Selasa, 31 Juli 2012

PERBAIKAN AMAL


            
Dalam kehidupan dan kematian terdapat pelajaran bagi orang yang berpikir. Satu perbedaan dasar antara manusia dan hewan adalah bahwa tempat keberadaan hewan kebanyakannya adalah terpisah dan tak berhubungan, kehidupan manusia adalah saling terjalin dan saling ketergantungan, satu dengan lainnya. Di antara hewan-hewan, paling-paling ada ketergantungan antara jantan dan betina. Dalam bentuk-bentuk kehidupan yang lebih rendah
bahkan hal itu dilakukan dari jarak jauh. Dalam kemanusiaan tidak ada persoalan ketergantungan di antara beberapa orang; keperluan dan tuntutan manusia adalah sedemikian hingga seluruh manusia dipengaruhi oleh perbuatan-perbuatan dari yang lainnya. Ini dapat dibandingkan dengan sebuah goncangan dalam sebuah medium yang menghasilkan gelombang yang riak-riaknya menjurus ke segala arah yang jauh dan luas, manakala kemajuannya (kekuatannya) jadi melemah dengan [berlalunya] jarak dan waktu. Amal perbuatan manusia adalah serupa. Ia menyebar seperti gelombang sedemikian hingga meliputi seluruh manusia. Gelombang-gelombang ini bisa jadi lemah, yang sukar pelacakannya, namun semua amal perbuatan, pemikiran, pembicaraan dan gerakan manusia mempunyai unsur pengaruh global (menyeluruh). Kadang-kadang ia dapat diketahui dan pada masa lain ia tidak dapat diketahui; walaupun demikian penyebarannya adalah global dalam lingkupnya tak peduli berapa kekuatan amal yang dia hasilkan.
            
Gagasan-gagasan adalah sedemikian sukar untuk secara akal dipahami pada masa lalu, tapi dengan manfaat pada berbagai cabang ilmu pengetahuan, kita mengetahui bahwa fenomena yang paling lemah pun dapat dilacak melalui sarana-sarana yang tepat. Ambillah telegram sebagai misal. Gelombang listrik yang tercipta pada salah satu ujung kabel dapat dengan pasti diciptakan lagi pada ujung akhir (lainnya), yang jaraknya jauh.
            
Dunia ruhani mempunyai sistem (susunan) yang sama. Seperti gelombang-gelombang dalam dunia jasmani (lahiriah), dunia ruhani menghasilkan gelombang-gelombang jenis ruhani. Dalam beberapa perkara, ini ada yang kuat dan menggetarkan dan dirasakan oleh semua, dan dalam contoh-contoh lain hanya dapat diketahui oleh orang-orang dengan sarana dan kemampuan khusus. Itu seperti pesan radio yang mengisi (membanjiri) sekelilingnya namun hanya dapat ditangkap oleh orang dengan radio penerima.
            
Gelombang-gelombang ruhani yang dihasilkan oleh para Nabi Allah adalah demikian kuat sehingga mereka tersebar meliputi kawasan-kawasan yang amat luas, kadang-kadang meliputi satu daerah, dan pada waktu-waktu lain meliputi seluruh negeri. Gelombang-gelombang ini telah dihasilkan pada berbagai kesempatan dan sejumlah orang yang tak terhitung banyaknya telah merasakan kekuatannya. Kita tidak mempunyai catatan [yang lengkap] mengenai masa lalu, tapi dari apa yang terungkap dalam Al-Qur'an Suci kita tahu tentang Nabi Nuh (A.S.) dan para pengikut beliau. Mereka dijadikan sasaran kezaliman dan perlakuan yang tak manusiawi, tapi kekuatan ruhani yang mereka hasilkan itu dirasakan oleh banyak orang. Kekuatan ruhani yang meluas pada masa Nabi Ibrahim (A.S.) adalah demikian kuatnya sehingga hal itu terasa di daratan negeri yang luas.
            
Satu kekuatan ruhani agung lainnya dihasilkan pada masa Nabi Musa( A.S.), yang berhasil membebaskan satu bangsa yang tertindas dan tertekan, dari genggaman seorang penindas yang besar dan kuat. Musa(A.S.) tidak mempunyai kekuatan pasukan tentara dalam tugas beliau, tapi beliau mempunyai hati yang rendah diri di hadapan Sang Pencipta. Kekuatan yang dihasilkan oleh hati itu memberikan kehidupan kepada satu bangsa yang sepenuhnya direndahkan. Bahkan itu terlihat oleh pihak yang berkuasa sebagai tanda kematian bagi mereka. Fir'aun mengenakan penutup wajah untuk menghindar dari memandang mereka secara kebetulan. Mungkinkah untuk membayangkan kaum yang lebih hina dari itu? Kaum Muslimin [di India-Red] hari ini merasa sakit hati ketika orang Hindu menganggap sesuatu yang mereka sentuh sebagai sesuatu yang kotor, tapi dapatkah ini dibandingkan dengan kehinaan yang diderita oleh bangsa Israel? Di kalangan bangsa yang begitu menyedihkan dan menderita, Musa(A.S.) menciptakan satu kemajuan ruhani yang membebaskan mereka dari perbudakan menuju kebebasan, kehormatan dan kemuliaan. Kemudian keturunan-keturunan bangsa Israel melihat lebih banyak tapi secara perbandingan kurang dalam gelombang kekuatan [ruhani]. Ini mencapai puncaknya pada tiga belas abad sesudah Musa(A.S.) dalam gelombang kekuatan ruhani yang banyak mempengaruhi dunia.
           
Akhirnya, kekuatan ruhani dari Nabi Suci Muhammad(S.A.W.) menciptakan gelombang ruhani terbesar yang pernah ada. Itu tiba pada masa ketika banyak dari bagian-bagian dunia diliputi kegelapan jahiliyah. Hasil-hasilnya tidak terbatas pada bangsa atau kaum tertentu. Ia bermula di Arab, satu kawasan yang tak bermakna untuk bagian-bagian dunia lainnya, namun kekuatannya terasa di seluruh dunia oleh orang-orang beriman dan tidak beriman; satu kenyataan yang bahkan diakui oleh para orientalis Kristen dan Yahudi dari Eropa.
            
Apakah orang menerima Musa dan Isa(A.S.) atau tidak, dapat ada sedikit keraguan mengenai gelombang ruhani yang dihasilkan di masa mereka yang telah membawa perubahan pada bangsa Israel. Kemajuan ruhani yang tak terbantah di masa Nabi Suci(S.A.W) pembawa agama Islam dirasakan oleh setiap jiwa. Tugas Rasulullah(S.A.W.) diawali pada masa ketika politheisme (kemusyrikan) menjadi kepercayaan (agama) yang berpengaruh di dunia. Sejumlah kecil orang mempercayai Tuhan Yang Maha Esa, tapi mereka bertebaran dan tak punya pengaruh. Kemusyrikan adalah dominan dan perbuatan [yang dianggap] sesuai. Kaum Yahudi yang secara tradisional ber-Tauhid, menyebut Uzair anak Tuhan. Zoroaster, dengan ajaran aslinya yang ber-Tauhid, meninggalkan kepercayaan itu dengan menganut dua tuhan. Hindu di India tenggelam dalam kemusyrikan. Kaum Kristen mengambil "Keputraan" Yesus sebagai unsur pokok kepercayaan mereka. Tauhid mundur secara global. Seakan-akan bangsa-bangsa ini takut terhadap Tauhid, karena takut itu membawa kemunduran bagi mereka. Sikap mereka adalah seperti sikap sebagian kaum Muslimin pada hari ini yang menganggap hijab ( pardah) sebagai hambatan untuk maju dan berusaha untuk mengabaikannya dengan satu atau lain alasan. Sikap mereka yang apologetic (menyesalkan) terhadap poligami merupakan satu contoh lain. Mereka berusaha untuk menyembunyikan (mengaburkan) sebanyak mungkin, meyakini itu sebagai suatu perbuatan yang tak dapat dipertahankan. Bagi mereka satu-satunya jalan kemajuan duniawi adalah dengan mengikuti kecenderungan-kecenderungan modern, jika tidak maka mereka takut ketinggalan. Sikap ini telah menyebabkan beberapa persoalan pada dasar-dasar keimanan seperti shalat, beralasan bahwa itu cukup dilaksanakan dengan ringan mengingat Allah, misalnya ketika sedang duduk santai di kursi yang nyaman. Sama halnya gagasan Tauhid Ilahi ditolak pada masa kedatangan Rasulullah (S.A.W.). Semua agama mengalami hal ini (kemusyrikan) dalam satu atau lain segi. Kemusyrikan dianggap satu ideologi kemajuan dan menerima Tauhid dianggap kemunduran bangsa. Sejarah tidak memberi kita secara jelas jati diri orang-orang yang hatinya menghasilkan gelombang jahat ini, tapi gelombang ini tentulah dihasilkan dan dengan bantuan kekuatan tangan setan menyebar ke seluruh dunia.
            
Ada beberapa orang Arab di masa [diutusnya] Rasulullah(S.A.W.) yang mengimani Tauhid Ilahi. Mereka, bagaimanapun, sedikit dalam jumlah dan tanpa pengaruh. Jejak-jejak mereka dapat dijumpai dalam syair-syair mereka tapi kekuatan kolektif mereka lemah ibarat selembar daun di tengah sungai besar. Sebaliknya berdiri satu kekuatan musyrik yang besar.   Dalam menghadapi kekuatan musyrik yang besar itu Muhammad(S.A.W.) berdiri dengan hati yang memancarkan gelombang untuk menghadapi. Dalam jangka beberapa tahun gelombang itu mencabut penyembahan berhala dan syirik dalam semua seginya dari masyarakat Arab. Bersamaan dengan itu, kita melihat perubahan global dalam sikap [orang] terhadap Tauhid. Masyarakat dan agama [yang sebelumnya] secara keseluruhan dikuasai oleh kemusyrikan, mulai mendakwakan bahwa mereka juga mempercayai Tauhid Ilahi. Hari ini kita jumpai banyak dari para pengikut agama yang sampai pada kesimpulan bahwa amal penyembahan berhala hanya merupakan tambahan kemudian. Pada awalnya agama-agama ini tak mengajarkan apapun kecuali Keesaan Tuhan. Maka dari mana perubahan hati ini? Kesadaran ini mulai timbul hanya melalui kedatangan Nabi Suci Muhammad (S.A.W.). Kaum Kristen dengan bangga telah selalu mengemukakan ajaran keputraan Yesus sebagai unsur kelebihan atas agama-agama lain. Nyatanya susunan agama mereka meletakkan Yesus sebagai putra Tuhan. Hari ini mereka bahkan menekankan, walaupun melalui alasan yang berbelit, bahwa mereka juga hanya beriman pada Tauhid Ilahi. Mengapa ini berubah? Hasrat yang bergejolak dalam hati Rasulullah (S.A.W.) telah menembus kalbu-kalbu(hati) mereka dan sedang bekerja menghancurkan kemusyrikan dari dalam. Itulah sebabnya! Kerja itu adalah tersembunyi dari pengamatan awam, tapi secara jelas dapat tampak pada orang-orang yang merenungkan dan memikirkan.
            
Setiap perasaan, keinginan ataupun kecenderungan yang timbul dalam hati menciptakan pengaruh luar yang nyata. Sangat tidak mudah untuk memberikan pemahaman kepada mereka yang menolak adanya fenomena ruhani. Bagaimana pengaruh luar dapat dihasilkan oleh sesuatu pikiran belaka? Hadhrat Khalifatul Masih I (R.A.) biasa menceritakan tentang seorang pemuda Sikh yang sedang belajar di Lahore dan sangat  dekat dengan Hadhrat Masih Mau'ud(A.S.). Pemuda ini suatu ketika menulis surat kepada Hadhrat Masih Mau'ud(A.S.) bahwa ketika di kampus dia merasa dirinya dihinggapi pemikiran-pemikiran atheis (tak ber-Tuhan). Hadhrat Masih Mau'ud(A.S.) membalas suratnya bahwa dia hendaknya beralih tempat duduknya. Dia melakukannya dan dengan cara itu dia mengatasi masalahnya. Beberapa orang yang duduk dekat dia menghasilkan energi negatif yang pemuda ini tak mampu menolaknya. Tameng perlindungan imannya sendiri adalah sangat lemah untuk melindunginya dari kekuatan dan pengaruh itu. Pemecahannya adalah menjauh secara jasmani dari sumber pengaruh negatif ini.
            
Lazim dijumpai bahwa suatu pemikiran timbul dalam otak tapi sebelum orang itu dapat mengatakannya, orang lain sudah mengatakannya. Maka energi yang diberikan oleh perasaan bergerak laksana gelombang dan menyebar di sekelilingnya. Gelombang itu boleh jadi kuat atau ia boleh jadi lemah. Jika kuat, ia dapat dirasakan oleh banyak orang dan jika lemah ia boleh jadi hanya dapat diketahui oleh orang yang punya kemampuan khusus atau bakat alami. Setiap pemikiran mempunyai keberadaan nyata, dapat terbukti; suatu keberadaan yang bergerak, berpengaruh dan mengubah lingkungan sekitarnya dan menembus pikiran orang-orang lain.
            
Karena pikiran-pikiran setiap orang dari kita mempengaruhi orang-orang lain, maka janganlah seorangun menganggap dirinya kecil dan tak penting. Setiap orang memikul tanggung jawab untuk tetap menjaga pikiran-pikirannya. Hasil dari pemikiran-pemikiran dan amal perbuatan seseorang tidak seterbatas dan sesempit yang dibayangkan pada umumnya, bahkan ia berlanjut jauh dan luas serta menyebabkan pengaruh yang membangun maupun yang merusak kearah mana ia bergerak. Dalam beberapa perkara ini boleh jadi kuat dan dalam perkara lain sangat lemah.
            
Dalam Kitab Suci Al-Qur'an kita mendapatkan bukti dari fenomena ini dalam Surah An-Nas. Ayat-ayat ini memberi tahu kita mengenai energi negatif yang berasal dari orang-orang yang tetap tersembunyi tapi mempengaruhi yang lain melalui bisikan-bisikan dari pikiran-pikiran mereka yang jahat.
            
Dengan cara yang sama, telah dijumpai bahwa ketika gagasan-gagasan baru timbul [dalam otak], orang-orang lain yang tak berhubungan mulai mendakwakannya, seolah-olah, secara bersamaan. Dikatakan bahwa teori Darwin mengenai evolusi dikemukakan oleh tiga pribadi: satu orang Inggris, lainnya orang Prancis dan ketiga adalah orang Jerman. Mereka hidup sezaman dengan lainnya dan dengan demikian mempengaruhi pemikiran satu sama lain.
            
Untuk alasan inilah sehingga persahabatan dengan orang-orang saleh telah sangat ditekankan, dari pada [hanya] membaca ajaran-ajaran mereka atau mempelajarinya dari orang lain. Mengapa demikian ditekankan pada persahabatan (kedekatan) lahiriah? Ada penekanan yang demikian luar biasa pada persahabatan dengan Rasulullah(S.A.W.) dan persahabatan dengan Hadhrat Masih Mau'ud(A.S.) seakan-akan tak ada lagi hal lain yang lebih penting. Ajaran-ajaran beliau telah terpelihara dengan berbagai cara tapi sebuah sumber pesan secara tak langsung bahkan jika secara yakin direproduksi dengan perasaan yang berasal dari hati dan yang hanya dapat diterima secara langsung. Tidak setiap hati mempunyai kemampuan untuk menerima gema getaran dari jarak jauh, oleh sebab itu penekanan yang sangat diletakkan pada kedekatan dengan orang saleh dimana sinyal-sinyal yang lebih kuat menyebabkan hati yang berkemampuan rendah dapat menerima.
            
Hadhrat Masih Mau'ud(A.S.) diberi tahukan melalui wahyu bahwa para sahabat beliau merupakan yang terbaik, generasi berikut tidak akan meraih derajat yang sama dengan yang terdahulu, dan generasi berikutnya lagi akan lebih rendah. Rasulullah (S.A.W.) menyabdakan hal yang sama mengenai para sahabat beliau sendiri. Persoalannya adalah bahwa kalaulah satu-satunya sumber penyucian ruhani hanya Al-Qur'an dan Hadits, yang secara seimbang dapat dimanfaatkan semua generasi di masa depan, maka mengapa terjadi kemunduran dalam mutu keimanan? Sebabnya, tentu saja, adalah bahwa para sahabat menerima langsung energi penyucian yang dipancarkan oleh hati orang saleh. Energi sinyal itu, sebagaimana energi jenis lainnya, terpancar dan jadi melemah dengan berlalunya waktu, meskipun itu tetap abadi, namun dengan berlalunya waktu ia kurang dapat dicapai dengan mudah. Orang-orang yang mengenalnya, melakukan dengan begitu rendahnya, dan akibatnya generasi-generasi kemudian mengalami kemunduran dalam mutu keimanan.
            
Satu bukti bahwa jarak jauh dan dekat menjadi kekuatan yang berpengaruh diantara orang-orang lazimnya dijumpai apabila, katakanlah, [misalnya] satu permintaan yang dibuat ketika hadir (secara langsung) tampak mempunyai peluang yang lebih banyak untuk diterima daripada yang dibuat melalui orang ketiga (orang lain) atau surat. Sama halnya, sebuah pidato yang didengar secara langsung memasuki hati lebih kuat dibanding dengan membaca mengenainya dalam tulisan. Sebuah tulisan mungkin dapat menyimpan (menjaga) setiap perkataan, tapi di situ tak ada sarana yang memindahkan energi yang diberikan oleh hati si pembicara dan yang hanya dapat dirasakan dengan pertemuan langsung. Untuk alasan inilah, hingga seorang mujaddid (pembaharu) dibangkitkan pada setiap abad. Perkataan-perkataan dalam Al-Qur'an tidak membawa energi penyegaran yang sama dengan apabila dibacakan oleh orang yang secara ruhani dibersihkan oleh Allah.
            
Setiap pemikiran yang memasuki hati dan setiap perasaan yang timbul dalam hati mulai mengeluarkan pancaran energi. Daya kekuatannya berbeda dari jarak yang satu dengan yang lain dan juga pengaruh-pengaruh luarnya. Orang-orang yang tidak menempati kedudukan sebagai pemimpin atau pengambil keputusan, dan dengan demikian menganggap diri hanya sebagai penonton [maka] mereka melakukan kesalahan besar dan menyebabkan kehancuran ketika mereka mengutarakan pernyataan yang kacau dan tak bertanggung jawab itu. Pembicaraan sia-sia seperti itu mungkin tidak mempunyai pengaruh yang terlihat dengan segera tapi energi (kekuatan) pernyataan itu bergerak dan merusak orang-orang yang tidak cukup mempunyai pertahanan terhadapnya.
            
Seorang beriman hendaknya waspada terhadap setiap perkataan dan perbuatannya. Seorang yang tak menghargai perintah ini bertanggung jawab atas tersebarnya racun melalui perbuatan, ucapan dan pikirannya – suatu racun yang dapat secara potensial menyebabkan kematian ruhani pada sejumlah besar orang yang sepenuhnya tak mengenal dia. Orang seperti itu merupakan rintangan bagi orang-orang yang sedang berusaha dengan kemampuan terbaik mereka menyebarkan pesan Islam. Maka kita hendaknya dengan penuh semangat mengawasi apa yang kita katakan dan seharusnya menghindari pernyataan-pernyataan yang bahkan menghasilkan perpecahan dalam segala lapisan kita. Cara terbaik untuk melawan dampak negatif seperti itu adalah melalui pikiran-pikiran dan perubahan-perubahan yang positif. Seseorang yang mempunyai pikiran yang terkendali seperti itu akan membantu penyebaran Islam bahkan walaupun dia mungkin hanya duduk-duduk saja di rumah.
            
Hadhrat Umar(R.A.) suatu kali bersabda bahwa niat seorang mukmin itu lebih baik dari pada amal perbuatannya. Sekilas ini kedengarannya tak mungkin. Macam mana niat saja dapat melebihi amal perbuatan dalam nilainya? Kenyataannya adalah bahwa ketika seseorang dengan kuat menetapkan dalam hatinya dengan niat yang suci, manfaat baiknya mulai menyebar. Pastilah suatu amal baik dijamin mengalir dari sebuah tekad yang kuat dan suci. Bagaimanapun, amal baik tanpa disertai dengan niat dapat menjadi contoh yang baik bagi orang-orang yang menyaksikan amal itu tapi satu hati yang dengan tekad kuat menetapkan niat baik akan menanamkan pemikiran-pemikiran yang sama dalam lingkup yang lebih luas.
            
Selayaknya seorang mukmin untuk tetap teguh menyadari pikiran-pikirannya. Dia hendaknya berusaha untuk mengalirkan pikiran-pikiran positif melalui pikirannya dan hendaknya selalu aktif membendung yang negatif. Pengendalian seperti itu sangat sukar untuk dicapai. Sekali seseorang bersandar kepada Tuhan, hatinya menjadi terkendali dan kemudian hanya pikiran-pikiran yang saleh dan suci mulai tumbuh di hatinya.
            
Hal itu merupakan yang paling penting bagi para anggota Jama'at untuk memperbaiki pikiran-pikiran dan niat-niat mereka. Ada banyak orang di kalangan kita yang tidak memberikan cukup perhatian pada masalah ini. Orang-orang yang telah menetapkan kendali atas hatinya telah mencapai tujuan mereka. Rasulullah(S.A.W.) suatu kali bersabda mengenai Hadhrat Abu Bakar (R.A.) bahwa kelebihan beliau bukanlah karena salat, puasa, zakat dan haji melainkan karena keadaan hati beliau. Pada kesempatan lain Rasulullah(S.A.W.) bersabda bahwa ada seseorang yang melewatkan seluruh kehidupannya dengan amal-amal yang membawanya ke surga tapi ada sesuatu di dalam hatinya yang menjadikan dia tergelincir pada akhir hidupnya dan masuk neraka. Kemudian ada orang lain yang melakukan amal-amal yang mendekatkannya ke neraka, tapi ada sesuatu di dalam hatinya yang menjadikan Allah menariknya karena dia hampir jatuh dan memasukkannya ke surga. Ini menunjukkan bahwa amal-amal lahiriah saja tidak mencukupi untuk meraih keselamatan. Tanpa cahaya iman yang menyinari hati seseorang bahkan sebuah cobaan kecil sekalipun menyebabkan seseorang jauh dari rahmat. Amal perbuatan saja adalah rendah dan terbatas, dan hanya diperoleh secara mendalam melalui kesucian hati. Seseorang mungkin mengikuti ajaran-ajaran Islam tapi jika dari dalam hatinya keluar energi-energi negatif yang mengganggu dan menghambat kemajuannya, maka orang semacam itu sebenarnya merupakan orang yang memusuhi Islam. Nabi Suci (S.A.W.) suatu kali bersabda bahwa manusia mempunyai satu organ di dalam tubuhnya yang terjaga, sebab jika organ itu sehat maka sehatlah seluruh tubuh dan jika organ itu rusak maka rusaklah seluruh tubuh. Organ itu adalah hati. Seseorang dengan hati yang suci amat membantu dalam penyebaran pesan Islam. Dari rumahnya dia mempengaruhi orang-orang [di tempat yang] jauh dan luas. Dia bertabligh ke Jepang, dia bertabligh ke Cina, ke Eropa dan ke Amerika, hakikatnya dia bertabligh dan menyebarkan ke seluruh dunia.
            
Hadhrat Masih Mau'ud(A.S.) tidak mengadakan perjalanan ke seluruh dunia untuk menyebarkan pesan beliau. Tapi kekuatan ruhani yang beliau keluarkan sedang menyebar ke seluruh dunia dan perkara-perkara keimanan sedang dikenal di antara setiap orang. Orang-orang ini mungkin tidak menerima beliau atau pesan beliau pada masa ini, tapi hal mereka adalah seperti orang yang sedang memperoleh kembali kesadarannya dan hanya layak mencapai satu tujuan yang sudah dekat. Bangsa-bangsa kini sedang bangkit dari tidur lena mereka yang panjang, dan dalam keadaan setengah sadar ini mereka hanya dapat menggenggam sesuatu yang ada dalam jangkauan mereka. Sekali mereka sadar sepenuhnya, mereka akan mulai memberikan perhatian pada pesan hakiki ini.
            
Maka gelombang energi yang dihasilkan dalam hati menyebar jauh dan luas. Gelombang ini adalah lebih dapat dilacak (dirasakan) kalau lebih dekat ke sumber asalnya. Seorang Nabi Tuhan merupakan sumber dan juga pusat semua energi (kekuatan) ruhani. Beliau menyebarkan semuanya di sekeliling beliau dari suatu tempat yang beliau pilih sebagai markas (pusat) beliau. Pada tahun-tahun awal tugas beliau, Hadhrat Masih Mau'ud (A.S.) mengadakan perjalanan tabligh dan penyebaran, tapi kemudian beliau menetap di satu tempat. Kita melihat pola yang sama dalam kehidupan Nabi Suci(S.A.W.). Pada awalnya beliau mengadakan perjalanan untuk menyebarkan pesan beliau, tapi kemudian dalam masa hidup beliau itu beliau tidak meninggalkan kampung halaman kecuali terpaksa. Nabi Isa (A.S.) juga mengadakan perjalanan ke Kashmir tapi begitu beliau tiba di sana beliau tinggal menetap. Maka kita melihat sebuah pola, para nabi mengadakan perjalanan pada bagian awal dari tugas-tugas mereka tapi akhirnya mereka menetapkan markas dan berusaha menyebarkan pengaruhnya dari sana. Pesan dari Hadhrat Masih Mau'ud(A.S.) adalah pesan yang sama. Walaupun itu mungkin tidak dihargai pada masa kini, tapi masa itu tidaklah jauh ketika hal itu akan menjadi jelas bahwa pengaruh beliau telah mencapai setiap tempat. Maka kebersihan hati seseorang merupakan yang paling penting. Orang-orang yang mengabaikan penyucian dirinya merupakan musuh-musuh, dan bukan sahabat-sahabat Islam yang mempengaruhi orang-orang lain dan membuat mereka menjauh dengan anti pati. Saya oleh sebab itu mendorong kalian semua untuk menyucikan kalbu-kalbu (hati) kalian sedemikian rupa hingga kalian juga dapat memainkan peranan yang membangun dalam penyebaran agama. Orang-orang di kalangan Jama'at kita yang tidak menempuh penyucian dirinya, bukan hanya akan gagal meraih derajat ruhani yang tinggi melainkan mereka juga terbukti merupakan hambatan bagi yang lain. Ada banyak orang yang menganggap pengorbanan harta sebagai puncak keimanan. Mereka membayar sesuai dengan peraturan, melaksanakan wasiyat, dan mempersembahkan pengorbanan-pengorbanan lainnya, tapi kita dapati mereka goyah dalam cobaan-cobaan kecil. Itu menunjukkan bahwa meskipun amal-amal mereka tampaknya baik tapi iman tidak tertanam di hati mereka dan dengan demikian penyucian diri mereka belum sempurna. Keadaan kalbu-kalbu (hati) mereka dapat digambarkan seperti sampah yang terbungkus tipis, yang sobek dengan sentuhan kecil dan bau busuk menyebar ke sekelilingnya. Kita mengetahui dari beberapa kasus dimana keluhan-keluhan dan pengaduan kecil menyebabkan orang-orang goyah dan jatuh. Ketika saya mengutus orang-orang untuk menemuinya, dia mengatakan kepada mereka bahwa dia memerlukan uang yang ' Mian Sahib' tidak sediakan, tapi orang-orang Lahore memberikan, maka dia kini berpihak kepada mereka. Jika hal itu diterima bahawa kita dalam kesalahan [karena] tidak membantunya [hingga dia] keluar, bahkan kalaupun demikian, bagaimana itu membuktikan bahwa Hadhrat Mirza Sahib (A.S.) bukan seorang Nabi atau bahwa para pengingkar beliau adalah orang-orang Muslim? Untuk orang yang melepaskan keimanannya ini karena sesuatu [maka] ini menunjukkan bahwa ada topeng tipis pada dirinya yang terkoyak ketika menjadi sasaran tekanan-tekanan kecil dan mengungkapkan kekotoran dalam dirinya. Hal ini terjadi ketika hati tidak sepenuhnya disucikan. Jika kebenaran Nabi Suci (S.A.W.) ditanamkan dengan kuat dalam hati seseorang, orang seperti itu tak akan ragu-ragu meninggalkan kehidupannya tapi tak akan pernah meninggalkan imannya. Dia tak akan pernah mengingkari kebenaran Rasulullah (S.A.W.) bahkan jika keluarganya dibantai di hadapan matanya. Sama halnya, orang yang hatinya menyaksikan kenabian Hadhrat Masih Mau'ud(A.S.) akan menghadapi setiap cobaan dan kesukaran tapi tidak akan mengingkari kenabian itu. Betapapun, seseorang yang hanya di bibir saja [imannya] akan mundur kerana ujian kecil. Maka adalah hal yang mendasar bahwa hati itu dibersihkan dari segala macam noda, kekotoran dan ketidak sucian. Kalian semua perlu memberikan perhatian khusus pada masalah ini. Amal perbuatan lahiriah [saja] tidak akan cukup untuk menyelamatkan kalian. Amal ibadah seperti salat, puasa, haji dan zakat hanya akan diakui ketika amal-amal ini dilaksanakan oleh seseorang dengan hati yang suci. Ketika hati dibersihkan, semua amal perbuatan dengan sendirinya akan baik.
            
Bagaimana hati dapat disucikan? Itu merupakan satu pembahasan khusus dan kesehatan saya tidak mengizinkan untuk lama berbicara. Cukup untuk mengatakan bahwa Hadhrat Masih Mau'ud (A.S.) telah menguraikan masalah ini dalam tulisan-tulisan beliau. Tujuan saya adalah menyadarkan kalian hakikat permasalahan yang amat penting ini. Terserah kalian untuk mengambil manfaat dari uraian-uraian saya.
            
Sekali Jama'at kita memperoleh kesucian hati, tak ada kesukaran yang akan menyelewengkannya dari Shirathal Mustaqim (Jalan Yang Lurus). Tak ada kesulitan atau serangan yang dapat menghancurkan imannya, tak peduli bahaya itu datang dari dalam atau dari luar. Begitu hal ini diperoleh oleh kita semuanya [maka] kemajuan kita akan meningkat berlipat ganda. Ia akan melanda laksana air bah di hadapan bangunan-bangunan kegelapan dan meruntuhkan kejahilan tanpa dapat ditahan. Pada waktu ini, tatanan yang lama dan sakit sedang hancur dan landasan baru sedang diletakkan. Itu merupakan waktu yang sukar ketika sebuah rumah yang   rusak sedang runtuh. Paling sedikit [orang] perlu menyediakan sarana perlindungan, bahkan jika tak mencukupi [sekalipun]. Jika salah satu bagian atap bocor, perlindungan dapat diperoleh di bawah bagian lain. Pada musim panas ia melindungi dari terik matahari dan pada musim dingin menjaga dari kedinginan. Tapi ketika rumah semacam itu runtuh [maka] perlindungannya bahkan hilang. Tatanan Islam, yang telah dirusak oleh tindakan-tindakan dari para penjaganya yang tidak berwenang sedang berada dalam proses keruntuhan, dan sebagai gantinya Tatanan Islam yang baru sedang dibangun. Kita berbahagia bahwa tatanan yang lama sedang digantikan dengan yang baru, tapi pembangunan yang baru ini akan memerlukan pemeliharaan, perhatian dan kerja keras yang luar biasa untuk menyempurnakannya, dan kita hendaknya mempersiapkan diri kita untuk upaya itu. Pada masa ini (1919 – Red) kita (umat Islam-Red) mempunyai paling banyak dua atau tiga pemerintahan Muslim di dunia. Pemerintahan-pemerintahan ini dianggap sebagai perwakilan Islam. Tapi mereka seperti tumpukan reruntuhan, yang sedang hancur sehingga kaum Muslimin diperingatkan dan agar mereka sadar. Kini sebuah rumah baru akan dibangun. Ia tidak akan dibangun dengan pedang, tapi ia akan dibangun melalui sarana-sarana ruhani. Ini merupakan masa yang rawan dan berbahaya bagi kaum Muslimin, tapi kita harus yakin kepada Tuhan kita bahwa rumah (tatanan) baru Islam itu memang sedang dibangun. Kita perlu melakukan kerja dan usaha keras yang diperlukan untuk pembangunannya.
            
Manusia hari ini sibuk mengejar dunia. Bahkan orang-orang yang menyebut dirinya agamis, sepenuhnya menumpahkan kepercayaan mereka pada daya upaya mereka sendiri, namun tak ada agama yang dapat maju kecuali agama yang mengadakan perdamaian dengan Tuhan dan Tuhan menjadi Penolongnya. Kemajuan kaum Muslimin adalah berhubungan dengan kemajuan Islam. Kecuali dengan kemajuan Islam, kaum Muslimin tidak dapat maju, dan tak ada jalan lain untuk keberhasilan bagi mereka. Kecuali orang-orang Ahmadi, orang-orang lainnya tak menyadari kebenaran ini. Pada satu sisi puluhan juta pekerja diperlukan untuk membangun kembali tatanan Islam, tapi pada sisi lain, kita jumpai bahwa semangat kerja telah hilang. Orang-oraang yang menyebut dirinya Muslim mencari-cari alasan sendiri untuk pekerjaan ini. Kita hanya mempunyai beberapa ratus ribu pekerja. Jumlah seperti itu akan tampak sangat sedikit untuk menunaikan bahkan sebagian kecil dari tugas ini. Dalam keadaan-keadaan ini nyatalah bahwa upaya-upaya gigih dan kerja keras dibutuhkan.
            
Ajaib bahwa walaupun demikian terbatasnya para pekerja, bahkan di kalangan yang sedikit itu ada orang-orang yang bergembira dan menikmati kesenangan sendiri. Kepada orang-orang yang seperti itu saya katakan bahwa ini bukanlah waktu untuk bersantai dan menikmati kesenangan. Ini adalah waktu untuk bekerja. Kalian telah, berkali-kali, membuat komitmen terhadap tugas ini. Saya sedang mengingatkan kalian mengenai janji dan komitmen kalian dahulu. Keberhasilan-keberhasilan mengetuk langkah-langkah kalian – jenis keberhasilan yang sama sedang menanti kalian sebagaimana terlihat di masa Rasulullah (S.A.W.). Beliau suatu kali ditanya mengenai siapa yang lebih baik, para sahabat beliau atau para sahabat Al-Masih. Beliau menjawab bahwa beliau tidak tahu. Kita semua menyadari bagaimana para sahabat Nabi Suci (S.A.W.) diberi ganjaran. Kalian akan menjadi penerima ganjaran yang sama. Pada satu sisi rahmat dan berkat Tuhan tercurah dari langit tapi untuk yang lain, hukuman api juga turun. Terserah kalian untuk menempatkan diri kalian di bawah yang satu atau yang lain. Dalam [diri] kalian akan terjadi dorongan sedemikian rupa hingga kalian dapat mempengaruhi kalbu-kalbu (hati) yang lain. Ini merupakan tugas yang sangat sukar dan tidak dapat diraih kecuali dengan menciptakan satu perubahan yang mendasar dalam diri seseorang.
            
Jama'at di Lahore perlu memberikan perhatian khusus terhadap tanggung jawab ini. Sesudah Qadian, kota ini merupakan pusat kita yang amat penting. Kota ini sering dikunjungi orang-orang dan dengan demikian ia mempunyai peran istimewa dalam penyebaran Islam.Tapi saya melihat [masih] banyak kelemahan dalam Jama'at ini. Itu bukan merupakan lemahnya kemukhlisan para anggotanya. Kebanyakan dari kalian adalah anggota yang mukhlis dan setia. Tapi masalahnya disebabkan oleh kurangnya persatuan dalam upaya-upaya kalian. Dari pada bekerja secara terpisah-pisah kalian perlu bekerja bersama-sama menuju tujuan yang sama. Maka saya mendorong kalian untuk menyucikan diri kalian dan kemudian sepenuhnya memahami tanggung jawab kalian. Begitu kalian mengerti tanggung jawab kalian dan kemudian menganggapnya sebagai satu anugrah maka pintu-pintu ganjaran samawi terbuka bagi kalian. Semoga Allah memberi kemampuan kepada kalian untuk lebih banyak mengkhidmati Islam dan Ahmadiyah. Amin.

Sumber: Ahmadiyya Gazette USA, February 2007, hal. 15-22. Terjemah Bahasa Inggris: Asif Omer, North Jersey . Terjemah Bahasa Indonesia: Muharim Awaludin, Kemang-Bogor

Tidak ada komentar: