Dalam kehidupan dan kematian terdapat pelajaran bagi orang yang berpikir. Satu
perbedaan dasar antara manusia dan hewan adalah bahwa tempat keberadaan hewan
kebanyakannya adalah terpisah dan tak berhubungan, kehidupan manusia adalah
saling terjalin dan saling ketergantungan, satu dengan lainnya. Di antara
hewan-hewan, paling-paling ada ketergantungan antara jantan dan betina. Dalam
bentuk-bentuk kehidupan yang lebih rendah
bahkan hal itu dilakukan dari jarak jauh. Dalam kemanusiaan tidak ada persoalan ketergantungan di antara beberapa orang; keperluan dan tuntutan manusia adalah sedemikian hingga seluruh manusia dipengaruhi oleh perbuatan-perbuatan dari yang lainnya. Ini dapat dibandingkan dengan sebuah goncangan dalam sebuah medium yang menghasilkan gelombang yang riak-riaknya menjurus ke segala arah yang jauh dan luas, manakala kemajuannya (kekuatannya) jadi melemah dengan [berlalunya] jarak dan waktu. Amal perbuatan manusia adalah serupa. Ia menyebar seperti gelombang sedemikian hingga meliputi seluruh manusia. Gelombang-gelombang ini bisa jadi lemah, yang sukar pelacakannya, namun semua amal perbuatan, pemikiran, pembicaraan dan gerakan manusia mempunyai unsur pengaruh global (menyeluruh). Kadang-kadang ia dapat diketahui dan pada masa lain ia tidak dapat diketahui; walaupun demikian penyebarannya adalah global dalam lingkupnya tak peduli berapa kekuatan amal yang dia hasilkan.
bahkan hal itu dilakukan dari jarak jauh. Dalam kemanusiaan tidak ada persoalan ketergantungan di antara beberapa orang; keperluan dan tuntutan manusia adalah sedemikian hingga seluruh manusia dipengaruhi oleh perbuatan-perbuatan dari yang lainnya. Ini dapat dibandingkan dengan sebuah goncangan dalam sebuah medium yang menghasilkan gelombang yang riak-riaknya menjurus ke segala arah yang jauh dan luas, manakala kemajuannya (kekuatannya) jadi melemah dengan [berlalunya] jarak dan waktu. Amal perbuatan manusia adalah serupa. Ia menyebar seperti gelombang sedemikian hingga meliputi seluruh manusia. Gelombang-gelombang ini bisa jadi lemah, yang sukar pelacakannya, namun semua amal perbuatan, pemikiran, pembicaraan dan gerakan manusia mempunyai unsur pengaruh global (menyeluruh). Kadang-kadang ia dapat diketahui dan pada masa lain ia tidak dapat diketahui; walaupun demikian penyebarannya adalah global dalam lingkupnya tak peduli berapa kekuatan amal yang dia hasilkan.
Gagasan-gagasan adalah sedemikian sukar untuk secara akal dipahami pada masa
lalu, tapi dengan manfaat pada berbagai cabang ilmu pengetahuan, kita
mengetahui bahwa fenomena yang paling lemah pun dapat dilacak melalui
sarana-sarana yang tepat. Ambillah telegram sebagai misal. Gelombang listrik
yang tercipta pada salah satu ujung kabel dapat dengan pasti diciptakan lagi
pada ujung akhir (lainnya), yang jaraknya jauh.
Dunia ruhani mempunyai sistem (susunan) yang sama. Seperti gelombang-gelombang
dalam dunia jasmani (lahiriah), dunia ruhani menghasilkan gelombang-gelombang
jenis ruhani. Dalam beberapa perkara, ini ada yang kuat dan menggetarkan dan
dirasakan oleh semua, dan dalam contoh-contoh lain hanya dapat diketahui oleh
orang-orang dengan sarana dan kemampuan khusus. Itu seperti pesan radio yang
mengisi (membanjiri) sekelilingnya namun hanya dapat ditangkap oleh orang
dengan radio penerima.
Gelombang-gelombang ruhani yang dihasilkan oleh para Nabi Allah adalah demikian
kuat sehingga mereka tersebar meliputi kawasan-kawasan yang amat luas,
kadang-kadang meliputi satu daerah, dan pada waktu-waktu lain meliputi seluruh
negeri. Gelombang-gelombang ini telah dihasilkan pada berbagai kesempatan dan
sejumlah orang yang tak terhitung banyaknya telah merasakan kekuatannya. Kita
tidak mempunyai catatan [yang lengkap] mengenai masa lalu, tapi dari apa yang
terungkap dalam Al-Qur'an Suci kita tahu tentang Nabi Nuh (A.S.) dan
para pengikut beliau. Mereka dijadikan sasaran kezaliman dan perlakuan yang tak
manusiawi, tapi kekuatan ruhani yang mereka hasilkan itu dirasakan oleh banyak
orang. Kekuatan ruhani yang meluas pada masa Nabi Ibrahim (A.S.)
adalah demikian kuatnya sehingga hal itu terasa di daratan negeri yang luas.
Satu kekuatan ruhani agung lainnya dihasilkan pada masa Nabi Musa( A.S.),
yang berhasil membebaskan satu bangsa yang tertindas dan tertekan, dari
genggaman seorang penindas yang besar dan kuat. Musa(A.S.) tidak
mempunyai kekuatan pasukan tentara dalam tugas beliau, tapi beliau mempunyai
hati yang rendah diri di hadapan Sang Pencipta. Kekuatan yang dihasilkan oleh
hati itu memberikan kehidupan kepada satu bangsa yang sepenuhnya direndahkan.
Bahkan itu terlihat oleh pihak yang berkuasa sebagai tanda kematian bagi
mereka. Fir'aun mengenakan penutup wajah untuk menghindar dari memandang mereka
secara kebetulan. Mungkinkah untuk membayangkan kaum yang lebih hina dari itu?
Kaum Muslimin [di India-Red] hari ini merasa sakit hati ketika orang Hindu
menganggap sesuatu yang mereka sentuh sebagai sesuatu yang kotor, tapi dapatkah
ini dibandingkan dengan kehinaan yang diderita oleh bangsa Israel? Di kalangan
bangsa yang begitu menyedihkan dan menderita, Musa(A.S.) menciptakan
satu kemajuan ruhani yang membebaskan mereka dari perbudakan menuju kebebasan,
kehormatan dan kemuliaan. Kemudian keturunan-keturunan bangsa Israel melihat
lebih banyak tapi secara perbandingan kurang dalam gelombang kekuatan [ruhani].
Ini mencapai puncaknya pada tiga belas abad sesudah Musa(A.S.) dalam
gelombang kekuatan ruhani yang banyak mempengaruhi dunia.
Akhirnya, kekuatan ruhani dari Nabi Suci Muhammad(S.A.W.)
menciptakan gelombang ruhani terbesar yang pernah ada. Itu tiba pada masa
ketika banyak dari bagian-bagian dunia diliputi kegelapan jahiliyah.
Hasil-hasilnya tidak terbatas pada bangsa atau kaum tertentu. Ia bermula di
Arab, satu kawasan yang tak bermakna untuk bagian-bagian dunia lainnya, namun
kekuatannya terasa di seluruh dunia oleh orang-orang beriman dan tidak beriman;
satu kenyataan yang bahkan diakui oleh para orientalis Kristen dan Yahudi dari
Eropa.
Apakah orang menerima Musa dan Isa(A.S.) atau tidak, dapat ada
sedikit keraguan mengenai gelombang ruhani yang dihasilkan di masa mereka yang
telah membawa perubahan pada bangsa Israel. Kemajuan ruhani yang tak terbantah
di masa Nabi Suci(S.A.W) pembawa agama Islam dirasakan oleh setiap
jiwa. Tugas Rasulullah(S.A.W.) diawali pada masa ketika politheisme
(kemusyrikan) menjadi kepercayaan (agama) yang berpengaruh di dunia. Sejumlah
kecil orang mempercayai Tuhan Yang Maha Esa, tapi mereka bertebaran dan tak
punya pengaruh. Kemusyrikan adalah dominan dan perbuatan [yang dianggap]
sesuai. Kaum Yahudi yang secara tradisional ber-Tauhid, menyebut Uzair anak
Tuhan. Zoroaster, dengan ajaran aslinya yang ber-Tauhid, meninggalkan
kepercayaan itu dengan menganut dua tuhan. Hindu di India tenggelam dalam
kemusyrikan. Kaum Kristen mengambil "Keputraan" Yesus sebagai unsur
pokok kepercayaan mereka. Tauhid mundur secara global. Seakan-akan
bangsa-bangsa ini takut terhadap Tauhid, karena takut itu membawa kemunduran
bagi mereka. Sikap mereka adalah seperti sikap sebagian kaum Muslimin pada hari
ini yang menganggap hijab ( pardah) sebagai hambatan untuk maju dan
berusaha untuk mengabaikannya dengan satu atau lain alasan. Sikap mereka yang
apologetic (menyesalkan) terhadap poligami merupakan satu contoh lain. Mereka
berusaha untuk menyembunyikan (mengaburkan) sebanyak mungkin, meyakini itu
sebagai suatu perbuatan yang tak dapat dipertahankan. Bagi mereka satu-satunya
jalan kemajuan duniawi adalah dengan mengikuti kecenderungan-kecenderungan
modern, jika tidak maka mereka takut ketinggalan. Sikap ini telah menyebabkan
beberapa persoalan pada dasar-dasar keimanan seperti shalat, beralasan bahwa
itu cukup dilaksanakan dengan ringan mengingat Allah, misalnya ketika sedang
duduk santai di kursi yang nyaman. Sama halnya gagasan Tauhid Ilahi ditolak
pada masa kedatangan Rasulullah (S.A.W.). Semua agama mengalami hal
ini (kemusyrikan) dalam satu atau lain segi. Kemusyrikan dianggap satu ideologi
kemajuan dan menerima Tauhid dianggap kemunduran bangsa. Sejarah tidak memberi
kita secara jelas jati diri orang-orang yang hatinya menghasilkan gelombang
jahat ini, tapi gelombang ini tentulah dihasilkan dan dengan bantuan kekuatan
tangan setan menyebar ke seluruh dunia.
Ada beberapa orang Arab di masa [diutusnya] Rasulullah(S.A.W.) yang
mengimani Tauhid Ilahi. Mereka, bagaimanapun, sedikit dalam jumlah dan tanpa
pengaruh. Jejak-jejak mereka dapat dijumpai dalam syair-syair mereka tapi
kekuatan kolektif mereka lemah ibarat selembar daun di tengah sungai besar.
Sebaliknya berdiri satu kekuatan musyrik yang besar. Dalam menghadapi
kekuatan musyrik yang besar itu Muhammad(S.A.W.) berdiri dengan hati
yang memancarkan gelombang untuk menghadapi. Dalam jangka beberapa tahun
gelombang itu mencabut penyembahan berhala dan syirik dalam semua
seginya dari masyarakat Arab. Bersamaan dengan itu, kita melihat perubahan
global dalam sikap [orang] terhadap Tauhid. Masyarakat dan agama [yang
sebelumnya] secara keseluruhan dikuasai oleh kemusyrikan, mulai mendakwakan
bahwa mereka juga mempercayai Tauhid Ilahi. Hari ini kita jumpai banyak dari
para pengikut agama yang sampai pada kesimpulan bahwa amal penyembahan berhala
hanya merupakan tambahan kemudian. Pada awalnya agama-agama ini tak mengajarkan
apapun kecuali Keesaan Tuhan. Maka dari mana perubahan hati ini? Kesadaran ini
mulai timbul hanya melalui kedatangan Nabi Suci Muhammad (S.A.W.).
Kaum Kristen dengan bangga telah selalu mengemukakan ajaran keputraan Yesus
sebagai unsur kelebihan atas agama-agama lain. Nyatanya susunan agama mereka
meletakkan Yesus sebagai putra Tuhan. Hari ini mereka bahkan menekankan,
walaupun melalui alasan yang berbelit, bahwa mereka juga hanya beriman pada
Tauhid Ilahi. Mengapa ini berubah? Hasrat yang bergejolak dalam hati Rasulullah
(S.A.W.) telah menembus kalbu-kalbu(hati) mereka dan sedang bekerja
menghancurkan kemusyrikan dari dalam. Itulah sebabnya! Kerja itu adalah
tersembunyi dari pengamatan awam, tapi secara jelas dapat tampak pada
orang-orang yang merenungkan dan memikirkan.
Setiap perasaan, keinginan ataupun kecenderungan yang timbul dalam hati
menciptakan pengaruh luar yang nyata. Sangat tidak mudah untuk memberikan
pemahaman kepada mereka yang menolak adanya fenomena ruhani. Bagaimana pengaruh
luar dapat dihasilkan oleh sesuatu pikiran belaka? Hadhrat Khalifatul Masih I (R.A.)
biasa menceritakan tentang seorang pemuda Sikh yang sedang belajar di Lahore
dan sangat dekat dengan Hadhrat Masih Mau'ud(A.S.). Pemuda ini
suatu ketika menulis surat kepada Hadhrat Masih Mau'ud(A.S.) bahwa
ketika di kampus dia merasa dirinya dihinggapi pemikiran-pemikiran atheis (tak
ber-Tuhan). Hadhrat Masih Mau'ud(A.S.) membalas suratnya bahwa dia
hendaknya beralih tempat duduknya. Dia melakukannya dan dengan cara itu dia
mengatasi masalahnya. Beberapa orang yang duduk dekat dia menghasilkan energi
negatif yang pemuda ini tak mampu menolaknya. Tameng perlindungan imannya
sendiri adalah sangat lemah untuk melindunginya dari kekuatan dan pengaruh itu.
Pemecahannya adalah menjauh secara jasmani dari sumber pengaruh negatif ini.
Lazim dijumpai bahwa suatu pemikiran timbul dalam otak tapi sebelum orang itu
dapat mengatakannya, orang lain sudah mengatakannya. Maka energi yang diberikan
oleh perasaan bergerak laksana gelombang dan menyebar di sekelilingnya.
Gelombang itu boleh jadi kuat atau ia boleh jadi lemah. Jika kuat, ia dapat
dirasakan oleh banyak orang dan jika lemah ia boleh jadi hanya dapat diketahui
oleh orang yang punya kemampuan khusus atau bakat alami. Setiap pemikiran
mempunyai keberadaan nyata, dapat terbukti; suatu keberadaan yang bergerak,
berpengaruh dan mengubah lingkungan sekitarnya dan menembus pikiran orang-orang
lain.
Karena pikiran-pikiran setiap orang dari kita mempengaruhi orang-orang lain,
maka janganlah seorangun menganggap dirinya kecil dan tak penting. Setiap orang
memikul tanggung jawab untuk tetap menjaga pikiran-pikirannya. Hasil dari pemikiran-pemikiran
dan amal perbuatan seseorang tidak seterbatas dan sesempit yang dibayangkan
pada umumnya, bahkan ia berlanjut jauh dan luas serta menyebabkan pengaruh yang
membangun maupun yang merusak kearah mana ia bergerak. Dalam beberapa perkara
ini boleh jadi kuat dan dalam perkara lain sangat lemah.
Dalam Kitab Suci Al-Qur'an kita mendapatkan bukti dari fenomena ini dalam Surah
An-Nas. Ayat-ayat ini memberi tahu kita mengenai energi negatif yang berasal
dari orang-orang yang tetap tersembunyi tapi mempengaruhi yang lain melalui
bisikan-bisikan dari pikiran-pikiran mereka yang jahat.
Dengan cara yang sama, telah dijumpai bahwa ketika gagasan-gagasan baru timbul
[dalam otak], orang-orang lain yang tak berhubungan mulai mendakwakannya,
seolah-olah, secara bersamaan. Dikatakan bahwa teori Darwin mengenai evolusi
dikemukakan oleh tiga pribadi: satu orang Inggris, lainnya orang Prancis dan
ketiga adalah orang Jerman. Mereka hidup sezaman dengan lainnya dan dengan
demikian mempengaruhi pemikiran satu sama lain.
Untuk alasan inilah sehingga persahabatan dengan orang-orang saleh telah sangat
ditekankan, dari pada [hanya] membaca ajaran-ajaran mereka atau mempelajarinya
dari orang lain. Mengapa demikian ditekankan pada persahabatan (kedekatan)
lahiriah? Ada penekanan yang demikian luar biasa pada persahabatan dengan
Rasulullah(S.A.W.) dan persahabatan dengan Hadhrat Masih Mau'ud(A.S.)
seakan-akan tak ada lagi hal lain yang lebih penting. Ajaran-ajaran beliau
telah terpelihara dengan berbagai cara tapi sebuah sumber pesan secara tak
langsung bahkan jika secara yakin direproduksi dengan perasaan yang berasal
dari hati dan yang hanya dapat diterima secara langsung. Tidak setiap hati
mempunyai kemampuan untuk menerima gema getaran dari jarak jauh, oleh sebab itu
penekanan yang sangat diletakkan pada kedekatan dengan orang saleh dimana
sinyal-sinyal yang lebih kuat menyebabkan hati yang berkemampuan rendah dapat
menerima.
Hadhrat Masih Mau'ud(A.S.) diberi tahukan melalui wahyu bahwa para
sahabat beliau merupakan yang terbaik, generasi berikut tidak akan meraih
derajat yang sama dengan yang terdahulu, dan generasi berikutnya lagi akan
lebih rendah. Rasulullah (S.A.W.) menyabdakan hal yang sama mengenai
para sahabat beliau sendiri. Persoalannya adalah bahwa kalaulah satu-satunya
sumber penyucian ruhani hanya Al-Qur'an dan Hadits, yang secara seimbang dapat
dimanfaatkan semua generasi di masa depan, maka mengapa terjadi kemunduran
dalam mutu keimanan? Sebabnya, tentu saja, adalah bahwa para sahabat menerima
langsung energi penyucian yang dipancarkan oleh hati orang saleh. Energi sinyal
itu, sebagaimana energi jenis lainnya, terpancar dan jadi melemah dengan
berlalunya waktu, meskipun itu tetap abadi, namun dengan berlalunya waktu ia
kurang dapat dicapai dengan mudah. Orang-orang yang mengenalnya, melakukan
dengan begitu rendahnya, dan akibatnya generasi-generasi kemudian mengalami
kemunduran dalam mutu keimanan.
Satu bukti bahwa jarak jauh dan dekat menjadi kekuatan yang berpengaruh
diantara orang-orang lazimnya dijumpai apabila, katakanlah, [misalnya] satu
permintaan yang dibuat ketika hadir (secara langsung) tampak mempunyai peluang
yang lebih banyak untuk diterima daripada yang dibuat melalui orang ketiga (orang
lain) atau surat. Sama halnya, sebuah pidato yang didengar secara langsung
memasuki hati lebih kuat dibanding dengan membaca mengenainya dalam tulisan.
Sebuah tulisan mungkin dapat menyimpan (menjaga) setiap perkataan, tapi di situ
tak ada sarana yang memindahkan energi yang diberikan oleh hati si pembicara
dan yang hanya dapat dirasakan dengan pertemuan langsung. Untuk alasan inilah,
hingga seorang mujaddid (pembaharu) dibangkitkan pada setiap abad.
Perkataan-perkataan dalam Al-Qur'an tidak membawa energi penyegaran yang sama
dengan apabila dibacakan oleh orang yang secara ruhani dibersihkan oleh Allah.
Setiap pemikiran yang memasuki hati dan setiap perasaan yang timbul dalam hati
mulai mengeluarkan pancaran energi. Daya kekuatannya berbeda dari jarak yang
satu dengan yang lain dan juga pengaruh-pengaruh luarnya. Orang-orang yang
tidak menempati kedudukan sebagai pemimpin atau pengambil keputusan, dan dengan
demikian menganggap diri hanya sebagai penonton [maka] mereka melakukan
kesalahan besar dan menyebabkan kehancuran ketika mereka mengutarakan
pernyataan yang kacau dan tak bertanggung jawab itu. Pembicaraan sia-sia
seperti itu mungkin tidak mempunyai pengaruh yang terlihat dengan segera tapi
energi (kekuatan) pernyataan itu bergerak dan merusak orang-orang yang tidak
cukup mempunyai pertahanan terhadapnya.
Seorang beriman hendaknya waspada terhadap setiap perkataan dan perbuatannya.
Seorang yang tak menghargai perintah ini bertanggung jawab atas tersebarnya
racun melalui perbuatan, ucapan dan pikirannya – suatu racun yang dapat secara
potensial menyebabkan kematian ruhani pada sejumlah besar orang yang sepenuhnya
tak mengenal dia. Orang seperti itu merupakan rintangan bagi orang-orang yang
sedang berusaha dengan kemampuan terbaik mereka menyebarkan pesan Islam. Maka
kita hendaknya dengan penuh semangat mengawasi apa yang kita katakan dan
seharusnya menghindari pernyataan-pernyataan yang bahkan menghasilkan
perpecahan dalam segala lapisan kita. Cara terbaik untuk melawan dampak negatif
seperti itu adalah melalui pikiran-pikiran dan perubahan-perubahan yang
positif. Seseorang yang mempunyai pikiran yang terkendali seperti itu akan
membantu penyebaran Islam bahkan walaupun dia mungkin hanya duduk-duduk saja di
rumah.
Hadhrat Umar(R.A.) suatu kali bersabda bahwa niat seorang mukmin itu
lebih baik dari pada amal perbuatannya. Sekilas ini kedengarannya tak mungkin.
Macam mana niat saja dapat melebihi amal perbuatan dalam nilainya? Kenyataannya
adalah bahwa ketika seseorang dengan kuat menetapkan dalam hatinya dengan niat
yang suci, manfaat baiknya mulai menyebar. Pastilah suatu amal baik dijamin
mengalir dari sebuah tekad yang kuat dan suci. Bagaimanapun, amal baik tanpa
disertai dengan niat dapat menjadi contoh yang baik bagi orang-orang yang
menyaksikan amal itu tapi satu hati yang dengan tekad kuat menetapkan niat baik
akan menanamkan pemikiran-pemikiran yang sama dalam lingkup yang lebih luas.
Selayaknya seorang mukmin untuk tetap teguh menyadari pikiran-pikirannya. Dia
hendaknya berusaha untuk mengalirkan pikiran-pikiran positif melalui pikirannya
dan hendaknya selalu aktif membendung yang negatif. Pengendalian seperti itu
sangat sukar untuk dicapai. Sekali seseorang bersandar kepada Tuhan, hatinya
menjadi terkendali dan kemudian hanya pikiran-pikiran yang saleh dan suci mulai
tumbuh di hatinya.
Hal itu merupakan yang paling penting bagi para anggota Jama'at untuk
memperbaiki pikiran-pikiran dan niat-niat mereka. Ada banyak orang di kalangan
kita yang tidak memberikan cukup perhatian pada masalah ini. Orang-orang yang
telah menetapkan kendali atas hatinya telah mencapai tujuan mereka. Rasulullah(S.A.W.)
suatu kali bersabda mengenai Hadhrat Abu Bakar (R.A.) bahwa
kelebihan beliau bukanlah karena salat, puasa, zakat dan haji melainkan karena
keadaan hati beliau. Pada kesempatan lain Rasulullah(S.A.W.)
bersabda bahwa ada seseorang yang melewatkan seluruh kehidupannya dengan
amal-amal yang membawanya ke surga tapi ada sesuatu di dalam hatinya yang
menjadikan dia tergelincir pada akhir hidupnya dan masuk neraka. Kemudian ada
orang lain yang melakukan amal-amal yang mendekatkannya ke neraka, tapi ada
sesuatu di dalam hatinya yang menjadikan Allah menariknya karena dia hampir
jatuh dan memasukkannya ke surga. Ini menunjukkan bahwa amal-amal lahiriah saja
tidak mencukupi untuk meraih keselamatan. Tanpa cahaya iman yang menyinari hati
seseorang bahkan sebuah cobaan kecil sekalipun menyebabkan seseorang jauh dari
rahmat. Amal perbuatan saja adalah rendah dan terbatas, dan hanya diperoleh
secara mendalam melalui kesucian hati. Seseorang mungkin mengikuti
ajaran-ajaran Islam tapi jika dari dalam hatinya keluar energi-energi negatif
yang mengganggu dan menghambat kemajuannya, maka orang semacam itu sebenarnya
merupakan orang yang memusuhi Islam. Nabi Suci (S.A.W.) suatu kali
bersabda bahwa manusia mempunyai satu organ di dalam tubuhnya yang terjaga,
sebab jika organ itu sehat maka sehatlah seluruh tubuh dan jika organ itu rusak
maka rusaklah seluruh tubuh. Organ itu adalah hati. Seseorang dengan hati yang
suci amat membantu dalam penyebaran pesan Islam. Dari rumahnya dia mempengaruhi
orang-orang [di tempat yang] jauh dan luas. Dia bertabligh ke Jepang, dia
bertabligh ke Cina, ke Eropa dan ke Amerika, hakikatnya dia bertabligh dan
menyebarkan ke seluruh dunia.
Hadhrat Masih Mau'ud(A.S.) tidak mengadakan perjalanan ke seluruh
dunia untuk menyebarkan pesan beliau. Tapi kekuatan ruhani yang beliau
keluarkan sedang menyebar ke seluruh dunia dan perkara-perkara keimanan sedang
dikenal di antara setiap orang. Orang-orang ini mungkin tidak menerima beliau
atau pesan beliau pada masa ini, tapi hal mereka adalah seperti orang yang
sedang memperoleh kembali kesadarannya dan hanya layak mencapai satu tujuan
yang sudah dekat. Bangsa-bangsa kini sedang bangkit dari tidur lena mereka yang
panjang, dan dalam keadaan setengah sadar ini mereka hanya dapat menggenggam
sesuatu yang ada dalam jangkauan mereka. Sekali mereka sadar sepenuhnya, mereka
akan mulai memberikan perhatian pada pesan hakiki ini.
Maka gelombang energi yang dihasilkan dalam hati menyebar jauh dan luas.
Gelombang ini adalah lebih dapat dilacak (dirasakan) kalau lebih dekat ke
sumber asalnya. Seorang Nabi Tuhan merupakan sumber dan juga pusat semua energi
(kekuatan) ruhani. Beliau menyebarkan semuanya di sekeliling beliau dari suatu
tempat yang beliau pilih sebagai markas (pusat) beliau. Pada tahun-tahun awal
tugas beliau, Hadhrat Masih Mau'ud (A.S.) mengadakan perjalanan
tabligh dan penyebaran, tapi kemudian beliau menetap di satu tempat. Kita
melihat pola yang sama dalam kehidupan Nabi Suci(S.A.W.). Pada
awalnya beliau mengadakan perjalanan untuk menyebarkan pesan beliau, tapi
kemudian dalam masa hidup beliau itu beliau tidak meninggalkan kampung halaman
kecuali terpaksa. Nabi Isa (A.S.) juga mengadakan perjalanan ke
Kashmir tapi begitu beliau tiba di sana beliau tinggal menetap. Maka kita
melihat sebuah pola, para nabi mengadakan perjalanan pada bagian awal dari
tugas-tugas mereka tapi akhirnya mereka menetapkan markas dan berusaha
menyebarkan pengaruhnya dari sana. Pesan dari Hadhrat Masih Mau'ud(A.S.) adalah
pesan yang sama. Walaupun itu mungkin tidak dihargai pada masa kini, tapi masa
itu tidaklah jauh ketika hal itu akan menjadi jelas bahwa pengaruh beliau telah
mencapai setiap tempat. Maka kebersihan hati seseorang merupakan yang paling
penting. Orang-orang yang mengabaikan penyucian dirinya merupakan musuh-musuh,
dan bukan sahabat-sahabat Islam yang mempengaruhi orang-orang lain dan membuat
mereka menjauh dengan anti pati. Saya oleh sebab itu mendorong kalian semua
untuk menyucikan kalbu-kalbu (hati) kalian sedemikian rupa hingga kalian juga
dapat memainkan peranan yang membangun dalam penyebaran agama. Orang-orang di
kalangan Jama'at kita yang tidak menempuh penyucian dirinya, bukan hanya akan
gagal meraih derajat ruhani yang tinggi melainkan mereka juga terbukti
merupakan hambatan bagi yang lain. Ada banyak orang yang menganggap pengorbanan
harta sebagai puncak keimanan. Mereka membayar sesuai dengan peraturan,
melaksanakan wasiyat, dan mempersembahkan pengorbanan-pengorbanan lainnya, tapi
kita dapati mereka goyah dalam cobaan-cobaan kecil. Itu menunjukkan bahwa
meskipun amal-amal mereka tampaknya baik tapi iman tidak tertanam di hati
mereka dan dengan demikian penyucian diri mereka belum sempurna. Keadaan
kalbu-kalbu (hati) mereka dapat digambarkan seperti sampah yang terbungkus
tipis, yang sobek dengan sentuhan kecil dan bau busuk menyebar ke
sekelilingnya. Kita mengetahui dari beberapa kasus dimana keluhan-keluhan dan
pengaduan kecil menyebabkan orang-orang goyah dan jatuh. Ketika saya mengutus
orang-orang untuk menemuinya, dia mengatakan kepada mereka bahwa dia memerlukan
uang yang ' Mian Sahib' tidak sediakan, tapi orang-orang Lahore
memberikan, maka dia kini berpihak kepada mereka. Jika hal itu diterima bahawa
kita dalam kesalahan [karena] tidak membantunya [hingga dia] keluar, bahkan
kalaupun demikian, bagaimana itu membuktikan bahwa Hadhrat Mirza Sahib (A.S.)
bukan seorang Nabi atau bahwa para pengingkar beliau adalah orang-orang Muslim?
Untuk orang yang melepaskan keimanannya ini karena sesuatu [maka] ini
menunjukkan bahwa ada topeng tipis pada dirinya yang terkoyak ketika menjadi
sasaran tekanan-tekanan kecil dan mengungkapkan kekotoran dalam dirinya. Hal
ini terjadi ketika hati tidak sepenuhnya disucikan. Jika kebenaran Nabi Suci (S.A.W.)
ditanamkan dengan kuat dalam hati seseorang, orang seperti itu tak akan
ragu-ragu meninggalkan kehidupannya tapi tak akan pernah meninggalkan imannya.
Dia tak akan pernah mengingkari kebenaran Rasulullah (S.A.W.) bahkan
jika keluarganya dibantai di hadapan matanya. Sama halnya, orang yang hatinya
menyaksikan kenabian Hadhrat Masih Mau'ud(A.S.) akan menghadapi
setiap cobaan dan kesukaran tapi tidak akan mengingkari kenabian itu.
Betapapun, seseorang yang hanya di bibir saja [imannya] akan mundur kerana
ujian kecil. Maka adalah hal yang mendasar bahwa hati itu dibersihkan dari
segala macam noda, kekotoran dan ketidak sucian. Kalian semua perlu memberikan
perhatian khusus pada masalah ini. Amal perbuatan lahiriah [saja] tidak akan
cukup untuk menyelamatkan kalian. Amal ibadah seperti salat, puasa, haji dan
zakat hanya akan diakui ketika amal-amal ini dilaksanakan oleh seseorang dengan
hati yang suci. Ketika hati dibersihkan, semua amal perbuatan dengan sendirinya
akan baik.
Bagaimana hati dapat disucikan? Itu merupakan satu pembahasan khusus dan
kesehatan saya tidak mengizinkan untuk lama berbicara. Cukup untuk mengatakan
bahwa Hadhrat Masih Mau'ud (A.S.) telah menguraikan masalah ini
dalam tulisan-tulisan beliau. Tujuan saya adalah menyadarkan kalian hakikat
permasalahan yang amat penting ini. Terserah kalian untuk mengambil manfaat
dari uraian-uraian saya.
Sekali Jama'at kita memperoleh kesucian hati, tak ada kesukaran yang akan
menyelewengkannya dari Shirathal Mustaqim (Jalan Yang Lurus). Tak ada kesulitan
atau serangan yang dapat menghancurkan imannya, tak peduli bahaya itu datang
dari dalam atau dari luar. Begitu hal ini diperoleh oleh kita semuanya [maka]
kemajuan kita akan meningkat berlipat ganda. Ia akan melanda laksana air bah di
hadapan bangunan-bangunan kegelapan dan meruntuhkan kejahilan tanpa dapat
ditahan. Pada waktu ini, tatanan yang lama dan sakit sedang hancur dan landasan
baru sedang diletakkan. Itu merupakan waktu yang sukar ketika sebuah rumah yang
rusak sedang runtuh. Paling sedikit [orang] perlu menyediakan sarana
perlindungan, bahkan jika tak mencukupi [sekalipun]. Jika salah satu bagian
atap bocor, perlindungan dapat diperoleh di bawah bagian lain. Pada musim panas
ia melindungi dari terik matahari dan pada musim dingin menjaga dari
kedinginan. Tapi ketika rumah semacam itu runtuh [maka] perlindungannya bahkan
hilang. Tatanan Islam, yang telah dirusak oleh tindakan-tindakan dari para
penjaganya yang tidak berwenang sedang berada dalam proses keruntuhan, dan
sebagai gantinya Tatanan Islam yang baru sedang dibangun. Kita berbahagia bahwa
tatanan yang lama sedang digantikan dengan yang baru, tapi pembangunan yang
baru ini akan memerlukan pemeliharaan, perhatian dan kerja keras yang luar
biasa untuk menyempurnakannya, dan kita hendaknya mempersiapkan diri kita untuk
upaya itu. Pada masa ini (1919 – Red) kita (umat Islam-Red) mempunyai paling
banyak dua atau tiga pemerintahan Muslim di dunia. Pemerintahan-pemerintahan
ini dianggap sebagai perwakilan Islam. Tapi mereka seperti tumpukan reruntuhan,
yang sedang hancur sehingga kaum Muslimin diperingatkan dan agar mereka sadar.
Kini sebuah rumah baru akan dibangun. Ia tidak akan dibangun dengan pedang,
tapi ia akan dibangun melalui sarana-sarana ruhani. Ini merupakan masa yang
rawan dan berbahaya bagi kaum Muslimin, tapi kita harus yakin kepada Tuhan kita
bahwa rumah (tatanan) baru Islam itu memang sedang dibangun. Kita perlu melakukan
kerja dan usaha keras yang diperlukan untuk pembangunannya.
Manusia hari ini sibuk mengejar dunia. Bahkan orang-orang yang menyebut dirinya
agamis, sepenuhnya menumpahkan kepercayaan mereka pada daya upaya mereka
sendiri, namun tak ada agama yang dapat maju kecuali agama yang mengadakan
perdamaian dengan Tuhan dan Tuhan menjadi Penolongnya. Kemajuan kaum Muslimin
adalah berhubungan dengan kemajuan Islam. Kecuali dengan kemajuan Islam, kaum
Muslimin tidak dapat maju, dan tak ada jalan lain untuk keberhasilan bagi
mereka. Kecuali orang-orang Ahmadi, orang-orang lainnya tak menyadari kebenaran
ini. Pada satu sisi puluhan juta pekerja diperlukan untuk membangun kembali
tatanan Islam, tapi pada sisi lain, kita jumpai bahwa semangat kerja telah
hilang. Orang-oraang yang menyebut dirinya Muslim mencari-cari alasan sendiri
untuk pekerjaan ini. Kita hanya mempunyai beberapa ratus ribu pekerja. Jumlah
seperti itu akan tampak sangat sedikit untuk menunaikan bahkan sebagian kecil
dari tugas ini. Dalam keadaan-keadaan ini nyatalah bahwa upaya-upaya gigih dan
kerja keras dibutuhkan.
Ajaib bahwa walaupun demikian terbatasnya para pekerja, bahkan di kalangan yang
sedikit itu ada orang-orang yang bergembira dan menikmati kesenangan sendiri.
Kepada orang-orang yang seperti itu saya katakan bahwa ini bukanlah waktu untuk
bersantai dan menikmati kesenangan. Ini adalah waktu untuk bekerja. Kalian
telah, berkali-kali, membuat komitmen terhadap tugas ini. Saya sedang
mengingatkan kalian mengenai janji dan komitmen kalian dahulu.
Keberhasilan-keberhasilan mengetuk langkah-langkah kalian – jenis keberhasilan
yang sama sedang menanti kalian sebagaimana terlihat di masa Rasulullah (S.A.W.).
Beliau suatu kali ditanya mengenai siapa yang lebih baik, para sahabat beliau
atau para sahabat Al-Masih. Beliau menjawab bahwa beliau tidak tahu. Kita semua
menyadari bagaimana para sahabat Nabi Suci (S.A.W.) diberi ganjaran.
Kalian akan menjadi penerima ganjaran yang sama. Pada satu sisi rahmat dan
berkat Tuhan tercurah dari langit tapi untuk yang lain, hukuman api juga turun.
Terserah kalian untuk menempatkan diri kalian di bawah yang satu atau yang
lain. Dalam [diri] kalian akan terjadi dorongan sedemikian rupa hingga kalian
dapat mempengaruhi kalbu-kalbu (hati) yang lain. Ini merupakan tugas yang
sangat sukar dan tidak dapat diraih kecuali dengan menciptakan satu perubahan
yang mendasar dalam diri seseorang.
Jama'at di Lahore
perlu memberikan perhatian khusus terhadap tanggung jawab ini. Sesudah Qadian, kota ini merupakan pusat
kita yang amat penting. Kota
ini sering dikunjungi orang-orang dan dengan demikian ia mempunyai peran
istimewa dalam penyebaran Islam.Tapi saya melihat [masih] banyak kelemahan
dalam Jama'at ini. Itu bukan merupakan lemahnya kemukhlisan para anggotanya.
Kebanyakan dari kalian adalah anggota yang mukhlis dan setia. Tapi masalahnya
disebabkan oleh kurangnya persatuan dalam upaya-upaya kalian. Dari pada bekerja
secara terpisah-pisah kalian perlu bekerja bersama-sama menuju tujuan yang sama.
Maka saya mendorong kalian untuk menyucikan diri kalian dan kemudian sepenuhnya
memahami tanggung jawab kalian. Begitu kalian mengerti tanggung jawab kalian
dan kemudian menganggapnya sebagai satu anugrah maka pintu-pintu ganjaran
samawi terbuka bagi kalian. Semoga Allah memberi kemampuan kepada kalian untuk
lebih banyak mengkhidmati Islam dan Ahmadiyah. Amin.
Sumber:
Ahmadiyya Gazette USA, February 2007, hal. 15-22. Terjemah Bahasa Inggris: Asif
Omer, North Jersey . Terjemah Bahasa Indonesia : Muharim
Awaludin, Kemang-Bogor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar