘alaihi wa sallam).[7]

Pernahkah terpikir bahwa ada kejadian aneh di gurun pasir Saudi Arabia dimana ratusan ribu orang mati dihidupkan kembali dalam beberapa hari, dan orang-orang yang telah sesat dari generasi ke generasi menampilkan sifat-sifat Ilahi, mereka yang buta mulai melihat, mereka yang bebal mulai mengucapkan kata-kata kebijaksanaan Ilahi, dan dunia mengalami revolusi yang tidak ada satu mata pun pernah melihat dan satu telinga pun pernah mendengar. Apakah kalian tahu bagaimana semua ini muncul? [Itu adalah berkat] doa-doa di tengah malam gelap yang telah dipanjatkan oleh seseorang yang fana fillah (hilang sirna dalam kecintaan pada Allah), yang mana itu menyebabkan revolusi di dunia dan memperlihatkan keajaiban yang tidak pernah disangka-sangka dari seorang ummiy (yang buta huruf) dan yang tidak berdaya itu (Baginda Nabi saw). اللّٰھم صل وسلم و بارک علیہ و اٰلہٖ بعد دھمّہ و غمّہ و حزنہٖ لٰھذہ الامّة و انزل علیہ انوار رحمتک الی الابد۔ ‘Allahumma shalli wa sallim wa baarik ‘alaihi wa aalihi bi ‘adadi hammihi wa ghammihi wa huznihi li haadzihil ummati wa anzil ‘alaihi anwaara rahmatiKa ilal abad.’ – ‘Wahai Allah! Kami memohon curahkanlah berkah dan keselamatan-Mu bagi beliau dan para keluarga dan sahabatnya, sesuai dengan jumlah kepedulian, rasa sakit dan penderitaan yang beliau rasakan demi umatnya, dan limpahkanlah kepada beliau cahaya kemurahan dan kasih Engkau selamanya.’”[8]

Syair-syair beliau

Bila seseorang membaca puisi beliau, dapat dilihat setiap baitnya memuaskan kecintaan kepada Baginda Nabi saw. Syair-syair diungkapkan dari kedalaman hati beliau dan penuh dengan kecintaan. Hadhrat Masih Mau’ud as menyatakan:

وہ پیشوا ہمار ا جس سے ہے نور سارا
نام اس کا ہے محمد ؐ دلبر میرا یہی ہے
‘woh pesywa hamara jis se he nuur saara; ‘naam uska Muhammad, dilbar mera yehii he’
‘Dialah pemimpin kami, darinya-lah sumber segala cahaya;
Namanya adalah Muhammad saw, hanya dialah kekasihku.’
Kemudian, beliau sebut kekasih sejatinya dalam kata-kata berikut ini:
‘Wahai kekasihku, Aku bersumpah demi ketunggalanmu,
Kami telah kehilangan diri kita sendiri dalam cintamu.

تیری اُلفت سے ہے معمور میرا ہر ذرہ
اپنے سینہ میں یہ اک شہر بسایا ہم نے
Setiap bagian tubuhku dipenuhi dengan kecintaan padamu,
Kami seolah-olah telah memenuhi seluruh satu kota di dalam hati kami.’[9]

Puisi berbahasa Parsi beliau juga penuh dengan kecintaan yang luar biasa. Orang bisa menyaksikan ungkap yang baru dan tidak pernah ada sebelumnya. Hadhrat Masih Mau’ud as menyatakan:
دگر اُستاد را نامے ندانم
کہ خواندم در دبستان محمد ؐ
“Aku tidak tahu nama guru yang lain; untuk memperoleh ma’rifat (wawasan rohaniah), Aku hanya belajar di sekolah Muhammad saw.
ندانم ہیچ نفسے در دو عالم
کہ دارد شوکت و شان محمد ؐ
میں دونوں جہانوں میں کوئی ایسا فرد نہیں پاتا جو محمد جیسی شان و شوکت رکھتا ہو ۔
Aku tidak tahu seorangpun, di dua dunia; yang memiliki kemegahan lebih hebat dan lebih agung daripada Muhammadsaw.[10]

Ada aliran samudera cinta kepada Baginda Nabi di dalam hatiku; Beliau sedemikian rupa sehingga tidak ada seorangpun seperti beliau dalam hal kesempurnaan dan kualitas.
بعد از خدا بعشق محمدؐ مخمرم
گر کفر ایں بود بخدا سخت کافرم
خدا تعالیٰ کے بعد میں محمد مصطفےٰ کے عشق میں دیوانہ ہوچکا ہوں اگر اس عشق کی دیوانگی کا نام کوئی کفر رکھتا ہے تو خدا کی قسم میں سخت کافر ہوں (کیونکہ آپ سے میں شدید محبت رکھتا ہوں )
Setelah Tuhan, aku mabuk dalam kecintaan kepada Muhammadsaw; Jika ini adalah sebuah kekafiran, maka demi Tuhan, Aku adalah seorang Kafir yang hebat.’
Syair diatas sungguh-sungguh syair yang unik dalam hal cara mengungkapkan cinta dan kesetiaan. [11]

Juga, bila kita melihat sepintas puisi-puisi berbahasa Arab beliau, akan didapati suatu contoh cinta dan pengabdian yang berbeda. Beliau menulis syair pujian terdiri dari 70 bait yang merupakan karya tak tertandingi. Saya sajikan terjemahan beberapa syair Arab beliau yang membuktikan kecintaan Hadhrat Hadhrat Masih Mau’ud as yang besar sekali terhadap Baginda Nabi saw.

Bila rasa air manis seperti madu; Demi Allah, samudra Muhammadsaw jauh lebih hebat rasa manisnya !

Kemudian, beliau menyatakan: “Oleh karena rasa cinta dan pengabdianku yang sangat besar ini, aku akan masuk kedalam kuburan Baginda Nabi saw secara rohani, Tetapi wahai musuh-musuh petunjuk ! Kalian tidak tahu rahasia ini.

Kesaksian cinta yang belum pernah terjadi sebelumnya

Cinta adalah sesuatu yang tidak bisa disembunyikan. Setiap orang bisa melihat dan merasakannya. Kecintaan sejati yang dimiliki Hadhrat Masih Mau’ud as terhadap majikan tercintanya telah disaksikan oleh dunia. Para pengikut beliau telah membuktikannya begitu juga yang lainnya.

Mengacu kepada masyarakat surgawi (para malaikat), Hadhrat Masih Mau’ud as menyatakan, “Suatu waktu saya menerima wahyu, yang maksudnya, secara rohani, seolah-olah masyarakat surgawi sedang berselisih, maksudnya, Allah berkehendak untuk menghidupkan kembali agama dengan kekuatan penuh, namun belum, pilihan kepada orang yang akan menghidupkan kembali iman belum jelas dan oleh sebab itu mereka menolak. Seseorang datang berdiri di hadapanku dan menunjuk, sambil berkata, ‘Inilah orangnya yang mencintai Rasul Allah saw. Dan pernyataan ini dimaksudkan bahwa kondisi terbaik untuk jabatan rohani adalah kecintaan terhadap Baginda Nabi saw dan saya memenuhi persyaratan itu.”[12]

Pernyataan dari Babu Muhammad Uthman Likhnawi, ketika ia pergi ke Qadian pada tahun 1918 dan bertemu dengan seorang Hindu, Lala Badhu Mal, atau mungkin Lala Malawamal, yang sering disebut dalam buku-buku Hadhrat Masih Mau’ud as. Ia bertanya kepada seorang Hindu itu, apakah ia pernah bertemu dengan Hadhrat Masih Mauud as baru-baru ini, dan apa pendapatnya tentang orang itu. Seorang Hindu itu menjawab; “sampai saat ini belum pernah saya menemukan seorang Muslim yang begitu mencintai nabinya sedemikian besarnya.[13]
Seorang penulis terkenal, ‘Allamah Niyaz Ahmad Khan Niyaz Fatah Puri mengakui sehubungan kecintaan Hadhrat Masih Mau’ud as terhadap Baginda Nabi saw: “Ia adalah seorang pencinta Nabi dalam tulisan-tulisannya dan gairahnya.”[14]

Kesaksian penulis terkenal yang lain Mirza Farhatullah Baig, juga patut disebutkan. Ia mengatakan, “Paman saya Mirza Inayatullah Baig, dia berkata padaku, ‘Jika kapan saja engkau pergi mengunjungi Tn. Mirza Ghulam Ahmad, selalu perhatikanlah kedua matanya.’ Ia menulis, “Saya pergi ke Qadian dan terus mengamati kedua mata beliau, dan kelihatan seolah-olah semacam air hijau beredar di kedua matanya. Ketika saya kembali dan mengatakan hal ini kepada paman saya, paman mengatakan, ‘Dengarlah Farhat, jangan pernah mengatakan kata-kata yang buruk tentang orang itu. Dia pencinta sejati Nabi Muhammad saw. Kemudian saya tanya pamanku, ‘Bagaimana paman bisa menyimpulkan hal ini? Paman berkata, ‘Pencinta sejati Nabi Muhammad saw yang terus menerus mengingat beliau saw, matanya berubah berwarna hijau.’”[15]

Sehubungan dengan hal kecintaan Hadhrat Hadhrat Masih Mau’ud as terhadap Baginda Nabi saw, putra Hadhrat Masih Mau’ud as, Hadhrat Mirza Bashir Ahmad(ra) mengatakan:Saya pasti mati satu hari nanti. Saya bersumpah demi Majikan Surgawiku bahwa saya tidak pernah melihat apabila disebut Baginda Nabi saw, meskipun hanya disebut namanya saja, mata Hadhrat Masih Mau’ud as tidak berlinang air mata. Setiap bagian dari Hadhrat Masih Mau’ud as, jiwa dan raganya seluruhnya berlimpah dengan kecintaan terhadap majikannya, Baginda Nabi Muhammad saw.”[16]

Hadhrat Dr Mir Muhammad Ismael(ra) mengatakan, “Demi Tuhan saya bersumpah, …saya tidak pernah melihat seseorang yang memiliki kecintaan berlimpah kepada Allah SWT, dan Rasul (Pesuruh) Allah saw, yang melebihi Hadhrat Hadhrat Masih Mau’ud as.”[17]

Mengingat sang kekasih, siang dan malam

Satu tanda cinta sejati adalah si pencinta sejati selalu tetap terlibat dalam ingatan kepada orang yang dicintainya. Ini adalah benar Almasih AlMauud as. Terus menerus dengan tiada hentinya mengingat kekasihnya adalah makanan bagi jiwa Hadhrat Masih Mau’ud as. Selain itu, memohon berkah dan salam bagi majikannya dan membicarakan tentang beliau saw adalah kesibukan Hadhrat Hadhrat Masih Mau’ud as siang dan malam. Begitu indahnya gambaran Hadhrat Masih Mau’ud as dalam syair puisi berikut ini:
وَذِکْرُ الْمُصْطَفےٰ رَوْحٗ لِقَلْبِیْ
وَصَارَلمھجتی مِثْلَ الطَّعَامٖ ٖ
نبی کریم کی یاد میں میرے دل کا سکون ہے اور (آپؐ کا ذکر) میری جان کے لیے غذا کی مانند ہے (جس کے بغیر میں زندہ نہیں رہ سکتا))
Mengenang Nabi Karim (Nabi nan Mulia, Hadhrat Muhammad Mustafa saw) adalah jiwa hatiku, dan bicara tentang Baginda Nabi saw adalah seperti makanan bagi ragaku, aku tidak bisa hidup tanpanya.’[18]

Juga di ungkapkan dalam bait syair bahasa Urdu oleh Hadhrat Hadhrat Masih Mau’ud as:
‘Jiwaku memiliki hubungan yang kekal abadi dengan Muhammadsaw;
Aku telah membuat hatiku meminum piala cinta ini.’

Sehubungan dengan Durud Sharif, atau mengirim salawat kepada Baginda Nabi Muhammad saw, Hadhrat Hadhrat Masih Mau’ud as melukiskan salah satu pengalaman beliau dengan kata-kata berikut ini: “Saya terkenang pada satu malam saya sedang khusyuk mengingat, mengirim salawat dan memohon berkah bagi Nabi Muhammad saw sehingga hati dan jiwaku menjadi mengharum seketika. Pada malam yang sama aku melihat dalam mimpiku orang-orang membawa kedalam rumahku wadah air terbuat dari kulit penuh dengan cahaya Ilahi dalam bentuk air dan salah seorang dari mereka berkata: Inilah berkat-berkat yang telah kau kirimkan kepada Muhammad saw.”[19]

Sebagai tambahan dari contoh-contoh beliau sendiri, Hadhrat Hadhrat Masih Mau’ud as selalu menganjurkan pengikutnya untuk mengirim salawat kepada baginda nabi Muhammad saw. Setiap kali ada orang meminta nasihat beliau, beliau selalu menyarankan, mintalah ampun kepada Allah (Istighfar) dan kirimkan salam kepada Baginda Nabi Muhammad saw (Durud Sharif) sebanyak-banyaknya. Tidak ada latihan spiritual yang lebih hebat dari ini. Seringkali beliau mengatakan bahwa shalat lima waktu dan Durud Sharif adalah latihan spiritual yang paling agung. Pada satu saat orang bertanya, berapa banyak salawat yang harus diamalkan, Hadhrat Masih Mau’ud as menjawab, “bacalah salawat sampai lidahmu kenyang sepenuhnya.[20]

Pentingnya Durud Sharif bisa dipahami bahwa diantara syarat-syarat Bai’at, syarat ketiga dari sepuluh syarat Bai’at yang ditetapkan oleh Hadhrat Hadhrat Masih Mau’ud as adalah mengirim shalawat yang berlimpah kepada Hadhrat Muhammad saw dan tetap konsisten melakukannya.
Salam dan salawat kepada Baginda Nabi saw dan menyebut-nyebut namanya banyak terdapat di karangan-karangan, Puisi dan ucapan-ucapan Hadhrat Hadhrat Masih Mau’ud as. Tidak ada pencinta yang pernah menyebut-nyebut kekasihnya sampai sedemikian luasnya, seperti yang Hadhrat Hadhrat Masih Mau’ud as lakukan terhadap majikan tercintanya, Baginda Nabi Muhammad saw.

Gemuruh Kecintaan atas Baginda Nabi Muhammad saw

Kemarahan dan cinta adalah dua hal yang yang saling jalin-menjalin. Seorang pencinta sejati tidak akan sanggup mendengar hal-hal yang buruk tentang kekasih tercintanya.
Hadhrat Sheikh Yaqub Ali Irfani(ra) mengisahkan bahwa; “ketika saya pergi ke Inggris pada tahun 1925, saya ingin bertemu Reverend Wight, karena pendeta ini pernah bertugas di Batala, dan pernah bertemu dengan Hadhrat Masih Mau’ud as beberapa kali. Ketika mereka sedang berdiskusi ia mengatakan: “Saya melihat satu hal pada Mirza Sahib, yang mana saya tidak suka. Setiap kali tuduhan-tuduhan ditujukan kepada Nabi Muhammad saw, dia menjadi kecewa dan raut wajahnya berubah.” Setelah mendengar ini, Mr Irfani membuat komentar yang indah. Ia mengatakan, “Wahai Reverend! Hal yang Anda tidak suka itu, jiwaku kupersembahkan untuk itu.”[21]

Ada kisah lain lagi dari Hadhrat Mirza Sultan Ahmad(ra), salah satu putera Hadhrat Masih Mau’ud as, beliau tidak menerima Ahmadiyah di zaman Hadhrat Masih Mau’ud as; (beliau menerima Ahmadiyah di zaman Khalifah kedua). Beliau menceritakan ringkasan pengalamannya sebagai berikut:
Satu hal yang secara khusus saya lihat pada ayah saya, yaitu, Hadhrat Masih Mau’ud as, beliau tidak tahan mendengar hal buruk sekecil apapun tentang Rasulullah saw. Bila seseorang mulai bicara yang bertentangan dengan keluhuran status Rasulullah saw, wajah ayahku memerah, matanya menunjukkan kemarahan, dan beliau akan segera meninggalkan tempat itu. Ayahku sungguh-sungguh mencintai Baginda Nabi saw. Tidak pernah saya melihat cinta seperti itu pada orang lain.”[22]

Hadhrat Masih Mau’ud as lembut dan baik hati, tetapi beliau paling tidak tahan mendengar kata-kata yang bertentangan tentang majikan sucinya. Berkaitan dengan kata-kata menyakitkan orang-orang kristen terhadap Baginda Nabi saw, beliau mengatakan: “Kata-kata menyakitkan para penentang terhadap ciptaan terbaik ini, damai dan berkah Allah besertanya, telah melukai hatiku. Demi Allah aku bersumpah jika seluruh anak-anakku, dan anak-anak dari anak-anakku, dan seluruh sahabat-sahabatku, dan seluruh pembantu-pembantuku dibunuh di depan mataku, dan tangan dan kakiku dipotong, dan mataku dicungkil, jika saya kehilangan semua keinginan-keinginanku, kehilangan semua kebahagiaan dan kenyamananku, dibandingkan dengan semua hal ini, duka cita kesedihan kenestapaan itu lebih hebat ketika serangan-serangan kotor ditujukan kepada pribadi suci Rasulullah saw.”[23]

Banyak kejadian-kejadian yang meningkatkan keimanan yang didapat dari kehidupan Hadhrat Masih Mau’ud as. Pada satu ketika selama perjalanan Hadhrat Masih Mau’ud as sedang menunggu di stasiun Lahore. Tiba waktu shalat Ashar, dan Hadhrat Masih Mau’ud as mengambil wudhu di masjid terdekat. Pemimpin Arya yang terkenal Pandit Lekhram menemukan Hadhrat Masih Mau’ud ada di sana dan bergegas ke arah beliau as. Ia merapatkan tangannya sebagaimana orang Hindu memberi salam, dan ia memberi salam kepada Hadhrat Masih Mau’ud as. Hadhrat Hadhrat Masih Mau’ud as sepintas melihat kearah dia dan tanpa memberi terlalu banyak perhatian beliau meneruskan berwudhu. Pandit Lekhram kemudian mendekati Hadhrat Masih Mau’ud as dari arah lain dan memberi salam satu kali lagi, tetapi Hadhrat Masih Mau’ud tetap terdiam. Ketika Pandit mulai kecewa dan pergi, seorang teman dengan sopan bertanya kepada Hadhrat Masih Mau’ud as bahwa pandit Lekhram telah datang dan memberi salam beliau. Hadhrat Masih Mau’ud as menjawab, ہمارے آقا کو تو گالیاں دیتا ہے اور ہمیں سلام کرتا ہے “ia telah mencaci maki majikan kita [Rasulullah saw] dan memberi salam kepada kita?”[24]

Pada satu kesempatan, orang-orang Arya mengadakan kongres di Lahore, dan berjanji tidak akan mencaci maki Rasulullah saw, dan mereka juga mengundang Hadhrat Masih Mau’ud as untuk memberi ceramah. Karenanya, Hadhrat Masih Mau’ud as menulis bahan ceramah dan mengirim Hadhrat Maulwi Nur-ud-Din(ra) (yang kemudian menjadi Khalifah pertama setelah wafatnya Hadhrat Masih Mau’ud as) dengan beberapa sahabat, untuk menghadiri Jalsah (pertemuan) itu. Tetapi mereka lupa pada janjinya, kaum Arya secara lisan mengumpat dan mencaci-maki nabi Muhammad saw selama acara berlangsung. Ketika Hadhrat Maulawi Nur-Ud-Din(ra) kembali bersama delegasinya melapor kepada Hadhrat Hadhrat Masih Mau’ud as, meskipun beliau sahabat dekat Hadhrat Masih Mau’ud as, beliau merasa sangat kecewa. Hadhrat Masih Mau’ud as bertanya kepadanya, bagaimana bisa dia tetap duduk di situ padahal majikan tercintanya difitnah? Beliau meneruskan, “Mengapa kalian tidak beranjak pergi? Bagaimana bisa kalian tetap diam dan mendengarkan semua perkataan mereka?” Jelas ini menunjukkan kedalaman cinta yang dimiliki Hadhrat Masih Mau’ud as terhadap majikan tercintanya.

Perlakuan yang baik pada kerabat adalah hal mendasar dalam ajaran Islam. Hadhrat Masih Mau’ud as mengikuti ajaran ini dengan penuh perhatian. Tetapi bila ada perkatan tidak baik mengenai Rasulullah saw, beliau sangat geram. Pada suatu saat, istri dari paman Hadhrat Masih Mau’ud as, Mirza Ghulam Haidar, mengucapkan kata-kata yang tidak pantas terhadap status keagungan Rasulullah saw. Meskipun perasaan menghargai dan tali ikatan keluarga, Hadhrat Masih Mau’ud as merasa sangat bersedih atas hal ini sehingga beliau berhenti makan, berdiri lalu pergi. Setelah kejadian itu beliau tidak pernah makan di sana lagi.

Pada tahun 1893, Orang-orang Kristen mengadakan debat dengan Hadhrat Masih Mau’ud as di Amritsar, acaranya bernama Jang-e-Muqaddas, atau Perang Suci. Dr Henry Martin Clark mengundang Hadhrat Masih Mau’udas untuk minum teh bersama dengan tamu-tamu lain. Beliau menolak undangan tsb, atas dasar orang-orang ini tidak memiliki sikap hormat terhadap Majikan suci saw beliau, dan menganggap beliau saw sebagai pembohong, naudzu billah, namun mereka mengundang beliau untuk minum teh? Karena beliau sakit hati beliau tidak bisa duduk bersama dengan mereka, kecuali jika tujuannya adalah untuk menyanggah ideologi-ideologi palsu mereka.

Ketaatan kepada tuannya di setiap langkah

Kecintaan Hadhrat Hadhrat Masih Mau’ud as kepada Hadhrat Rasulullah saw dapat dipastikan oleh kenyataan bahwa kecintaan yang tak terbatas dan ketaatan beliau bergemerlapan disetiap gerakan dan tingkah laku beliau. Suatu saat, Hadhrat Masih Mau’ud pergi ke sidang pengadilan di Gurdaspur, pada saat itu sedang musim panas. Dengan kenyamanan dalam pikiran Hadhrat Masih Mau’ud as, para pengikut beliau menyiapkan kasur dilantai atap agar supaya ada sirkulasi udara. Ketika Hadhrat Masih Mau’ud naik keatas dan melihat tidak ada dinding penyekat di atap itu, beliau berkata kepada para pengikutnya, apakah mereka tidak tahu bahwa majikan tercinta mereka telah mengajarkan agar jangan tidur diatap tanpa dinding? Lalu, Hadhrat Masih Mau’ud tidak tidur disana. Beliau memilih tidur dibawah dalam ruang tertutup, meskipun suhu panas luar biasa.[25]

Seorang sahabat Hadhrat Masih Mau’udas bernama Mirza Din Muhammad(ra), mengisahkan bahwa satu kebiasaan Hadhrat Masih Mau’ud as adalah mencelupkan jari-jari tangannya kedalam air, kemudian dipercikkan ke wajahnya [wajah Mirza Din Muhammad agar bangun tidur]. Ketika ia bertanya kepada Hadhrat Masih Mau’ud mengapa tidak memanggil (berteriak) saja untuk membangunkannya, pencinta sejati ini menjawab, karena ini adalah kebiasaan majikan beliau, Baginda Nabisaw.[26]

Pada kesempatan lain, Hadhrat Masih Mau’ud as sedang duduk-duduk di dalam kamar bersama beberapa tamu lain. Tiba-tiba ada orang mengetuk pintu dan salah satu tamu tersebut berdiri untuk membuka pintu, namun Hadhrat Masih Mau’ud segera bangkit dari duduknya dan berkata kepada tamu tersebut, “Tunggu, Tunggu! Saya yang akan buka pintunya. Anda adalah tamuku, dan Baginda Nabi saw telah mengajarkan bahwa tamu harus dimuliakan.”[27]

Sepanjang hidupnya, Hadhrat Masih Mau’ud as sangat erat mengikuti contoh-contoh Baginda Nabisaw, dan menganjurkan para sahabatnya untuk melakukan hal yang sama. Hal ini tertuang dalam kisah Hadhrat Masih Mau’udas dengan nasehatnya, ‘Para laki-laki harus membantu istrinya melakukan pekerjaan rumah tangga. Ini adalah perbuatan baik. Rasulullahsaw membantu istrinya melakukan pekerjaan rumah tangga.’[28]

Kisah indah in menunjukkan betapa Hadhrat Masih Mau’udas memiliki kecintaan yang dalam terhadap Rasulullahsaw. Pemikiran tuannya selalu berada di dalam hatinya dan pikirannya, dan selalu mengutip contoh-contoh Rasulullahsaw, setiap saat melakukan perbuatan baik.

Ungkapan kecintaan yang sangat besar

Kecintaan yang tertanam di dalam hati Hadhrat Masih Mau’udas terhadap Rasulullahsaw adalah kesaksian hidup atas cintanya dan kesetiannya yang sangat besar.

Pada satu hari Hadhrat Masih Mau’ud as sakit dan terbaring di tempat tidur. Istri beliau, Hadhrat Amma Jaan(ra) dan ayahnya, Mir Nasir Nawwab sedang duduk-duduk di rumah saling berbincang-bincang. Ketika sampai bicara masalah Haji (Pergi ke Mekah), Hadhrat Mir Nawwab mengatakan, “Sekarang perjalanan untuk Haji sudah sangat mudah, orang-orang harus pergi berhaji.” Hadhrat Masih Mau’ud as mendengar pembicaraan ini. Beliau mulai berpikir tentang Ka’bah (Rumah Allah di Mekah – bangunan berbentuk kubus), dan kuburan Rasulullah saw (di Madinah). Oleh karena kecintaannya yang sangat besar air mata mulai mengalir dari kedua matanya. Muncul keinginan Hadhrat Masih Mau’ud as yang amat sangat untuk pergi berhaji sementara air mata terus mengalir dari kedua matanya, kemudian beliau mengusap air matanya dan berkata kepada Hadhrat Mir Nawwab: “Itu benar dan itu juga keinginan tulus kami, tapi aku berpikir pada diriku sendiri, apakah aku akan sanggup melihat kuburan Rasulullahsaw?”

Contoh-contoh demikian yang terjadi secara pribadi adalah benar-benar merupakan kesaksian kebenaran cinta Hadhrat Masih Mau’ud yang dalam dan murni. Beliau tidak pernah berpura-pura ataupun membual atas kecintaannya ini. Satu contoh yang sangat unik khususnya yang menunjukkan kecintaan kepada Rasulullahsaw dirasakan oleh Hadhrat Masih Mau’ud as ialah dalam kisah berikut. Hadhrat Maulawi Abdul Karim dari Sialkot mengisahkan bahwa satu sore beliau memasuki masjid Mubarak, dan melihat Hadhrat Masih Mau’ud as berjalan bolak-balik sendirian. Beliau sedang mengucapkan kalimat puisi Hassan bin Thabit(ra), yang ditulis pada saat wafatnya Rasulullahsaw:
كُنْتَ السـَّوَادَ لِنَاظِرِي
                
فَـعَمَى عَلَيْـكَ النَّاظِرُ
مَن شَـاءَ بَعْدَكَ فَلْيَمُتْ
                
فَعَـلَيْكَ كُنْتُ أُحَـاذِرُ
‘Wahai kekasihku! Engkau adalah manik mata dari mataku. Hari ini, dengan kewafatanmu, mataku menjadi buta. Sekarang, setelah engkau siapapun bisa mati, aku tidak peduli, aku hanya takut kematianmu.’
Hadhrat Masih Mau’udas terlepas dari dunia dan semua yang ada di sekitarnya, dan larut dalam keharuan. Ketika beliau mendengar langkah-langkah kaki, beliau mengacungkan tangannya yang sedang memegang saputangan, seketika itu juga Hadhrat Abdul Karim melihat air mata mengalir dari kedua matanya.

Dalam kisah lain disebutkan bahwa Hadhrat Masih Mau’udas berkata, “Aku sedang membaca bait Hassan bin Thabit(ra) , dan gairah ini datang kepadaku, itu, کاش یہ شعر میری زبان سے نکلتا ۔ Kaasy! Yeh sye’er meri zaban se nikalta.’ Wahai! Andai saja bait puisi ini datang dari lidahku”.[29]

Merenungkan fakta bahwa seseorang merasa duka cita atas kematian orang yang dicintainya, dengan berjalannya waktu perasaan duka cita itu akan sembuh. Tetapi mari kita lihat keadaan pencinta yang tulus ini. Tiga belas abad telah berlalu sejak kewafatan kekasihnya. Dalam kesendirian beliau teringat kewafatan kekasihnya, dan samudera emosinya mulai mengalir. Kumpulan puisi Hadhrat Masih Mau’udas tak tertandingi. Tetapi pada saat membaca syair puisi penuh dengan kesedihan yang mendalam, ditulis oleh sahabat Rasulullahsaw, Hadhrat Masih Mau’ud merasa bahwa ini adalah suara lubuk hatinya. Lalu, secara naluriah beliau mengandaikan seandainya saja beliau sendiri yang membuat bait sajaknya.

Pengakuan Orang Lain

Dalam bahasa Arab dikatakan bahwa keunggulan sejati adalah apabila musuhpun mengakui. Seperti, keagungan cinta Hadhrat Masih Mau’ud as adalah sedemikian rupa bahkan musuh paling keji Ahmadiyah pun terpaksa mengakui bahwa kecintaan Hadhrat Masih Mau’udas kepada majikannya tidak ada seorangpun yang menandinginya. Kesaksian ini terwujudkan sedemikian rupa ketika para musuh-musuh itu menggunakan karya-karya Hadhrat Masih Mau’udas dalam ceramah-ceramah dan karangan-karangannya, tetapi karena kurangnya moral keberanian mereka, mereka tidak mencantumkan nama Hadhrat Masih Mau’udas. Beberapa orang sangat-sangat tidak jujur, mereka memalsukan karya-karya rohaniah Hadhrat Masih Mau’ud as yang mendalam dan berwawasan, mengatasnamakan sebagai hasil karya mereka sendiri atau orang lain. Daftar nama penjiplak itu sangat panjang. Bagaimanapun juga, contoh-contoh ini secara jelas membuktikan bahwa bahkan para musuhpun terpaksa menyerah pada karya-karya besar dan megah untuk memuji Rasulullahsaw, yang ditulis oleh sang pencinta sejati, Hadhrat Masih Mau’udas.

Semua hal yang kumiliki adalah kepunyaan tuanku

Ungkap lain dari seorang pencinta sejati dalam hubungannya dengan sang kekasih adalah ia menganggap dirinya sama sekali tidak ada apa-apanya. Ia meyakini bahwa kekasihnya adalah sumber semua kualitas dan ia menempatkan dirinya lebih rendah dalam segala hal.
Tuhan telah menganugerahi Hadhrat Masih Mau’ud as kedekatan khusus denganNya. Dia telah memilih Hadhrat Masih Mau’udas sebagai pembaharu agama. Dia menganugerahinya maqom yang luhur sebagai Hadhrat Masih Mau’ud dan Imam Mahdi. Allah menyatakan kecintaanNya yang luhur kepada beliau melalui wahyu-wahyu yang diturunkan kepadanya, tetapi para penentang beliau yang berwawasan dangkal tidak peduli dengan kenyataan ini. Apakah ada orang pernah melihat sebegitu besarnya rasa kasih sayang sehingga orang itu membinasakan dirinya dan mengorbankan segala kehormatannya demi majikan yang dicintainya? Hadhrat Masih Mau’ud as menyatakan:
Aku bersumpah demi namaNya (Allah), bahwa Dia telah menganugerahiku kehormatan ma’iyyat [kebersamaan, Allah menyertai dan membimbing beliau]. Tetapi aku menerima karunia ini, semata-mata karena aku mengikuti Rasulullahsaw. Seandainya aku bukan dari Ummah (Komunitas Muslim ), dan tidak mengikuti beliausaw, seandainya amal kebaikanku sebesar gunung-gunung yang ada di dunia ini sekalipun, seandainya pun adalah demikian, maka aku tepat tidak diberkahi dengan naungan kebersamaan dari Ilahi.”
Berkaitan dengan majikannya dan pemimpinnya, Hadhrat Masih Mau’ud as menyatakan: ‘Kukorbankan diriku untuk kehidupannya, aku melebur menjadi dirinya; Dia adalah segalanya, apalah diriku ini, inilah kenyataan yang mutlak.’
Hadhrat Masih Mau’udas menyatakan: “Tidak mungkin aku mendapatkan keberkahan ini, jika aku bukan orang yang mengikuti cara-cara pemimpinku dan majikanku, Penghulu para Nabi, Makhluk ciptaan terbaik, Muhammadsaw, Makhluk Pilihan, damai dan keberkahan Allah dilimpahkan kepadanya. Jika demikian, status apapun yang telah aku capai, aku telah mencapainya dengan mengikuti beliausaw.[30]

Bicara tentang keberkahan-keberkahan Ilahi yang dilimpahkan kepada beliau, Hadhrat Masih Mau’ud as menyatakan: ہم پر جو اللہ تعالیٰ کے فضل ہیں یہ سب رسول اکرم ؐ کے فیض سے ہی ہیں ۔ آنحضرت ؐ سے الگ ہو کر ہم سچ کہتے ہیں کہ کچھ بھی نہیں اور خاک بھی نہیں۔ ‘Ham par jo Allah Ta’ala ke fadhl hei’ yeh sab Rasul Akram ke faidh se hii hei’. Aahadhrat shallallahu ‘alaihi wa sallam se alag ho kar ham sac kehte hei’ keh kuch bhi nehi aur khaak bhi nehi.’ – “Apapun keberkahan Allah yang dilimpahkan kepada kami, ini semua berkat karunia Rasulullahsaw. Jika kami terpisah dari (atau tidak ada ikatan dengan) Rasulullahsaw, Sungguh kami katakan, kami tidak ada apa-apanya, tidak sebutir debu pun.” [31]

Ini adalah keluhuran status dari cinta sejati, kesetiaan dan ketaatan kepada Rasulullahsaw, yang dianugerahi kepada Hadhrat Masih Mau’ud as oleh Allah SWT.
Hendaknya agar patut selalu diingat bahwa apapun yang didapat Rasulullahsaw, adalah langsung dari Allah SWT. Apapun yang didapat Hadhrat Masih Mau’udas dalam hal status dan keberkahan Ilahi adalah hanya karena kebenaran dan ketulusan, tiada tandingan dan ketaat an yang sempurna kepada majikannya, Rasulullahsaw. Itulah sebabnya yang satu bergelar majikan dan guru yang sempurna saw dan yang lainnya karena ketaat annya kepada majikan, mendapat gelar Hadhrat Masih Mau’udas. Betapa indahnya Hadhrat Masih Mau’ud as menyatakan:
بر تر گمان و وہم سے احمد ؐ کی شان ہے
جس کا غلام دیکھو مسیح الزمان ہے
‘Keagungan Ahmadsaw (Rasulullah saw) lebih hebat dari apa yang bisa dipahami;
Hamba pelayan Rasulullahsaw, adalah Al-Masih Zaman ini.’[32]

Pembentukan Komunitas Pencinta Rasulullah saw

Kecintaan Hadhrat Masih Mau’udas terhadap Rasulullahsaw tidak dibatasi pada kehidupan diri pribadi beliau sendiri. Sebaliknya, kecintaan ini berlanjut terus bahkan setelah kewafatan beliauas. Tulisan-tulisan beliau tetap hidup, begitu pula contoh-contoh perilaku beliau. Setelah kewafatannya, beliau telah meninggalkan komunitas yang berbakti dibawah pimpinan Khilafat yang penuh dengan kecintaan kepada Rasulullahsaw. Komunitas ini dinamakan Komunitas Muslim Ahmadiyah (Jemaat Islam Ahmadiyah).

Sekarang, atas karunia Allah, samudera cinta yang tiada bertepi ada dalam hati setiap orang Ahmadi. Semua ini berkat karunia Allah dan keberkahan-keberkahanNya. Lentera kecintaan kepada Muhammad saw begitu luhurnya sehingga sekarang cahaya itu bersinar di setiap hati orang Ahmadi, dan dari lentera ini banyak lentera-lentera lainnya juga ikut menyala. Seorang Kristen di Afrika dalam penolakannya sering mengucapkan kata-kata kotor terhadap Rasulullahsaw. Setelah ia bergabung dalam jemaat, ia sampai tertidur saking asyiknya mengirim salawat kepada nabi Muhammad saw, dengan lidah (ketika ia mencaci maki) yang sama setiap malam. Sekarang, jumlah pengikut setia Muhammadsaw sudah tidak terhitung jumlahnya. Pembentukan komunitas pengikut seperti ini yang penuh dengan kecintaan kepada Muhammad Rasulullahsaw adalah kesaksian terang benderang dari besarnya kecintaan Hadhrat Masih Mau’udas kepada Nabi Muhammad Rasulullahsaw.

Inilah maksud sebenarnya dari karunia abadi Khatam-e-Nubuwwat (Cap Kenabian), yang dianugerahkan kepada Komunitas Muslim Ahmadiyah buah manis dari Hadhrat Masih Mau’udas. Jadi, kita juga mendapat anugerah kecintaan Rasulullahsaw yang tidak akan pernah berkurang melalui pencinta sejatinya, Hadhrat Masih Mau’udas. Inilah cahaya yang bersinar disetiap hati orang Ahmadi dan akan terus bersinar sampai hari kiamat. Kita tidak boleh membiarkan kecintaan kepada Hadhrat Rasulullahsaw berkurang.

Kesimpulan

Dua bulan yang lalu penentang Ahmadiyah di Lahore secara membabi buta telah menyerang dua orang Ahmadi, dan menumpahkan darah orang Ahmadi yang tidak berdosa dan setia kepada Islam. Di dalam rumah Allah, ketika sedang dilaksanakan shalat jum’at, jamaah yang tidak punya pertahanan diserang. Musuh berpikir bahwa melalui kebiadaban dan teror, mereka dapat membuat pencinta Rasulullahsaw kehilangan kekuatan cintanya.

Tetapi orang-orang itu tidak tahu bahwa komunitas ini telah bersumpah teguh siap mengorbankan segalanya demi kemuliaan nama Muhammad Rasulullahsaw. Lihatlah bagaimana para syahid ini telah meninggalkan kisah kesetiaan sejati dan cintanya yang ditulis oleh darah mereka. Inilah orang-orang yang telah memenuhi sumpah kesetiaan dan menjadi bintang-bintang yang bersinar di langit Ahmadiyah. Melalui orang-orang seperti inilah seolah-olah tercipta galaksi kecintaan Muhammad Rasulullahsaw, pengorbanan mereka akan selalu mengingatkan kita. Inilah orang-orang yang walaupun di saat-saat sekarat, tidak melupakan Dua Kalimat Syahadat dan Shalawat Nabi. Mereka membaca salawat dan mengajak yang lain membaca salawat, mereka menghadapi kematian langsung didepan matanya, mereka mempersembahkan hidupnya kehadapan Allah SWT. Dengan mendapat gelar Syahid, mereka menjadi pewaris kehidupan yang abadi. Mereka telah mencapai tujuan hidup mereka, dan atas karunia Allah, setiap orang Ahmadi berdiri diatas tekad mereka yang tak tergoyahkan, karenanya kita tidak boleh beranjak selangkahpun dari jalan kebenaran dan ketulusan ini, karena hati kita dipenuhi dengan kecintaan kepada Muhammad Rasulullahsaw.

Wahai orang-orang bengis! Kalian boleh lakukan apa yang kalian inginkan! Kalian boleh menyakiti kami dengan penganiayaan apapun yang kalian suka, tapi ingat, kalian tidak akan pernah bisa menjauhkan kami dari Khatamul Anbiyasaw, dan kecintaan kami kepada beliau.
Atas karunia Allah, Komunitas Muslim Ahmadiyah telah terbentuk dari benih kecintaan kepada Muhammad saw. Inilah kehidupan kami. Kami hidup dengan kecintaan ini. Kematian kami juga atas kecintaan ini. Bahkan pada saat kematian kami, setiap lidah orang Ahmadi pasti menyebut slogan-slogan kecintaan ini. Sebagai kata-kata penutup dari pencinta terhebat Muhammad saw, Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda: ‘Tidak ada rasul atau juru syafaat untuk seluruh umat manusia, kecuali Muhammad Mustafasaw. Oleh sebab itu, kembangkanlah kecintaan sejati kepada Nabisaw yang mengagumkan ini, dan jangan mengutamakan yang lain selain beliau, sehingga kalian tertulis diantara mereka yang mencapai keselamatan di surga.’[33]

(sumber: 2015-05-20 18:50 GMT+07:00 dildaar ahmad dartono <dilyani@gmail.com>)


[1] Penyusun: Mln. Ataul Mujeeb Rasheed, Muballigh incharge UK (Inggris) dalam ceramah Jalsah Salahah UK 2010. Sumber: www.alislam.org; Penerjemah : Wawan Hadiyat; editor: Dildaar Ahmad
[2]Aina-e-Kamalat-e-Islam, Ruhani Khaza’in, vol. 5, pp.35-36
[3] Isytihar (اشتہار ۲۰؍ فروری ۱۸۹۳؁ء صفحہ ۱)
[4] Surmah Chashm Arya, Ruhani Khaza’in, Vol. 2, pp. 232-301, footnote
[5] Majmu‘ah Ishtiharat, Vol. 1, p. 97

[6] Aina-e-Kamalat-e-Islam, Ruhani Khaza’in, vol.5, p.658
[7] A’ina-e-Kamalat-e-Islam, Ruhani Khaza’in, vol.5, pp.160
[8] Blessings of Prayer, pp.10-11
[9] Aina kamalat-e-Islam, h. 225
[10] Isytihar 20, 20-02-1893
[11] Izalah Auham, h. 179
[12]Barahin-e-Ahmadiyyah, part 4, Ruhani Khaza’in, vol.1, p.598
[13] Siratul Mahdi, part 3, p.19
[14] Nigar, July 1960, quoted in Tarikh-e-Ahmadiyyat, vol.3, p.580
[15] Tarikh-e-Ahmadiyya, vol.3, pp.579-580
[16] Hayyat-e-Tayyebah, p.27
[17]  Siratul Mahdi, vol.3, p.308
[18] Nurul Haqq, bagian II, h. 72.
[19] Barahin-e-Ahmadiyyah, Ruhani Khaza’in, vol.1, p.576
[20] Siratul Mahdi, vol.4, p.156
[21] Hayat-e-Ahmad, vol.1, part 3, p.22
[22] Sirat-e-Tayyibah, p.34, by Hadhrat Mirza Bashir Ahmad(ra)
[23] Translation from Arabic of Aina-e-Kamalat-e-Islam, Ruhani Khaza’in, vol.5, p.15
[24] Seerat Masih-e-Mau’ud, vol.2, p.271
[25] Seerat Tayyibah, p.109
[26] Siratul Mahdi, vol.3, p.20
[27] Sirat-e-Tayyibah, p.110
[28] Siratul Mahdi, vol.5, p.318
[29] Siratul Mahdi, vol.2, p. 22
[30] Haqeeqatul Wahi, Ruhani Khaza’in, vol.22, p.62
[31] Al-Hakam, 18 May 1908, p.4
[32] Haqiqatul Wahyi, catatan kaki 274. (حقیقۃ الوحی ، حاشیہ صفحہ ۲۷۴)
[33] Kishti-e-Nuh, Ruhani Khaza’in, vol.19, p.16

Tidak ada komentar: