Selasa, 31 Juli 2012

SATU WASIYAT PENTING SEKALI DARI NABI MUHAMMAD MUSTHAFA (SAW)



Saya ingin mengemukakan satu wasiyat penting yang disampaikan oleh Nabi Muhammad (S.A.W.) kepada sahabat beliau yang bernama Hadhrat Mu'adz(R.A.). Harap saudara-saudara merenungkannya dengan baik dan sungguh-sungguh.
            
Saya kira seseorang, siapapun juga, bila telah mendengarkan wasiyat ini sampai akhir hayatnya tidaklah akan merasakan ketenangan jiwa dalam keadaan bagaimanapun dan dengan amalan bagaimanapun juga. Wasiat ini sangat panjang. Oleh karena itu saya tidak akan membacakan kata-katanya (dalam Bahasa Arab), tetapi akan saya bacakan terjemahannya saja sebagai berikut:
           
 Nabi Muhammad(S.A.W.) pada suatu hari mewasiyatkan
suatu wasiyat (pesan) kepada Hadhrat Mu'adz (R.A.) sebagai berikut:
Artinya: Wahai Mu'adz, ingin sekali kusampaikan kepadamu satu perkara yang sangat penting yang apabila engkau selalu ingat akan hal ini, maka engkau akan memperoleh satu faedah yang besar, tetapi bila engkau melupakannya maka: Engkau tidak akan memperoleh karunia dan fadhal Tuhan dan engkau tidak akan memperoleh ketenangan sedikitpun untuk menyelamatkan dirimu.Wahai Mu'adz! Sesungguhnya Allah S.W.T. telah menciptakan tujuh malaikat penjaga sebelum Dia itu menciptakan langit dan bumi – seperti halnya dalam hadits ini jelas akan maksud dan maknanya bahwa di sini yang dimaksud dengan langit ialah langit ruhani. Dan setiap malaikat dari yang tujuh itu, akan berada di setiap langit, sebagai penjaga pintu gerbangnya. Dan tugasnya ialah: Kalian harus berdiri di tempat kalian masing-masing dan hanya amal manusia saja yang boleh berlalu dari sini, yang Kami izinkan untuk memasukinya.
           
 Nabi Muhammad(S.A.W.) bersabda: "Maka malaikat yang tugasnya menjaga dan mencatat amalan manusia naik ke langit dengan membawa catatan amalan manusia yang telah dicatat yang telah mereka kerjakan, mulai sejak pagi sampai sore hari dan malaikatpun menjaga amalan itu sungguh-sungguh dan menjunjung tinggi amalan itu. Bahkan menganggap itu sebagai sesuatu yang suci. Tetapi tatkala dia sampai pada pintu gerbang langit yang pertama maka malaikat penjaga itu [amalan] berkata, 'kami akan menghadap Tuhan dengan membawa amalan seorang manusia dan amalan ini sangatlah baik dan terhormat.' Maka malaikat [penjaga langit] itu berkata: "Tunggulah sebentar, engkau tidak diizinkan masuk, tetapi segeralah kembali dan pukulkanlah amalan orang itu pada pelakunya. Allah S.W.T. telah memerintahkan kepadaku untuk berdiri di sini dengan pesan agar aku tidak membiarkan amalan seseorang manusia yang suka berghibat untuk berlalu dari sini. Adapun orang yang amalannya sedang engkau bawa untuk dihadapkan kepada Allah S.W.T. itu, dia selalu berbuat ghibat (membicarakan keburukan orang lain).
            
Rasulullah(S.A.W.) bersabda: "Seorang malaikat lain naik ke langit dengan membawa amalan seorang manusia, mereka mulai berbicara satu dengan yang lainnya di antara malaikat-malaikat itu, memuliakan amalan itu, dan hamba Tuhan itu banyak beramal soleh. Karena di dalam amalannya itu tidak terdapat amalan berghibat, maka malaikat pertama mengizinkan malaikat pembawa amalan itu berlalu. Tetapi tatkala dia sampai di langit yang kedua, maka malaikat penjaga pintu gerbang langit yang kedua itupun berseru kepadanya: 'Tunggulah dulu, kembalilah kamu dan amalan yang sedang kau bawa itu, pukulkanlah kepada pelakunya. Aku adalah malaikat penjaga amalan berisi kebanggaan dan Allah S.W.T. sengaja menetapkan aku berdiri di sini dengan maksud tiada lain, ialah supaya aku tidak membiarkan amalan hamba-hamba Tuhan yang selalu duduk dalam majlis (pertemuan), kemudian selalu mengemukakan kebanggaan-kebanggaannya dengan amalan-amalan baiknya. Adapun orang yang amalannya itu sedang kau bawa, dia selalu duduk dalam majlis dan dia selalu membanggakan amalan-amalan baiknya.'."
            
Rasulullah(S.A.W.) bersabda bahwa sekelompok malaikat yang lain membawa amalan hamba Tuhan dan merekapun berangkat menuju langit. Dan menurut mereka itu amalan yang mereka bawa itu merupakan suatu kumpulan amal yang baik dan Nur Kamil (Nur yang sempurna), yang di dalamnya juga banyak terdapat sedekah dan khairat, begitupun puasa dan sembahyang (shalat). Bahkan malaikatpun merasa heran bagaimana hamba Allah ini begitu tekunnya mengumpulkan amal salehnya itu. Karena di dalam amalan itu tidak terdapat ghibat dan juga membangga-banggakan diri, maka amalannya itu dapat melalui pintu gerbang langit pertama dan kedua dan malaikat-malaikat penjaga itupun mengizinkan mereka berlalu. Tetapi tatkala mereka itu berlalu di pintu gerbang langit yang ketiga, maka malaikat di sanapun berseru: "Tunggu dulu," katanya, " Amalan yang tengah kau bawa menghadap Tuhan itu, bawalah kembali dan pukulkanlah itu pada si pelakunya. Aku adalah pemeriksa amalan takabbur. Dan Tuhan telah menetapkan aku di sini, supaya aku tidak mengizinkan masuk amalan-amalan yang bercampur dengan kesombongan dan takabbur. Adapun amalan yang tengah kau bawa itu, pelakunya sangatlah sombong dan sangat congkak sekali. Dia menganggap dirinya itu sangat luar biasa dan sering menganggap remeh pada orang lain dan dia selalu duduk dalam majlis dan pertemuan dan mengangkat leher tinggi-tinggi. Amalan yang tengah kalian bawa itu menurut kalian sangatlah baik. Tapi sesungguhnya di sisi Tuhan, Dia tidak mengabulkannya."
            
Rasulullah(S.A.W.) selanjutnya menerangkan: "Ada serombongan malaikat yang keempat, mereka membawa amalan hamba Tuhan ke langit:
Artinya bahwa malaikat itu menganggap amalan yang tengah mereka bawa itu begitu indah dan gemerlapan, bagaikan bintang kejora yang berkelap-kelip dan permata yang sangat indah di dalamnya tergabung sembahyang tasbih, dan amalan ibadah haji dan umroh. Begitulah malaikat-malaikat itu setelah melewati pintu demi pintu dan langit demi langit, maka sampailah mereka itu pada pintu gerbang langit yang keempat. Maka malaikat di sanapun menahannya, seraya berkata: "Tunggu dulu dan bawalah kembali amalan-amalan itu dan pukulkanlah semua amalan itu pada pelakunya. Aku adalah malaikat pemeriksa rasa egois dan yang mementingkan diri sendiri saja. Tuhan memerintahkan padaku untuk berdiri di tempat ini untuk menahan segala amalan yang di dalamnya terdapat rasa egois dan mementingkan diri sendiri saja dan menganggap dirinya dan jiwanya itu sebagai syirik (sekutu) terhadap Tuhan, sedangkan di dalam dirinya itu penuh diliputi dengan sifat egois dan mementingkan diri sendiri saja, sedangkan pada dirinya tidak ada kesadaran sedikitpun sebagai hamba Tuhan yang sejati. Maka tidaklah diizinkan bagi amalannya itu untuk dapat melewati pintu gerbang langit yang keempat. Tuhanku berfirman kepadaku: Orang ini apabila mengerjakan suatu pekerjaan, maka dia mencampurkan amalan-amalannya itu dengan sifat keakuannya dan hal itu di sisi Allah, bukanlah pekerjaan yang dapat diterima Tuhan."
            
Rasulullah(S.A.W.) selanjutnya menerangkan bahwa serombongan malaikat kelima mereka naik ke langit dengan membawa amalan hamba Tuhan, yang mana malaikat itu menilai amalan itu bagaikan: Seorang pengantin remaja yang dirinya dihias begitu cantik, yang pada malam pengantinnya itu duduk di hadapan pengantin laki-lakinya. Tetapi tatkala amalan itu berhasil melampaui keempat pintu gerbang langit itu, dan akan memasuki pintu gerbang langit kelima, maka malaikat penjaga berseru: "Tunggu dulu, kembalilah serta:Pukulkanlah amalan itu pada pelakunya. Tuhan tidak bersedia menerima amalan itu.Kami adalah malaikat hasad (malaikat kebencian). Tuhan telah menetapkan aku, bahwa orang yang dalam amalannya itu suka bersifat dendam dan benci terhadap orang lain, maka amalannya itu tidak diterima / tidak diizinkan memasuki pintu gerbang yang kelima. Orang ini menaruh benci dan dendam terhadap orang-orang yang menuntut ilmu dan kepada orang yang beramal saleh dan berlaku baik."
           
 Rasulullah(S.A.W.) selanjutnya menerangkan, bahwa serombongan malaikat yang keenam naik ke langit dengan membawa amalan seorang hamba Tuhan lainnya. Dia sudah melalui pintu-pintu gerbang langit dan sampai di pintu gerbang yang keenam. Di dalam amalan itu terkandung amalan puasa, zakat, haji dan umroh. Malaikat-malaikat itu mengira bahwa amalan itu pastilah diterima oleh Allah S.W.T. Tatkala malaikat itu sampai pada pintu gerbang langit yang keenam, maka malaikat di sanapun berseru: "Tunggu dulu, orang ini sebagai hamba Tuhan, tetapi dia tidak pernah berlaku kasih sayang terhadap hamba Tuhan lainnya sama sekali. Dan Allah S.W.T. menetapkan aku di sini supaya setiap amalan yang ada rasa kasih sayang terhadap makhluk Tuhan lainnya, diizinkan masuk dari sini. Maka kembalilah sekarang juga dan pukulkanlah amalan itu pada pelakunya sambil katakan kepadanya: 'Kamu dalam hidupmu ini bukan berlaku kasih sayang terhadap hamba-hamba Tuhan melainkan selalu berlaku keji dan kejam terhadap mereka. Allah S.W.T. selalu berlaku kasih sayang padamu. Maka bagaimana mungkin Dia akan mengabulkan amalanmu itu?'."
            
Selanjutnya Nabi Muhammad(S.A.W.) menerangkan bahwa ada serombongan malaikat lain yang membawa amalan hamba Tuhan. Dari pintu ke pintu, dari langit ke langit dilaluinya dengan mudah, sampai pada akhirnya sampailah mereka itu pada pintu gerbang langit yang ketujuh. Macam-macam ibadah kepada Allah terkandung di dalamnya, seperti sembahyang, puasa, fiqih, ijtihad dan sebagainya. Dalam amalan-amalan itu terdengar dengungan sayap lebah madu yang berdengung dengan merdunya, yang ternyata itu adalah dengangan sayap malaikat yang tengah bergembira dengan membawa amalan-amalan baik itu, untuk dipersembahkan kepada Tuhan. Dari pintu ke pintu, dari langit ke langit dilaluinya dengan mudah, hingga pada akhirnya sampailah mereka itu pada pintu gerbang langit yang ketujuh. Macam-macam ibadah kepada Allah terkandung di dalamnya, seperti: shalat, puasa, fiqih, ijtihad dan sebagainya. Dalam amalan-amalan itu terdengar dengungan sayap lebah madu yang berdengung dengan merdunya, yang ternyata itu adalah dengungan sayap malaikat yang tengah bergembira dengan membawa amalan-amalan baik itu, untuk dipersembahkan kepada Tuhan. Dan amalan tersebut begitu bersinar terang, bagaikan matahari yang terang benderang. Begitu pula amalan tersebut begitu besar dan beratnya, sampai-sampai malaikat yang mengangkatnya pun berjumlah 3.000 (tiga ribu) banyaknya. Ketika malaikat itu sampai ke pintu langit itu, maka malaikat penjaga di sana berseru: "Tunggu dulu. Kalian tidak dibenarkan berlalu. Kembalilah dan pukulkanlah amalan yang kalian bawa itu ke wajah si pelakunya dan kuncilah hatinya itu. Sesungguhnya Tuhan telah menetapkan padaku untuk tidak membawa dan mempersembahkan amalan-amalan hamba Tuhan yang sepenuhnya tidak didasarkan untuk semata-mata mencari keridhoan Tuhan melainkan untuk yang lain, selain dari Allah. Orang ini sering duduk di majelis ulama dan fuqaha serta mengemukakan masalah-masalah agama dan fiqih, serta ijtihad dengan penuh kebanggaan, agar ia mendapat kehormatan dan pandangan baik di sisi manusia. Hal itu dilakukannya bukan untuk mencari ridho Tuhan semata-mata. Melainkan agar dia terkenal di kalangan ulama dan fuqaha, sebagai seorang suci dan berilmu tinggi. Dan orang-orang sering menyebut-nyebut namanya dalam Majelis Ulama.Amalannya itu di dalamnya terdapat sifat riya (pamer), yang mana hal itu sangat tidak disukai Tuhan dan Tuhan tidak mengabulkannya. Maka aku diperintahkan oleh Allah untuk tidak mengizinkan amalan itu berlalu, bahkan supaya mengembalikan amalan itu kepada si pelakunya.
            
Nabi Muhammad(S.A.W.) selanjutnya menerangkan kembali tentang hamba Tuhan lainnya, yang [amalannya] dibawa oleh serombongan malaikat yang naik ke langit, melewati pintu gerbang yang ketujuh. Dan malaikat di sana tidak keberatan atasnya. Di dalam amalan itu terdapat amalan baik seperti: shalat, haji, umroh, akhlak yang baik, dzikir Ilahi dan sebagainya.
            
Tatkala malaikat itu berdiri di hadapan Allah S.W.T. untuk mempersembahkan amalan-amalan itu, yang dilakukan secara murni untuk keridhoan Allah semata-mata, sambil katanya: "Ya Tuhan kami, hamba Engkau ini setiap waktu selalu sibuk beribadah kepada-Mu dan banyak amal-amal soleh yang dilakukannya dan waktunya yang berharga itu, diisinya untuk selalu taat kepada Engkau. Dia sangatlah mukhlis, dan dalam amalannya itu tidak ada keaiban (cacat). Pokoknya malaikat itu sangat memuji amalan itu. Maka Allah S.W.T. berfirman:"Aku menetapkanmu hanya sebagai pencatat dan menjaga amalan yang sudah dikerjakan saja. Engkau hanya melihat amalan hamba-Ku itu hanya secara lahirnya saja dan kau tuliskan semua itu menurut perintah-Ku. Sedangkan Aku meneliti keadaan hatinya itu.Hamba-Ku ini beramal saleh bukan untuk mencari ridho-Ku, melainkan niat dan tujuannya itu kemana-mana selain dari pada-Ku. Maka laknatlah yang turun atasnya." Maka malaikat-malaikat pun berserulah dengan serempak –  Laknat-Mu menimpa atasnya, maka laknat kami pun menimpa atasnya. Maka ketujuh langit dan segala makhluk yang ada di dalamnya melaknat orang itu.
           
 Ketika Hadhrat Mu'adz(r.a.) mendengar uraian hadits Rasulullah (S.A.W.) itu, maka hatinya bergetar dan berdebar-debar seraya berkata: "Ya Rasulullah, kalau demikian keadaan amalan-amalan kami, bagaimana mungkin bagi kami untuk selamat dan bagaimana mungkin dapat kami selamatkan diri kami dari kemurkaan Tuhan?"
            
Sabda Rasulullah(S.A.W.): "Iqtadi biy" ( Beramallah atas sunah-sunahku!) Yakinkanlah olehmu bahwa hamba Tuhan walau bagaimanapun bagus amalnya dan akhlaknya itu, pastilah akan terdapat kekurangan dan kelemahan di dalamnya. Oleh karena itu janganlah engkau merasa bangga atas amalanmu yang bagaimanapun juga. Tetapi sebaliknya percayalah bahwa Tuhan kita walau bagaimanapun kelemahan dan kekurangan terdapat pada amalan hamba-Nya itu, Dia pasti akan mengampuninya.
 Jagalah juga lidahmu baik-baik dan janganlah engkau menyakiti hati siapapun juga dengannya. Janganlah mengeluarkan sesuatu perkataan yang buruk dari padanya.
 Dan janganlah pula menganggap dirimu itu lebih baik dari yang lain, dan janganlah pula sekali-kali mengumumkan ketakwaanmu pada orang-orang lain.
 Apapun amalan yang kau lakukan demi untuk mencari ridho Tuhan untuk kebahagiaan akhirat nanti, jangan engkau campuri sedikit pun dengan persoalan dunia.
 Janganlah engkau sekali-kali membuat fitnah dalam masyarakat, atau ingin memecah belah mereka. Apabila engkau berbuat demikian, maka di akhirat nanti anjing-anjing neraka akan menyobek-nyobekmu dan akan mengoyak-ngoyak tubuhmu.
 Janganlah beramal apa pun untuk ber-riya(pamer) di hadapan orang lain. (Ruhul Bayan, Jilid I, hal. 76-77). Semua ini adalah tafsir (penjelasan) dari kata: Iqtadi biy ( Ikutilah sunah-sunahku!)

KESIMPULAN:
           
Sebagaimana Rasulullah(S.A.W.) seluruh hidup beliau itu semurni-murninya dan seluruhnya semata-mata untuk Tuhannya, beliau praktekkan sepanjang hidupnya. Apabila Nabi Muhammad (S.A.W.) mengamalkan amalan, maka itu adalah sebagai rahmat dan kasih sayang terhadap seluruh umat manusia, maka jika kita semua berusaha sedapat mungkin untuk menerapkannya dalam langkah-langkah hidup kita ini dan kita senantiasa berusaha untuk memperhatikan dan menjalankan "huququl 'ibaad" (hak-hak para hamba Tuhan dan manusia) dan bersifat kasih sayang terhadap mereka dan berkhidmat dengan ikhlas pada mereka dan menjauhkan segala kesusahan, kesulitan dan beban-beban mereka dengan bantuan do'a dan usaha-usaha kita dan kita merasa lebih cinta kepada mereka, lebih dari pada kita mencintai saudara-saudara kita sendiri, dan lebih bersifat kasih sayang terhadap mereka. Maka Allah S.W.T. dengan karunia-Nya semata-mata, dengan karunia-Nya semata-mata, dengan karunia-Nya semata-mata, barulah Dia akan mengangkat dan meletakkan kita di Haribaan-Nya dan di Pangkuan-Nya. Berhubung tanpa Karunia-Nya tidaklah mungkin bagi kita untuk menyelamatkan diri kita.
            
Siapakah orang yang lebih dicintai Allah melebihi dari pada Nabi Muhammad (S.A.W.)?
            
Hadhrat Abu Hurairah(R.A.) meriwayatkan, bahwa sahabat-sahabat bertanya: "Apakah keselamatan diri Tuan, bukan karena amalan Tuan? Akan tetapi semata-mata Taufiq dan Karunia Tuhan?"
            
Rasulullah(S.A.W.) menjawab: "Benar. Keselamatanku pun semata-mata karena fadhal dan karunia Tuhan dan bukan hanya karena amalanku." (Bukhari Kitabul Mardha).

KESIMPULAN:
            
Selama amalan kita itu tidak dilakukan atas pedoman Sunnah Rasulullah (S.A.W.), maka selama itu pula, kita tidak akan menerima ketenangan dan ini hanya Tuhan saja yang Maha Mengetahui apakah kita menjalankan cara hidup kita ini sesuai dengan Sunnah Rasulullah (S.A.W.) atau tidak. Oleh karena itu sampai napas kita yang terakhir dan sampai akhir hayat kita, kita harus senantiasa berdo'a bahwa, "Ya Allah, kami sesungguhnya mengerjakan amalan-amalan atau meninggalkan perintah-perintah dan kewajiban-kewajiban. Seandainya kami melakukan semua kewajiban kami, kalau toh masih terdapat kelemahan-kelemahan di dalamnya, yang bila itu ada, mungkin bagi Engkau untuk mengabulkannya."
            
Kami tidak mengatakan: "Ya, Allah kabulkanlah amalan kami." Tetapi terimalah kami dengan Karunia dan Fadhal-Mu. Bukakanlah pintu keridhoan-Mu serta kedekatan kepada-Mu (Qurub-Mu), agar supaya kami menjadi ahli waris surga-Mu di dunia ini dan juga di akhirat nanti. Allahumma Amin.


Tidak ada komentar: