Senin, 25 Agustus 2008

>Manfaat dari Ahmadiyah

Percaya atau tidak, tetapi inilah kenyataannya bahwa keberadaan Jama’at Ahmadiyah itu benar-benar telah memberikan berkat dan rahmat dari Tuhan kepada orang-orang yang telah ikut di dalam Jama’at-Nya ini dan juga dapat memberikan manfaat kepada orang yang memusuhi Jama’at juga.

Contoh pertama adalah Ahmad Hariadi yang lahir di Pare, kediri tahun 1952.
Sejak pemuda, setelahnya ia memasuki berbagai ponpes dan mengikuti bermacam aliran keagamaan, akhirnya pada tahun 1973 sampai di Ahmadiyah, bai’at masuk ke dalam Jama’at Ahmadiyah, yang dengan mendapatkan pendidikan muallim A Hariadi diangkat menjadi muballigh Ahmadiyah pada tahun 1975. Dengan demikian, sampai akhirnya dipecat dari kedudukan muballigh-nya karena in-disipliner (melakukan penipuan) pada bulan Agustus tahun 1985, maka sejak pemudanya itu, untuk selama belasan tahun A. Hariadi telah mendapatkan kedudukan jabatan yang terhormat di dalam masyarakat dan mendapatkan income kehidupan yang memadai. Itulah manfaat yang diperolehnya, selama A Hariadi berada di Ahmadiyah selama belasan tahun itu.

Masih sebagai anggota Jama’at Ahmadiyah, jadi sebenarnya tidak ada masalah di dalam hal keimanannya itu, kemudian untuk mencari kehidupannya A Hariadi berdagang jaket kulit dari Garut ke Brunei dan Malaysia. Nah barulah 8 bulan kemudian, yaitu setelah tertarik dengan keduniaan aliran Darul Arqam di Malaysia, dengan penghasilan materil dan jubahnya yang keren, maka pada tanggal 11 April 1986 A Hariadi mengumumkan dalam Surat Kabar bahwa ia keluar dari Jama’at Ahmadiyah. Di Darul Arqam pun nampaknya ia tidak bertahan lama, karena kemudian A Hariadi menceriterakan, dalam satu wawancara dengan crew MTA di Garut, bahwa ia digaji oleh Rabithah Alam Islamy di Jakarta, dan di beri biaya untuk mencetak buku-buku yang memusuhi Ahmadiyah, seperti yang kita sudah sama-sama ketahui.

Contoh yang kedua adalah Amin Djamaluddin, lahir di Desa Waworada, Langgadu, Bima tahun 1949.
Setelah belajar di Tsanawiyah Karumbu dan lulus dari PGA Bima pada tahun 1969 ia berusaha mengadakan revolusi keagamaan di desanya. Hanya karena mentog, maka pada tahun 1971 Amin Dj. merantau ke Jakarta, dan pernah tinggal bersama M. Natsir mantan Ketua Dewan Dakwah Islamijah dan mantan Ketua Umum Partai Masyumi yang sudah dibubarkan. Sebelum M. Natsir meninggal dunia, kepada Amin Djalamuddin diserahi Kantor Yayasan Dewan Dakwah Islamiah. Walaupun Amin Djamaluddin tidak pernah memiliki pekerjaan yang formal, namun di kampungnya ia dianggap sebagai seorang yang sukses di rantau dan menjadi kebanggaan Waworada.

Berkenaan dengan permusuhannya terhadap Ahmadiyah ia melakukan banyak kekeliruan atau boleh dikatakan pendustaan, karena walaupun sudah diberikan berbagai penjelasan, Amin Djamaluddin tidak pernah mau mendengarkannya, atau karena sudah mengecap keuntungan materil duniawi dengan perlawananannya terhadap Ahmadiyah itu. Contohnya saja Amin Djamaluddin dapat membangun sebuah mesjid yang besar dan tiga bangunan local sekolah sebagai langkah pendirian pesantren di atas tanah miliknya. Dana untuk pembangunan itu keseluruhannya diterima sebagai bantuan dari orang Arab Saudi sehingga Mesjidnya pun dinamakan Mesjid Umar Bama’sum sesuai nama dari sponsornya. Amin pun sudah dua kali naik haji dengan biaya dari sponsornya, anak perempuannya yang kuliah di Yordania seluruh biayanyanya disponsori orang Arab, termasuk biaya mengambil S-2 selama 2 tahun di Malaysia.

Jika dikaitkan dengan kegiatannya yang menonjol, sebagai salah seorang pentolan LPPI, ia amat bersemangat menelaah buku Tadzkirah yang diterbitkan oleh Pengurus Jama’at Ahmadiyah pada tahun 1935, yaitu 27 tahun setelah wafatnya Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad pada tahun 1908. Dengan amat ngototnya Amin Djamaluddin menggembar-gemborkan bahwa Tadzkirah adalah Kitab Suci-nya orang-orang Ahmadiyah, seperti umat Muslimin memiliki Alqur-aan sebagai Kitab Suci orang Islam, padahal sudah berpuluh-puluh kali diterangkan bahwa orang-orang Ahmadiyah tetap mengikuti, beriman dan memegang teguh Kitab Suci Alqur-aan sebagai Kitab Sucinya, sebagai ajaran dan pegangan Ahmadiyah. Jadi tidaklah jauh menyimpang jika dikaitkan dengan adanya dana-dana dan sponsorship di atas.
Kekeliruan atau dusta dengan sengaja dari Amin Djamaluddin.

Selain dari Buku Tadzkirah yang tidak pernah dinyatakan oleh pihak Ahmadiyah sebagai Kitab Suci tetapi hanyalah kumpulan wahyu-wahyu suci yang diterima oleh Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad, kemudian dalam Bukunya Amin “Ahmadiyah dan Pembajakan Al-Qur’an” (April 2003) halaman V ditulis: Karena Musailamah mengaku dirinya sebagai Nabi, maka dia dijuluki dengan Musailamah Al-Kazzab (Musailamah si Pendusta). Dan Musailamah tersebut langsung diperangi oleh Khalifah Abu Bakar, sehingga si pendusta tersebut mati terbunuh”. Ini tidak sesuai dengan kenyataan sejarahnya, seperti yang ditulis oleh Haekal.

Banyak orang-orang yang karena hasutan ulama / mullah yang tidak mengerti, melakukan kekerasan terhadap Nabi dan para pengikut Nabi yang disangkanya Nabi palsu atau dusta. Mereka itu termasuk TPM-nya melakukan kekeliruan dengan melegitimasi perbuatan kekerasan tersebut karena membaca dalam sejarah bahwa Hadhrat Abu Bakar Siddiq r.a. yang sebagai Khalifah telah melakukan gerakan militernya menghadapi perbuatan makarnya Musailamah dan para pengikutnya di Yamama. Padahal tindakan Hadhrat Abu Bakar dan Jama’at Islam ini bukanlah karena pendakwaan kenabiannya Musailamah, tetapi karena Musailamah dan para pengikutnya bersekutu dengan Banu Hanifah yang bertujuan makar untuk menghancurkan sendi-sendi kehidupan dan persatuan Jama’at Muslim. (Bacalah buku: Sejarah Hidup Muhammad, oleh Muhammad Husain Haekal).

Ketika Yang Mulia Nabi Muhammad saw. masih hidup, Musailamah pada masa yang sama juga mendakwakan diri sebagai Nabi di Nejd, Jazirah Arabia. Atas pendakwaan Musailamah itu, dan juga terhadap dua orang lainnya yang mendakwakan diri sebagi Nabi, Tulaiha dan Aswad Al-Ansi, Nabi Muhammad saw. itu tidak menghiraukannya.

Ketika Musailamah mengirimkan dua orang utusannya dengan membawa surat kepada Nabi Muhammad saw. dengan mengatakan bahwa dia, Musailamah Nabi, dan “Separuh bumi ini buat kami dan yang separuh lagi buat Quraisy; tetapi Quraisy adalah golongan yang tidak suka berbuat adil.” Maka Nabi Muhammad saw. membalas dengan surat yang isinya mengatakan bahwa: … “beliau saw. sudah membaca isi suratnya dengan segala kebohongannya itu, dan bahwa bumi ini kepunyaan Allah yang akan diwarisi oleh hamba-hamba yang berbuat kebaikan. Dan selamat dan sejahtera bagi orang yang mengikuti bimbingan yang benar.” (Baca: Haekal).

Sampai wafatnya Nabi Muhammad saw., Musailamah masih tetap hidup dan masih mengaku sebagai Nabi. Jadi tidak ada contoh sunnah dari Nabi Muhammad saw. untuk mengambil tindakan dan kekerasan fisik terhadap seorang pendakwa kenabian dan para pengikutnya, walau pun beliau saw. mengetahui bahwa Musailamah itu adalah seorang pendusta belaka.

Tentang kedatangannya lagi setelah Nabi Muhammad saw. itu ada beberapa rujukan dari Alqur-aan, bahwa RASUL / NABI ALLAH MASIH TERUS BISA DATANG

Mengenai kedatangan Isa Ibnu Maryam di akhir zaman yaitu tentang kedatangan Nabi setelah wafatnya Nabi Muhammad saw., ini didukung oleh banyak firman Allah SWT. di dalam Al Qur-aan seperti di dalam Surah An-Nisaa ayat 69 itu, di mana Allah Taala berfirman:



Wa may yuthi’illaaha war rasula fa ulaa-ika ma’al ladziina an’amallaahu ‘alaihim minan nabiyyiina wash shiddiiqiina wasy syuhadaa-I wash shaalihiina wa hasuna ulaa-ika rafiiqaa.

Dan, barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul ini maka mereka akan termasuk di antara orang-orang yang kepada mereka Allah memberikan nikmat, yakni: Nabi-nabi, Shiddiq-shiddiq, Syahid-syahid, dan orang-orang shaleh. Dan mereka itulah sahabat yang istimewa, yang sejati.

Ayat ini sangatlah penting karena ayat ini menerangkan semua jalur kemajuan rohani yang terbuka bagi kaum Muslimin. Keempat martabat kerohanian itu, para nabi, para shiddiq, para syuhada dan para shalihin, ini semuanya hanya dapat dicapai dengan mengikuti Nabi Muhammad, Rasulullah saw.

Jadi, persyaratan untuk memperoleh di antara ke-empat nikmat Allah ini, derajat ini, ialah bahwa orang itu harus taat kepada Allah dan Rasul ini, Nabi Muhammad saw. Derajat nikmat tertinggi yang diberikan Allah kepada manusia di sini adalah Nabi-nabi; inilah orang yang ditunjuk dan diberi kawenangan untuk mengajarkan Al-Qur’an kepada umat manusia. Jadi, orang-orang yang dapat dijadikan sebagai sahabat yang sejati, sesuai firman Allah Taala di sini yaitu: para Nabi-nabi, para shiddiqin, syuhada-syuhada dan orang-orang shaleh.

Selain dari itu akan terus datangnya Nabi yang Utusan Allah itu, ini di-indikasikan dengan firman-firman Allah dalam Alqur-aan: 3:179, 6:124, 7:35, 10:47, 13:7, 16:36, 23:51, 35:24, 37:72, 44:5, 61:6, 62:2-3 …

• Dan bagi setiap umat ada Rasul ……
Surah Aali ‘Imraan -3- ayat 179:




Maa kaanallaahu li yadzaral mu’miniina ‘alaa maa antum ‘alaihi hattaa yamiizal khabiitsa minath thayyibi wa maa kaanallaahu li yuthli’akum ‘alal ghaibi wallakinnallaaha yajtabii mir rusulihii may yasyaa-u fa aaminuu billaahi wa rusulihii wa in tu’ minuu wa tattaquu fa lakum ajrun ‘azhiim.

Allah tidak mungkin membiarkan orang-orang mukmin (yang sudah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, Muhammad saw.) di dalam keadaan kamu seperti sekarang ini sampai Dia memisahkan yang buruk dari yang baik. Dan Allah tidak akan memberitahukan yang ghaib kepadamu, tetapi Allah akan memilih di antara Rasul-rasul-Nya, siapa yang Dia kehendaki. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya. Dan jika kamu beriman dan bertakwa maka bagimu ada ganjaran yang besar.

Allah sesuai sunnah-Nya tidak akan pernah berubah, yang terus-menerus akan menurunkan atau mengutus Nabi-nabi-Nya di mana Dia-lah yang lebih mengetahui siapa yang layak untuk menjadi Rasul-Nya, menjadi Utusan-Nya, sebagaimana firman-Nya dalam Surah Al-An’aam -6- 124:

……… allaahu a’lamu haitsu yaj’alu risaalatahuu ……..
……… Allah Maha Mengetahui di mana Dia akan menempatkan risalat-Nya, menempatkan Rasul atau Utusan-Nya ……..

Surah Al-Nisaa -4- ayat 136:


Surah Al-Nisaa ayat 137:
Hai orang-orang yang beriman, berimanlah kepada Allah dan Rasul-Nya ……..

Bahwa, hai orang-orang yang beriman, jadi kepada orang-orang yang sebelumnya ini sudah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, tetapi lalu mengapa kepada mereka itu diminta agar beriman lagi kepada Allah dan Rasul-Nya? Karena ada begitu banyak orang-orang yang keimanannya itu hanyalah merupakan pernyataan di mulut belaka. Jadi, oleh karena itu, hai orang-orang yang beriman, agar supaya dapat dinamakan sebagai seorang beriman yang hakiki, kalian itu harus mengisi hatimu dengan keimanan ini. Di zaman ini orang beriman yang hakiki hanyalah ia orang yang sangat mencintai kepada Y.M. Nabi Muhammad saw. dan yang sudah menyempurnakan keimanannya di sana. Jadi, oleh karena itu pernyataan yang bertentangan dengan ini dan tuduhan apa pun serta perbedaan yang disebutkan terhadap Jama’atnya dari Hadhrat Masih Mau’ud a.s. ini, maka bukannya dengan berlaku demikian, tetapi orang-orang Muslim ini seharusnya memikirkan dan merenungkannya atas hal ini, bahwa mereka itu paling tidak sedikit saja untuk berpikir akan hal ini, agar supaya terhadap seorang yang memanggil kepada mereka untuk memperkuat dan menyempurnakan keimanan mereka, kepada orang yang akan memberikan kehidupan spiritual dan keyakinan yang sempurna.

An-Nisaa Surah 4 ayat 164 - 165:
Rasul-rasul dikirimkan sebagai pembawa kabar suka dan pemberi ingat, supaya jangan ada alasan bagi manusia untuk menyalahkan Tuhan:



Wa rusulun qad qashashnaahum ‘alaika min qablu wa rusulal lam naqshush-hum ‘alaika wa kallamallaahu muusaa takliima.

Rusulam mubasysyiriina wa mundziriina li-alla yakuuna lin nasi ‘alallaahi hujja tum ba’dar rusuli wa kaanallaahu ‘aziizan hakiimaa.

Dan ada Rasul-rasul yang telah kami beritahukan kepada engkau sebelum ini, dan ada Rasul-rasul yang tidak Kami beritahukan kepada engkau. Dan Allah telah berfirman kepada Musa dengan firman-Nya.

Rasul-rasul pembawa kabar suka dan pemberi ingat, supaya jangan ada alasan bagi manusia untuk menyalahkan Allah setelah kedatangan Rasul-rasul itu. Dan Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana.


Wahai bani Adam, jika datang kepadamu rasul-rasul dari antara kamu Al A’raaf -7- ayat 35:

Ya banii aadama imam ya’tiyannakum rusum minkum yaqushshuuna ‘alaikum aayaatii fa manit taqaa wa ashlaha fa laa khaufun ‘alaihim wa laa hum yahzaanuun.

Wahai bani Adam, jika datang kepadamu rasul-rasul dari antara kamu yang memperdengarkan Ayat-ayat-Ku kepadamu, maka barang siapa bertakwa dan memperbaiki diri, tidak akan ada ketakutan menimpa mereka dan tidak pula mereka akan bersedih.

Hai anak-cucu Adam ini dialamatkan kepada umat di zaman Nabi Muhammad Rasulullah saw. dan juga kepada generasi-generasi yang akan lahir di masa mendatang. Dalam ayat di atas bentuk perkataan atau kalimat tersebut adalah fi’il mudhari, yang dipakai untuk masa kini dan yang akan datang juga.

Surat At-Taubah -9- ayat 33:
Dia-lah yang mengirimkan Rasul-Nya supaya Dia meng-unggulkannya di atas semua agama:


Huwal ladzii arsala rasuulahuu bil hudaa wa diinil haqqi li yuzh-hirahuu ‘alad diini kullihii wa lau karihal musyrikuun.

Dia-lah yang mengirimkan Rasul-Nya dengan petunjuk dan agama yang hak supaya Dia meng-unggulkannya (menjadikannya agama yang hak ini dominant) di atas semua agama, walaupun orang yang musyrik tidak menyukainya.

Para mufassir (ahli tafsir) Alqur-aan sepakat bahwa, seperti yang dikemukakan dalam sebuah hadits Nabi Muhammad, Rasulullah saw., kemenangan Islam itu pada akhirnya akan terjadi di zaman Isa Almasih yang dijanjikan (riwayat Jarir), manakala semua agama-agama yang beraneka ragam akan bangkit dan akan berusaha dengan sekeras-kerasnya untuk menyiarkan agamanya mereka masing-masing. Cita-cita dan asas-asas Islam yang luhur sudah semakin bertambah diakui, dan hari itu tidaklah akan jauh lagi, ketika Islam akan memperoleh keunggulan (dominant) di atas semua agama-agama lainnya dan para pengikut agama-agama lain itu akan masuk ke dalam haribaan Islam di dalam jumlah yang besar dan berada di bawah bendera dan standard Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah saw., Khataman-Nabiyyin.

Nubuatan tentang janji akan keunggulan Islam yang akan terjadi di zaman akhir ini difirmankan lagi di dalam Surah-surah Al Fath -48- ayat 28 dan Ash Shaff -61- ayat 9.

Untuk setiap umat ada Rasul
Dalam Surah Yunus -10- ayat 47 Allah Taala berfirman:

Wa li kulli ummatir rasuulun fa idzaa jaa-a rasuuluhum qudhiya bainahum bil qisthi wa hum laa yuzhlamuun.
Dan untuk setiap umat ada Rasul. Maka apabila Rasul mereka datang, diputuskan di antara mereka dengan adil, dan mereka tidak akan dianiaya.

Dalam surah Ar Ra’du - 13 – ayat 7:
Dan bagi setiap kaum ada seorang pemberi petunjuk.


Wa yaquulul ladziina kafaruu lau laa unzila ‘alaihi aayatum mir rabbihii innamaa anta mundziruw wa li kulli qaumin haad.

Dan berkatalah orang-orang yang ingkar itu, “Mengapa tidak diturunkan kepada orang suatu Tanda dari tuhan-Nya?” Sesungguhnya engkau adalah seorang pemberi peringatan, dan bagi setiap kaum ada seorang pemberi petunjuk.

Bagi setiap kaum dan umat Tuhan mengirimkan seorang Utusan, seorang pemberi petunjuk. Sedangkan “Tanda” itu jika tidak dikaitkan dengan sesuatu yang lain selalu diartikan dengan “azab” dari Tuhan.

Kami mengutus dalam setiap umat seorang Rasul
Surah An-Nahl (16) ayat 36:



Wa laqad ba’atsnaa fii kulli ummatir rasuulan ani’ budullaaha waj tanibut taaghuutha fa minhum man hadallaahu wa minhum man haqqat ‘alaihidh dhalaalatu fa siiru fil ardhi fan zhuruu kaifa kaana ‘aqibatul mukadzdzibiin.

Dan sesungguhnya Kami mengutus dalam setiap umat seorang rasul, supaya kamu menyembah Allah dan jauhilah orang yang melampaui batas. Maka, sebagian dari mereka ada yang diberi petunjuk oleh Allah dan sebagian dari mereka ada yang telah pasti atas mereka kesesatan. Maka berjalanlah kamu di bumi, lalu lihatlah betapa akibatnya orang-orang yang telah mendustakan (rasul-rasul) itu.

Tiada suatu kaum pun melainkan telah diutus kepada mereka seorang pemberi ingat.
Surah Al-Faatir (35) ayat 24, Allah Taala berfirman:

:
Innaa arsalnaaka bil haqqi basyiiraw wa nadziiraw wa im min ummaatin illaakhalaa fiihaa nadziir.
Sesungguhnya Kami mengutus engkau dengan kebenaran sebagai pembawa khabar suka dan pemberi peringatan. Dan tiada suatu kaum pun melainkan telah diutus kepada mereka seorang pemberi ingat.

Dari berbagai tempat di dalam Kitab Suci Al-Qur’an difirmankan-Nya bahwa tidaklah benar dan tidaklah tepat jika nabi itu hanya akan datang dari satu kaum tertentu, dari agama tertentu saja. Allah tidak pernah mengabaikan seseorang dari suatu Negara, dan Allah telah memperlihatkan di berbagai tempat bahwa Allah itu mengasuh mereka secara pisik pada setiap Negara; dan demikian pula Allah pun memberkati mereka dengan pendidikan spiritual dan pengasuhan daripada-Nya, dengan mengirimkan Rasul.

Kami telah mengutus di antara mereka pemberi ingat.
Ash Shaaffaat -37- ayat 72 dan 73:

Wa laqad arsalnaa fiihim mundziriin
Dan Kami telah mengutus di antara mereka pemberi ingat.

Fanzhur kaifa kaana ‘aaqibatul mundzariin.
Lalu, lihatlah bagaimana akibat (pembangkangannya) orang-orang yang telah diberi peringatan itu.

Memberi kabar suka dengan seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya AHMAD.
Surah Al-Shaff (61) Ayat : 6 dan 7.

Wa idz qaala ‘iisabnu maryama yaa banii israa-iila innii rasuulullaahi ilaikum mushaddiqal lima baina yadayya minat tauraati wa mubasysyiram bi rasuuly ya’tii mim ba’dismuhuu AHMADU falammaa jaa-ahum bil bayyinaati qaaluu haazaa sihrum mubiin.

……. Dan memberi kabar suka tentang seorang Rasul yang akan datang sesudahku namanya AHMAD. Maka tatkala ia datang kepada mereka dengan bukti-bukti yang jelas, mereka berkata: “Ini adalah sihir yang nyata.”


Wa man azhlamu mim manif taraa ‘alal-laahil kadziba wa huwa yud’aa alal islaami.
Wallaahu laa yahdil qaumazh zhaalimiin
Dan Siapakah yang terlebih aniaya daripada orang yang mengada-adakan dusta tehadap Allah, padahal ia diajak kepada Islam? Dan Allah tidak akan memberi petunjuk kepada kaum yang aniaya.

Di dalam Surah Jumu’ah Allah Taala telah berfirman:

Surah Al-Jumu’ah (62) ayat-ayat:
2 Dia-lah yang telah membangkitkan di tengah-tengah bangsa yang buta huruf seorang Rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya, dan mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah, walaupun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata.
3 Dan Dia akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.

Allah membangkitkan di antara orang-orang ummi (buta huruf – dari Bangsa Arab) seorang Rasul (Muhammad), dan juga kepada kaum lain yang belum berhubungan dengan mereka (yaitu yang non-Arab).

Dalam banyak ayat-ayat di atas bentuk perkataan atau kalimat tersebut adalah fi’il mudhari, yang dipakai untuk masa kini dan yang akan datang juga.

Surat Ath Thalaaq -65- ayat 11: Rasul yang membacakan kepadamu Tanda-tanda Allah:


Rasuulay yatluu ‘alaikum aayaatillaahi mubayyinaatil li yukhrizal ladziina aamanuu wa ‘amilush shaalihaati minazh zhulumaati ilan nuuri wa may yu’mim billaahi wa ya’mal shaalihay yudkhilhu jannaatin tajri min tahtihal anhaaru khaalidiina fiihaa abadan qad ahsanallaahu lahu rizqaa.

Seorang Rasul yang membacakan kepadamu Tanda-tanda Allah yang menerangkan supaya ia mengeluarkan orang-orang beriman dan beramal shaleh dari kegelapan kepada cahaya. Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan berbuat amal shaleh, Dia akan memasukkannya ke dalam kebun-kebun yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, untuk tinggal selama-lamanya di sana. Sesungguhnya Allah memberikan rezeki yang baik kepadanya.

Keputus-asa-an orang Muslimin zaman sekarang:

Surah Yuunus -10- ayat 2:


A kaana lin naasi ‘ajaban an auhainaa ilaa rajulim minhum an andzirin naasa wa basysyiril ladziina aamanuu anna lahum qadama shidqin ‘inda rabbihim qaalal kaafiruuna inna haadzaa laa saahirum mubiin.

Apakah hal ini bagi manusia merupakan suatu keajaiban bahwa Kami telah mewahyukan kepada seorang lelaki di antara mereka bahwa, “Peringatkanlah manusia dan sampaikanlah khabar suka kepada orang-orang yang beriman, bahwa sesungguhnya untuk mereka ada martabat yang sempurna di sisi Tuhan mereka?” Berkatalah orang-orang yang ingkar, “Sesungguhnya ini tukang sihir yang nyata.”

Ayat ini yang ditujukan kepada orang-orang yang beriman, membukakan satu kenyataan penting, bahwa orang-orang yang sudah rusak budi pekertinya, mereka itu telah kehilangan segala rasa harga diri, dan kehilangan kepercayaan kepada dirinya sendiri, sebab di sini orang yang ingkar itu atau orang kafir itu dilukiskan telah begitu merosot keadaannya, sehingga mereka itu tidak dapat membayangkan, bahwa seseorang dari antara mereka dapat bangkit untuk menyelamatkan mereka dari lumpur kemuduran, di mana mereka telah terjerumus ke dalamnya, dan bahwa hanya seseorang yang datang dari luar saja yang dapat memperbaiki nasib mereka ini.


وَآخِرُ دَعْوَاهُمْ أَنِ الْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
“Wa aakhiru da’wahum anil hamdu lillaahi rabbil ‘aalamiin”
“Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.” (QS 10:10)



Senin, 25 Agustus 2008

Tidak ada komentar: