Jumat, 27 Juli 2012

Segala Puji Yang Haqiqi Hanya Bagi Allah

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُوَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ فَأَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (١) اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ (٢) الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (٣) مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ (٤) إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ (٥) اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ (٦) صِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّيْنَ (٧)
’Pada umumnya, bila kita melihat atau menyatakan suatu karunia dan rahmat Allah Swt, sebagian besar dari kita akan mengucapkan: ‘Alhamdulillah اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ baik memahami hikmahnya dengan mendalam maupun tidak. Bahkan meskipun hanya formalitas, perkataan itu diucapkan karena lingkungan [kaum Muslimin]-nya telah membangun kesadaran tersebut.
Mereka yang ilmu agamanya sedikit pun sadar bahwa perkataan [‘Alhamdulillah اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ ] ini perlu diucapkan manakala ingin mengungkapkan pujian kepada Allah Swt.
Kaum Ahmadi senantiasa mengucapkan اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ Alhamdulillah pada setiap kesempatan suca-cita dan karunia Allah Taala, baik kesuka-citaan pribadi maupun Jamaati. Namun, perkataan ini semakin berberkat lagi apabila pengucapannya disertai dengan pemahaman hikmah rohaniah [yang dikandungnya]. Kaum Ahmadi adalah mereka yang sangat beruntung karena telah berhasil mengenali dan menerima [kebenaran] Imam Zaman, Al Masih, dan Al Mahdi. Berkat keimanan ini, jika mereka mau memusatkan perhatian, maka mereka pun tak akan menemui kesulitan untuk memahami hikmah rohaniah dari perkataan اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ Alhamdulillah, maupun istilah Qurani lainnya. Ini karena setelah menerima berbagai ilmu dari Allah Taala, kemudian Hadhrat Imam Mahdi a.s. pun mencerahi diri kita. Yakni, beliau a.s. telah menjelaskan berbagai hikmah pengertian perkataan اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ Alhamdulillah, yang di dalam suatu penjelasan singkat, beliau menulis: ‘Kata ‘Hamd’ حَمْدُ adalah pujian yang disampaikan atas dasar penghargaan atas karya yang sangat baik dari suatu wujud yang patut dipuji. Juga berarti memuji suatu wujud yang telah berhasil mengejakan suatu kebaikan atas dasar kehendak dan pilihannya sendiri.
Namun, realitas haqiqi dari kata ‘hamd’ حَمْدُ ini, hanya patut bagi Dia yang menjadi sumber segala karunia dan nur yang sangat berfaedah, tidak bersifat naïf maupun dibawah paksaan; yang kesemuanya itu hanya dapay ditemukan pada wujud Allah Taala, Yang Maha Mengetahui dan Maha Melihat. Itulah Dia Yang Maha true Benefactor, yang daripada-Nya memancar segala faedah dari sejak awal hingga akhir. Hanya bagi Dia segala puji, baik di dunia ini maupun akhirat. Sedangkan berbagai macam puji kepada makhluk lain, disebabkan merujuk kepada-Nya.’ [Commentary on The Holy Quran, Vol. I, pp. 71 – 72 ]
Inilah definisi kata ‘Hamd حَمْدُ yang jika perkataan Alhamdulillah اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ diucapkan, hanya ruh pengertian ini sajalah yang benar.. Maka saya pun akan membahas hal ini dengan merujuk kepada ikhtisar [tulisan Hadhrat Masih Mau’ud a.s.] sebagaimana yang telah disampaikan tadi, terkait dengan beberapa perkara yang menarik perhatian saya. Yakni, ‘Hamd’ حَمْدُ adalah Pujian yang hanya patut bagi suatu Wujud. Dan siapa lagi selain dari Allah yang patut dipuji secara haqiqi tersebut ? Segala puji hanya bagi Allah Swt karena memang hanya Dia=lah yang patut untuk itu. Sebab, berbagai karunia Allah timbul atas Kehendak-Nya, tidak semata-mata amal perbuatan seorang manusia. Yakni, Dia mengaruniakannya berkat sifat Rahmaniyyat-Nya dan dengan cara yang gemilang memberi taufiq berkat sifat Rahimiyyat-Nya kepada seseorang untuk dapat beramal shalih dengan hasil yang sangat baik. ‘Hamd’ adalah [pujian] disebabkan Wujud yang berkenan memberi karunia atas dasar Kehendak-Nya sendiri. Dan siapa lagi selain daripada Allah Swt yang sanggup memberi karunia seperti itu ? Sedemikian besarnya karunia Allah tersebut, yakni, ketika janji-Nya digabungkan dengan pilihan kehendak-Nya, maka hasilnya pun sungguh di luar prakiraan manusia.
Di zaman sekarang ini, berbagai karunia khas-Nya tersebut adalah yang terkait dengan Jamaat Hadhrat Masih Mau’ud a.s. ini. Kemuliaan ‘Hamd’-Nya tersebut adalah milik satu Wujud yang daripadanya segala karunia berasal. Itulah Dzat Allah Taala yang adalah Nur cahaya , yang oleh karenanya hendaknya manusia hanya kembali kepada-Nya saja. Sesungguhnya seorang insan yang senantiasa memuji Allah dengan haqiqi, maka ia pun keluar dari kegelapan lalu memasuki nur cahaya , dan babak baru berbagai karunia dan rahmat Allah Taala pun mulai.
Al Quran Karim menyatakan: yang artinya, ‘Allah itu Sahabat orang-orang beriman; Dan mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya…’ (Q.S. 2 / Al Baqarah : 258). Yakni, barangsiapa yang telah dijadikan sahabat oleh Allah Swt, maka ia pun memperoleh pemahaman baru dan pendalaman hikmah ‘Alhamdulillah’.
Menerangkan mengenai hikmah ‘Hamd’, Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda: ‘Adalah sangat penting untuk diingat, bahwa karunia Allah Taala itu tidak muncul begitu saja, atau karena suatu paksaan. Melainkan, Dia itu Maha Mengetahui, bahwa Dia memberi berbagai karunia, dan telah menyatakan: ‘‘…..la’in syakartum, la-adzii dannakum….’, yakni, yakni, ‘……Jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambahkan lebih banyak kepadamu……’ted that if man is grateful, nemun, berbagai keberkatan tersebut bukan saja di dunia ini, melainkan juga di Akhirat.
Hadhrat Masih Mau’ud a.s. pun menjelaskan: ‘Pujian apapun yang ditujukan kepada wujud lainnya, mengarahkannya kepada Allah Swt juga. Begitulah memang seharusnya membawa kita kepada Allah Taala. Mukmin haqiqi hendaknya memiliki pemahaman ini. Allah Swt is the Master of all power, Dia itu Pencipta segala sesuatu, dan memberikan sifat-sifat yang khas kepadanya. Taka da seorang pun dan tak satu pun yang memiliki ciri khas pribadi kecuali Allah yang mengaruniakannya, dan berfaedah bagi orang lain. Tak terhingga banyaknya sesuatu di dunia ini yang diberikan sifat khas oleh Allah Swt agar mendatangkan faedah. Tiap-tiap sifat tersebut diberikan atas kehendak iradah Allah Taala melalui hukum alam. Oleh karena itulah manakala ada sesuatu atau seseorang selain dari Allah Swt yang memberi faedah kepada kita, pujian dan rasa syukurnya pun adalah hanya bagi Allah.
Inilah mengapa sebabnya kita diperintahkan untuk bersyukur kepada manusia. Yakni, kita harus bersyukur kepada manusia dengan pemahaman, bahwa Allah Swt telah menjadikan mereka berfaedah bagi kita. Sehingga pada hakekatnya merupakan bersyukur kepada Allah, Tuhan semesta alam. Dengan kesadaran ini, tak aka nada seorang pun yang menganggap seseorang atau sesuatu lebih daripada Allah Taala. Atau menganggapnya sebagai Tuhan. Atau menganggap seseorang berhasil mencapai sesuatu semata-mata berkat orang atau sesuatu yang lain selain daripada Allah Swt. Inilah seorang mukmin haqiqi, yakni, manakala ia bersyukur kepada kebaikan manusia, ia pun menganggap Allah Swt sebagai pembawa berkat atas segala sesuatu. Manakala ia menerima suatu perlakuan baik dari seseorang, maka ia pun menganggap Allah Swt sajalah sebagai penyebabnya. Yakni, Allah yang menimbulkan pikiran untuk berbuat baik tersebut di dalam qalbu orang itu. Inilah hakekat ‘Hamd’ yang Hadhrat Masih Mau’ud a.s. telah menarik perhatian kita untuk itu, yang dengan karunia Allah Taala, mayoritas anggota Jama’at terikat dengan pemikiran ‘Hamd’ sebagaimana yang seharusnya difahami.
Keimanan akan menguat berkat pemahaman ‘Hamd’ yang haqiqi. Sebagai satu Jamaah, kita hendaknya tertarik kepada sikap ‘Hamd’ ini pada setiap memperoleh kemajuan. Sehingga akan menambah lagi berbagai keberkatannya. ‘Hamd’ حَمْدُ yang haqiqi membawa inqillab yang haqiqi pula; dan menyelamatkan kita dari syirik kahfi. Menjadikan manusia sebagai alhi ibadah mukhlisin yang sejati, serta memuliakan nilai-nilai kemanusiaan.
Tujuan kita adalah untuk menyelamatkan dunia dari kekacauan dan kehancuran. Jalan yang dunia kini sedang jalani jelas mengarah kepada kerusakan. Jika ada yang berpikir bahwa keberhasilan hubungan networking kharijiah mereka berkat kepiawaian mereka. Atau, kemajuan Jamaat ini mengandalkan hal tersebut, mereka itu keliru. Adalah semata pilihan Allah Swt sehingga Dia pun memberikan keberhasilan kepada kita padahal karya dan usaha kita itu tak seberapa, namun hasilnya yang gemilang adalah semata berkat rahmat dan karunia-Nya. Sesungguhnya, hal ini dapat terjadi berkat karunia Allah semata. Kita tak akan memperoleh apa-apa dari orang-orang duniawi.










Tidak ada komentar: