Saya ingin mengemukakan satu wasiyat penting yang disampaikan oleh Nabi
Muhammad (S.A.W.) kepada sahabat beliau yang bernama Hadhrat Mu'adz(R.A.).
Harap saudara-saudara merenungkannya dengan baik dan sungguh-sungguh.
Saya kira seseorang, siapapun juga, bila telah mendengarkan wasiyat ini sampai
akhir hayatnya tidaklah akan merasakan ketenangan jiwa dalam keadaan bagaimanapun
dan dengan amalan bagaimanapun juga. Wasiat ini sangat panjang. Oleh karena itu
saya tidak akan membacakan kata-katanya (dalam Bahasa Arab), tetapi akan saya
bacakan terjemahannya saja sebagai berikut:
Nabi Muhammad(S.A.W.) pada suatu hari mewasiyatkan
suatu wasiyat (pesan) kepada Hadhrat Mu'adz (R.A.) sebagai berikut:
suatu wasiyat (pesan) kepada Hadhrat Mu'adz (R.A.) sebagai berikut:
Artinya:
Wahai Mu'adz, ingin sekali kusampaikan kepadamu satu perkara yang sangat
penting yang apabila engkau selalu ingat akan hal ini, maka engkau akan
memperoleh satu faedah yang besar, tetapi bila engkau melupakannya maka: Engkau
tidak akan memperoleh karunia dan fadhal Tuhan dan engkau tidak akan memperoleh
ketenangan sedikitpun untuk menyelamatkan dirimu.Wahai Mu'adz! Sesungguhnya
Allah S.W.T. telah menciptakan tujuh malaikat penjaga sebelum Dia itu
menciptakan langit dan bumi – seperti halnya dalam hadits ini jelas akan maksud
dan maknanya bahwa di sini yang dimaksud dengan langit ialah langit ruhani. Dan
setiap malaikat dari yang tujuh itu, akan berada di setiap langit, sebagai
penjaga pintu gerbangnya. Dan tugasnya ialah: Kalian harus berdiri di tempat
kalian masing-masing dan hanya amal manusia saja yang boleh berlalu dari sini,
yang Kami izinkan untuk memasukinya.
Nabi Muhammad(S.A.W.) bersabda: "Maka malaikat yang tugasnya
menjaga dan mencatat amalan manusia naik ke langit dengan membawa catatan
amalan manusia yang telah dicatat yang telah mereka kerjakan, mulai sejak pagi
sampai sore hari dan malaikatpun menjaga amalan itu sungguh-sungguh dan menjunjung
tinggi amalan itu. Bahkan menganggap itu sebagai sesuatu yang suci. Tetapi
tatkala dia sampai pada pintu gerbang langit yang pertama maka malaikat penjaga
itu [amalan] berkata, 'kami akan menghadap Tuhan dengan membawa amalan seorang
manusia dan amalan ini sangatlah baik dan terhormat.' Maka malaikat [penjaga
langit] itu berkata: "Tunggulah sebentar, engkau tidak diizinkan masuk,
tetapi segeralah kembali dan pukulkanlah amalan orang itu pada pelakunya. Allah
S.W.T. telah memerintahkan kepadaku untuk berdiri di sini dengan pesan agar aku
tidak membiarkan amalan seseorang manusia yang suka berghibat untuk
berlalu dari sini. Adapun orang yang amalannya sedang engkau bawa untuk
dihadapkan kepada Allah S.W.T. itu, dia selalu berbuat ghibat (membicarakan
keburukan orang lain).
Rasulullah(S.A.W.) bersabda: "Seorang malaikat lain naik ke
langit dengan membawa amalan seorang manusia, mereka mulai berbicara satu
dengan yang lainnya di antara malaikat-malaikat itu, memuliakan amalan itu, dan
hamba Tuhan itu banyak beramal soleh. Karena di dalam amalannya itu tidak
terdapat amalan berghibat, maka malaikat pertama mengizinkan malaikat pembawa
amalan itu berlalu. Tetapi tatkala dia sampai di langit yang kedua, maka
malaikat penjaga pintu gerbang langit yang kedua itupun berseru kepadanya:
'Tunggulah dulu, kembalilah kamu dan amalan yang sedang kau bawa itu,
pukulkanlah kepada pelakunya. Aku adalah malaikat penjaga amalan berisi
kebanggaan dan Allah S.W.T. sengaja menetapkan aku berdiri di sini dengan
maksud tiada lain, ialah supaya aku tidak membiarkan amalan hamba-hamba Tuhan
yang selalu duduk dalam majlis (pertemuan), kemudian selalu mengemukakan
kebanggaan-kebanggaannya dengan amalan-amalan baiknya. Adapun orang yang
amalannya itu sedang kau bawa, dia selalu duduk dalam majlis dan dia selalu
membanggakan amalan-amalan baiknya.'."
Rasulullah(S.A.W.) bersabda bahwa sekelompok malaikat yang lain
membawa amalan hamba Tuhan dan merekapun berangkat menuju langit. Dan menurut
mereka itu amalan yang mereka bawa itu merupakan suatu kumpulan amal yang baik
dan Nur Kamil (Nur yang sempurna), yang di dalamnya juga banyak terdapat
sedekah dan khairat, begitupun puasa dan sembahyang (shalat). Bahkan
malaikatpun merasa heran bagaimana hamba Allah ini begitu tekunnya mengumpulkan
amal salehnya itu. Karena di dalam amalan itu tidak terdapat ghibat dan juga
membangga-banggakan diri, maka amalannya itu dapat melalui pintu gerbang langit
pertama dan kedua dan malaikat-malaikat penjaga itupun mengizinkan mereka berlalu.
Tetapi tatkala mereka itu berlalu di pintu gerbang langit yang ketiga, maka
malaikat di sanapun berseru: "Tunggu dulu," katanya, " Amalan
yang tengah kau bawa menghadap Tuhan itu, bawalah kembali dan pukulkanlah itu
pada si pelakunya. Aku adalah pemeriksa amalan takabbur. Dan Tuhan telah
menetapkan aku di sini, supaya aku tidak mengizinkan masuk amalan-amalan yang
bercampur dengan kesombongan dan takabbur. Adapun amalan yang tengah kau bawa
itu, pelakunya sangatlah sombong dan sangat congkak sekali. Dia menganggap
dirinya itu sangat luar biasa dan sering menganggap remeh pada orang lain dan
dia selalu duduk dalam majlis dan pertemuan dan mengangkat leher tinggi-tinggi.
Amalan yang tengah kalian bawa itu menurut kalian sangatlah baik. Tapi
sesungguhnya di sisi Tuhan, Dia tidak mengabulkannya."
Rasulullah(S.A.W.) selanjutnya menerangkan: "Ada serombongan malaikat yang keempat, mereka
membawa amalan hamba Tuhan ke langit:
Artinya
bahwa malaikat itu menganggap amalan yang tengah mereka bawa itu begitu indah
dan gemerlapan, bagaikan bintang kejora yang berkelap-kelip dan permata yang
sangat indah di dalamnya tergabung sembahyang tasbih, dan amalan ibadah
haji dan umroh. Begitulah malaikat-malaikat itu setelah melewati pintu demi
pintu dan langit demi langit, maka sampailah mereka itu pada pintu gerbang
langit yang keempat. Maka malaikat di sanapun menahannya, seraya berkata:
"Tunggu dulu dan bawalah kembali amalan-amalan itu dan pukulkanlah semua
amalan itu pada pelakunya. Aku adalah malaikat pemeriksa rasa egois dan
yang mementingkan diri sendiri saja. Tuhan memerintahkan padaku untuk berdiri
di tempat ini untuk menahan segala amalan yang di dalamnya terdapat rasa egois
dan mementingkan diri sendiri saja dan menganggap dirinya dan jiwanya itu
sebagai syirik (sekutu) terhadap Tuhan, sedangkan di dalam dirinya itu penuh
diliputi dengan sifat egois dan mementingkan diri sendiri saja, sedangkan pada
dirinya tidak ada kesadaran sedikitpun sebagai hamba Tuhan yang sejati. Maka
tidaklah diizinkan bagi amalannya itu untuk dapat melewati pintu gerbang langit
yang keempat. Tuhanku berfirman kepadaku: Orang ini apabila mengerjakan suatu
pekerjaan, maka dia mencampurkan amalan-amalannya itu dengan sifat keakuannya
dan hal itu di sisi Allah, bukanlah pekerjaan yang dapat diterima Tuhan."
Rasulullah(S.A.W.) selanjutnya menerangkan bahwa serombongan
malaikat kelima mereka naik ke langit dengan membawa amalan hamba Tuhan, yang
mana malaikat itu menilai amalan itu bagaikan: Seorang pengantin remaja yang
dirinya dihias begitu cantik, yang pada malam pengantinnya itu duduk di hadapan
pengantin laki-lakinya. Tetapi tatkala amalan itu berhasil melampaui keempat
pintu gerbang langit itu, dan akan memasuki pintu gerbang langit kelima, maka
malaikat penjaga berseru: "Tunggu dulu, kembalilah serta:Pukulkanlah
amalan itu pada pelakunya. Tuhan tidak bersedia menerima amalan itu.Kami adalah
malaikat hasad (malaikat kebencian). Tuhan telah menetapkan aku, bahwa orang
yang dalam amalannya itu suka bersifat dendam dan benci terhadap orang lain,
maka amalannya itu tidak diterima / tidak diizinkan memasuki pintu gerbang yang
kelima. Orang ini menaruh benci dan dendam terhadap orang-orang yang menuntut
ilmu dan kepada orang yang beramal saleh dan berlaku baik."
Rasulullah(S.A.W.) selanjutnya menerangkan, bahwa serombongan
malaikat yang keenam naik ke langit dengan membawa amalan seorang hamba Tuhan
lainnya. Dia sudah melalui pintu-pintu gerbang langit dan sampai di pintu
gerbang yang keenam. Di dalam amalan itu terkandung amalan puasa, zakat, haji
dan umroh. Malaikat-malaikat itu mengira bahwa amalan itu pastilah diterima
oleh Allah S.W.T. Tatkala malaikat itu sampai pada pintu gerbang langit yang
keenam, maka malaikat di sanapun berseru: "Tunggu dulu, orang ini sebagai
hamba Tuhan, tetapi dia tidak pernah berlaku kasih sayang terhadap hamba Tuhan
lainnya sama sekali. Dan Allah S.W.T. menetapkan aku di sini supaya setiap
amalan yang ada rasa kasih sayang terhadap makhluk Tuhan lainnya, diizinkan
masuk dari sini. Maka kembalilah sekarang juga dan pukulkanlah amalan itu pada
pelakunya sambil katakan kepadanya: 'Kamu dalam hidupmu ini bukan berlaku kasih
sayang terhadap hamba-hamba Tuhan melainkan selalu berlaku keji dan kejam
terhadap mereka. Allah S.W.T. selalu berlaku kasih sayang padamu. Maka
bagaimana mungkin Dia akan mengabulkan amalanmu itu?'."
Selanjutnya Nabi Muhammad(S.A.W.) menerangkan bahwa ada serombongan
malaikat lain yang membawa amalan hamba Tuhan. Dari pintu ke pintu, dari langit
ke langit dilaluinya dengan mudah, sampai pada akhirnya sampailah mereka itu
pada pintu gerbang langit yang ketujuh. Macam-macam ibadah kepada Allah
terkandung di dalamnya, seperti sembahyang, puasa, fiqih, ijtihad dan
sebagainya. Dalam amalan-amalan itu terdengar dengungan sayap lebah madu yang
berdengung dengan merdunya, yang ternyata itu adalah dengangan sayap malaikat
yang tengah bergembira dengan membawa amalan-amalan baik itu, untuk
dipersembahkan kepada Tuhan. Dari pintu ke pintu, dari langit ke langit dilaluinya
dengan mudah, hingga pada akhirnya sampailah mereka itu pada pintu gerbang
langit yang ketujuh. Macam-macam ibadah kepada Allah terkandung di dalamnya,
seperti: shalat, puasa, fiqih, ijtihad dan sebagainya. Dalam amalan-amalan itu
terdengar dengungan sayap lebah madu yang berdengung dengan merdunya, yang
ternyata itu adalah dengungan sayap malaikat yang tengah bergembira dengan
membawa amalan-amalan baik itu, untuk dipersembahkan kepada Tuhan. Dan amalan
tersebut begitu bersinar terang, bagaikan matahari yang terang benderang.
Begitu pula amalan tersebut begitu besar dan beratnya, sampai-sampai malaikat
yang mengangkatnya pun berjumlah 3.000 (tiga ribu) banyaknya. Ketika malaikat
itu sampai ke pintu langit itu, maka malaikat penjaga di sana berseru: "Tunggu dulu. Kalian tidak
dibenarkan berlalu. Kembalilah dan pukulkanlah amalan yang kalian bawa itu ke
wajah si pelakunya dan kuncilah hatinya itu. Sesungguhnya Tuhan telah
menetapkan padaku untuk tidak membawa dan mempersembahkan amalan-amalan hamba
Tuhan yang sepenuhnya tidak didasarkan untuk semata-mata mencari keridhoan
Tuhan melainkan untuk yang lain, selain dari Allah. Orang ini sering duduk di
majelis ulama dan fuqaha serta mengemukakan masalah-masalah agama dan fiqih,
serta ijtihad dengan penuh kebanggaan, agar ia mendapat kehormatan dan
pandangan baik di sisi manusia. Hal itu dilakukannya bukan untuk mencari ridho
Tuhan semata-mata. Melainkan agar dia terkenal di kalangan ulama dan fuqaha,
sebagai seorang suci dan berilmu tinggi. Dan orang-orang sering menyebut-nyebut
namanya dalam Majelis Ulama.Amalannya itu di dalamnya terdapat sifat riya
(pamer), yang mana hal itu sangat tidak disukai Tuhan dan Tuhan tidak
mengabulkannya. Maka aku diperintahkan oleh Allah untuk tidak mengizinkan
amalan itu berlalu, bahkan supaya mengembalikan amalan itu kepada si pelakunya.
Nabi Muhammad(S.A.W.) selanjutnya menerangkan kembali tentang hamba
Tuhan lainnya, yang [amalannya] dibawa oleh serombongan malaikat yang naik ke
langit, melewati pintu gerbang yang ketujuh. Dan malaikat di sana tidak keberatan atasnya. Di dalam amalan
itu terdapat amalan baik seperti: shalat, haji, umroh, akhlak yang baik, dzikir
Ilahi dan sebagainya.
Tatkala malaikat itu berdiri di hadapan Allah S.W.T. untuk mempersembahkan
amalan-amalan itu, yang dilakukan secara murni untuk keridhoan Allah
semata-mata, sambil katanya: "Ya Tuhan kami, hamba Engkau ini setiap waktu
selalu sibuk beribadah kepada-Mu dan banyak amal-amal soleh yang dilakukannya
dan waktunya yang berharga itu, diisinya untuk selalu taat kepada Engkau. Dia
sangatlah mukhlis, dan dalam amalannya itu tidak ada keaiban (cacat). Pokoknya
malaikat itu sangat memuji amalan itu. Maka Allah S.W.T. berfirman:"Aku
menetapkanmu hanya sebagai pencatat dan menjaga amalan yang sudah dikerjakan
saja. Engkau hanya melihat amalan hamba-Ku itu hanya secara lahirnya saja dan
kau tuliskan semua itu menurut perintah-Ku. Sedangkan Aku meneliti keadaan
hatinya itu.Hamba-Ku ini beramal saleh bukan untuk mencari ridho-Ku, melainkan
niat dan tujuannya itu kemana-mana selain dari pada-Ku. Maka laknatlah yang
turun atasnya." Maka malaikat-malaikat pun berserulah dengan serempak –
Laknat-Mu menimpa atasnya, maka laknat kami pun menimpa atasnya. Maka
ketujuh langit dan segala makhluk yang ada di dalamnya melaknat orang itu.
Ketika Hadhrat Mu'adz(r.a.) mendengar uraian hadits Rasulullah (S.A.W.)
itu, maka hatinya bergetar dan berdebar-debar seraya berkata: "Ya
Rasulullah, kalau demikian keadaan amalan-amalan kami, bagaimana mungkin bagi
kami untuk selamat dan bagaimana mungkin dapat kami selamatkan diri kami dari
kemurkaan Tuhan?"
Sabda Rasulullah(S.A.W.): "Iqtadi biy" ( Beramallah atas
sunah-sunahku!) Yakinkanlah olehmu bahwa hamba Tuhan walau bagaimanapun bagus
amalnya dan akhlaknya itu, pastilah akan terdapat kekurangan dan kelemahan di
dalamnya. Oleh karena itu janganlah engkau merasa bangga atas amalanmu yang
bagaimanapun juga. Tetapi sebaliknya percayalah bahwa Tuhan kita walau
bagaimanapun kelemahan dan kekurangan terdapat pada amalan hamba-Nya itu, Dia
pasti akan mengampuninya.
Jagalah
juga lidahmu baik-baik dan janganlah engkau menyakiti hati siapapun juga
dengannya. Janganlah mengeluarkan sesuatu perkataan yang buruk dari padanya.
Dan
janganlah pula menganggap dirimu itu lebih baik dari yang lain, dan janganlah
pula sekali-kali mengumumkan ketakwaanmu pada orang-orang lain.
Apapun
amalan yang kau lakukan demi untuk mencari ridho Tuhan untuk kebahagiaan
akhirat nanti, jangan engkau campuri sedikit pun dengan persoalan dunia.
Janganlah
engkau sekali-kali membuat fitnah dalam masyarakat, atau ingin memecah belah
mereka. Apabila engkau berbuat demikian, maka di akhirat nanti anjing-anjing
neraka akan menyobek-nyobekmu dan akan mengoyak-ngoyak tubuhmu.
Janganlah
beramal apa pun untuk ber-riya(pamer) di hadapan orang lain. (Ruhul Bayan,
Jilid I, hal. 76-77). Semua ini adalah tafsir (penjelasan) dari kata: Iqtadi
biy ( Ikutilah sunah-sunahku!)
KESIMPULAN:
Sebagaimana Rasulullah(S.A.W.) seluruh hidup beliau itu
semurni-murninya dan seluruhnya semata-mata untuk Tuhannya, beliau praktekkan
sepanjang hidupnya. Apabila Nabi Muhammad (S.A.W.) mengamalkan
amalan, maka itu adalah sebagai rahmat dan kasih sayang terhadap seluruh umat
manusia, maka jika kita semua berusaha sedapat mungkin untuk menerapkannya
dalam langkah-langkah hidup kita ini dan kita senantiasa berusaha untuk
memperhatikan dan menjalankan "huququl 'ibaad" (hak-hak para hamba
Tuhan dan manusia) dan bersifat kasih sayang terhadap mereka dan berkhidmat
dengan ikhlas pada mereka dan menjauhkan segala kesusahan, kesulitan dan
beban-beban mereka dengan bantuan do'a dan usaha-usaha kita dan kita merasa
lebih cinta kepada mereka, lebih dari pada kita mencintai saudara-saudara kita
sendiri, dan lebih bersifat kasih sayang terhadap mereka. Maka Allah S.W.T.
dengan karunia-Nya semata-mata, dengan karunia-Nya semata-mata, dengan
karunia-Nya semata-mata, barulah Dia akan mengangkat dan meletakkan kita di
Haribaan-Nya dan di Pangkuan-Nya. Berhubung tanpa Karunia-Nya tidaklah mungkin
bagi kita untuk menyelamatkan diri kita.
Siapakah orang yang lebih dicintai Allah melebihi dari pada Nabi Muhammad (S.A.W.)?
Hadhrat Abu Hurairah(R.A.) meriwayatkan, bahwa sahabat-sahabat
bertanya: "Apakah keselamatan diri Tuan, bukan karena amalan Tuan? Akan
tetapi semata-mata Taufiq dan Karunia Tuhan?"
Rasulullah(S.A.W.) menjawab: "Benar. Keselamatanku pun
semata-mata karena fadhal dan karunia Tuhan dan bukan hanya karena
amalanku." (Bukhari Kitabul Mardha).
KESIMPULAN:
Selama amalan kita itu tidak dilakukan atas pedoman Sunnah Rasulullah
(S.A.W.), maka selama itu pula, kita tidak akan menerima ketenangan dan
ini hanya Tuhan saja yang Maha Mengetahui apakah kita menjalankan cara hidup
kita ini sesuai dengan Sunnah Rasulullah (S.A.W.) atau tidak. Oleh
karena itu sampai napas kita yang terakhir dan sampai akhir hayat kita, kita
harus senantiasa berdo'a bahwa, "Ya Allah, kami sesungguhnya mengerjakan
amalan-amalan atau meninggalkan perintah-perintah dan kewajiban-kewajiban.
Seandainya kami melakukan semua kewajiban kami, kalau toh masih terdapat
kelemahan-kelemahan di dalamnya, yang bila itu ada, mungkin bagi Engkau untuk
mengabulkannya."
Kami tidak mengatakan: "Ya, Allah kabulkanlah amalan kami." Tetapi
terimalah kami dengan Karunia dan Fadhal-Mu. Bukakanlah pintu keridhoan-Mu
serta kedekatan kepada-Mu (Qurub-Mu), agar supaya kami menjadi ahli waris
surga-Mu di dunia ini dan juga di akhirat nanti. Allahumma Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar