Senin, 25 Agustus 2008

>Nabi Ibrahim a.s. dan keturunannya

Nabi Irahim a.s. lahir sesudah tahun 2000 S.M. yang adalah keturunan dari Sam bin Nuh a.s. Ibrahim a.s. dilahirkan di Chaldea, Irak atau Mesopotamia, dari ayah seorang tukang kayu, pembuat patung; yang dijual kepada orang-orang yang menjadikannya patung-patung ini sebagai sesembahan mereka.

Ibrahim a.s. tidak berhasil mengajak masyarakatnya untuk menjadi orang “muslim” yang berserah diri dan menyembah hanya kepada Tuhan Yang Satu, bahkan beliau dicampakkan ke dalam api. Ia lari bersama istrinya Sarah ke Palestina kemudian meneruskan perjalanannya ke Mesir, yang ada dibawah kekuasaan Raja-raja Tyrant Amalekit Hyksos, yang menyukai dan biasa mengambil istri-istri orang dan kalau perlu suami perempuan itu disuruh dibunuhnya. Sarah adalah seorang wanita yang amat cantik, yang diaku oleh Ibrahim sebagai saudari perempuannya. Karena Raja tidak berhasil menaklukkan Sarah, maka Raja menjadi marah dan mengembalikannya kepada Ibrahim, sambil diberi beberapa hadiah di antaranya seorang gadis belian bernama Hajar.

Nabi Ibrahim a.s. yang berimigrasi bersama Sarah masuk di suatu kampung di mana ada seorang raja yang di antara raja-raja tirani raja yang lalim, yang kejam dari Raja Mesir, Amalekit atau Hyskos. Kepada Raja diberitahukan bahwa ada Ibrahim yang masuk di wilayahnya dengan ditemani seorang wanita yang merupakan wanita yang amat cantik. Maka Ibrahim disuruh datang kepada Raja dan ditanya: “Hai Ibrahim, siapakah perempuan yang datang bersamamu itu?” Ibrahim menjawab: “Ia adalah saudari perempuan-ku”, yang maksudnya adalah saudara dalam seagama.

Kemudian Ibrahim kembali kepada Sarah dan mengatakan: “Engkau jangan berkata yang berbeda dengan pernyataanku, karena saya sudah memberitahukan kepadanya bahwa engkau adalah saudara perempuanku. Demi Allah, di atas bumi ini tidak ada orang yang benar beriman kecuali engkau dan aku.” Kemudian Ibrahim mengirimkan istrinya kepada Raja.

Ketika Raja mendekatinya, Sarah bangkit dan mengambil air wudhu, dan mengerjakan shalat, berdoa: “Jika aku telah beriman kepada Engkau dan kepada Utusan Engkau, dan menyelamatkan bagian tubuh terlarangku dari semua orang kecuali suamiku, maka tolonglah agar orang yang kafir ini jangan sampai menundukkanku.” Dengan (doa) itu Raja terjatuh dalam keadaan tidak sadar diri (atau terkena serangan penyakit ayan) dan mulai menggerak-gerakkan kakinya, kekejetan. Melihat keadaan Raja seperti itu, Sarah pun mengatakan (berdoa): “Ya Allah! Jika Raja ini mati maka orang-orang akan mengatakan bahwa aku sudah membunuh Raja ini.”

Raja mendapatkan kekuatan tenaganya kembali dan mulai mulai mendekatinya lagi, tetapi Sarah pun bangkit lagi, mengambil wudhu dan mengerjakan shalat, berdoa: “Jika aku telah beriman kepada Engkau dan kepada Utusan Engkau, dan menyelamatkan bagian tubuh terlarangku dari semua orang kecuali suamiku, maka tolonglah agar orang yang kafir ini jangan sampai menguasaiku.” Raja kembali terjatuh dalam keadaan tidak sadar diri (atau terkena serangan penyakit ayan) dan mulai menggerak-gerakkan kakinya. Melihat keadaan Raja seperti itu, Sarah mengatakan (berdoa): “Ya Allah! Jika Raja ini mati maka orang-orang akan mengatakan bahwa aku telah membunuh Raja ini.”
Demikianlah Raja sudah tiga kali melakukan penyerangan, dan setelah bangun kembali dari serangannya yang terakhir ia mengatakan: “Demi Tuhan! Engkau telah mengirimkan Syaithan kepadaku. Bawalah dia kembali kepada Ibrahim dan berikanlah kepadanya Hajar.”

Maka dia kembali kepada Ibrahim dan mengatakan: “Allah telah menghinakan orang kafir serta memberikan kepada kami seorang budak perempuan untuk pelayan.”

Nabi Ibrahim a.s itu baru disunat pada umur delapan puluh tahun. Dengan demikian Nabi Ibrahim a.s. tidak berdusta kecuali pada tiga kejadian. Dua kali demi untuk Allah Taala ketika ia mengatakan “Saya sedang sakit,” dan ketika ia berkata “Saya tidak melakukannya tetapi patung berhala besar itulah yang telah melakukannya.”

Orang-orang musyrik penyembah berhala mengajak Ibrahim untuk ikut bersama-sama mereka dalam perayaan mereka di luar kota, tetapi Ibrahim menolaknya dengan menyatakan bahwa ia sedang sakit. Ketika ia ditinggal sendirian, ia mendatangi patung-patung berhala mereka dan menghancurkannya sampai berantakan. Ketika orang-orang Musyrik pulang dan menanyakan kepada Ibrahim siapa yang menghancurkan patung-patung itu, ia mengaku bahwa ia itu tidak menghancurkan patung-patung mereka itu tetapi itulah pemimpin berhala yang melakukannya, yang Ibrahim membiarkannya tidak dirusak dan menaruh sebuah kampak di atas pundak patung terbesar untuk melemparkan tuduhannya itu.

Dusta yang ketiganya adalah ketika Ibrahim dan istrinya Sarah sedang dalam perjalanan ke Mesir yang diceriterakan tadi, di mana raja lalim tersebut memanggil Ibrahim dan menanyakan tentang Sarah yang cantik itu, Ibrahim mengatakan: “Ia adalah saudara perempuanku.”

Dari hadits diterangkan bahwa wanita pertama yang menggunakan girdle atau strap adalah Ibundanya Ismail. Ia menggunakan strap ini agar dapat menghapuskan bekas jejak kakinya dari Sarah. Ceriteranya adalah, ketika Ibrahim yang sudah berumur sekitar 84 atau 86 tahun itu mengawini Siti Hajar dan kemudian ia mengandung Ismail, maka Sarah, isteri pertama Ibrahim menjadi cemburu kepadanya dan bersumpah akan mencincang dan memotong tubuh Hajar menjadi tiga. Maka Hajar mengikatkan strap pada pinggangnya dan melarikan diri, dengan menyeret gaunnya di belakangnya untuk menghapus jejak kakinya kalau-kalau Sarah akan mengejar dia. Wallahu alam.

Nabi Ibrahim membawa Siti Hajar dan anaknya Ismail, yang lahir sekitar tahun 1910 SM yang waktu itu masih disusuinya ke satu tempat dekat Ka’bah pada lokasi Zam-zam, tempat tertinggi di dalam sebuah tempat beribadah. Di hari-hari itu tidak ada seorang pun yang tinggal di Mekkah dan air pun tidak ada. Maka Ibrahim mendudukan mereka di sana dan meletakkan dekat mereka sebuah kantung dari kulit yang berisi beberapa buah kurma dan sebuah kantong berisi air, dan kemudian ia pun berangkat pulang.

Ibunya Ismail mengejarnya sambil mengatakan: “Hai Ibrahim! Mau pergi kemana engkau itu, meninggalkan kami di bukit ini, yang di mana tidak ada seorang pun yang menemani kami di sini supaya kami bisa merasa senang, dan tidak ada sesuatu apa pun yang dapat menyenangkan kami?” Ia mengulangi kepadanya beberapa kali, tetapi Ibrahim tidak menengok ke belakang kepadanya.

Kemudian Hajar bertanya: “Apakah Allah yang memerintahkannya kepadamu?’” Ibrahim menjawab: “Ya.”
Hajar berkata: “Kalau begitu Dia tidak akan menelantarkan kami.” Dan Hajar pun kembali, sementara Ibrahim meneruskan perjalanannya, dan ketika sampai di tempat Thaniya, di mana keduanya tidak akan dapat melihat Ibrahim, ia menghadap ke Ka’bah, dan mengangkat kedua tangannya, memohon kepada Allah dengan mengucapkan doa ini:
“Ya Tuhan kami! Saya sudah menempatkan sebagian dari keturunanku bertempat tinggal di sebuah bukit yang tidak ada tumbuh-tumbuhannya, demi Rumah Suci-Mu (Ka’bah di Mekkah) yang dihormati, Ya Tuhan kami, semoga mereka dapat melakukan Iqamat-as-Salat, maka turunkanlah di dalam hati di antara orang-orang dengan kecintaan terhadap mereka, dan (Ya Allah) sediakanlah mereka dengan buah-buahan sehingga mereka bisa bersyukur. (QS 14:37).

Ibunya Ismail terus menyusui Ismail dan meminum air yang ia punyai. Ketika air di dalam tempat airnya sudah ia habiskan maka ia menjadi haus dan anaknya pun merasa haus. Ia mulai memandang kepadanya, kepada Ismail melemparkan kepedihan penderitaannya; ia meninggalkannya karena tidak tahan untuk memandang kepadanya, dan mendapatkan bahwa Bukit As-Safa adalah bukit yang terdekat kepadanya di tanah tersebut. Ia berdiri di atasnya dan mulai memandang dengan tajamnya ke arah lembah barangkali ia dapat melihat seseorang tetapi ia tidak melihat seorang pun di sana.

Kemudian ia turun dari As-Safa dan ketika sampai di lembah ia melipat gaunnya ke atas dan berlari-lari di lembah ini seperti orang yang dalam keadaan susah dan mendapatkan kesulitan, sampai ia melewati lembah tersebut dan tiba di Bukit Al-Marwah, di mana ia berdiri dan melihat-lihat dengan harapan ia dapat melihat seseorang, tetapi ia pun tidak melihatnya seorang pun. Ia mengulanginya sebanyak tujuh kali, berlari antara As-Safa dan Al-Marwah. Ibnu Abbas mengatakan: “Dari sinilah asalnya tradisi melakukan Sa’i itu atau berjalan dari orang-orang di antara kedua bukit tersebut. Ketika ia tiba di Al-Marwah pada yang terakhir kalinya ia mendengar satu suara dan ia pun meminta dirinya supaya berdiam diri dan mendengarkannya dengan penuh perhatian.

Ia mendengar lagi suara itu dan ia berkata: “Hai, siapa pun juga di sana! Engkau yang telah membuat saya mendengar suaramu; apakah engkau punya sesuatu untuk menolongku?” Dan lihatlah! Ia melihat satu wujud malaikat di lokasi Zam-zam, menggali tanah dengan tumitnya atau sayapnya, sampai air keluar dan mengalir dari tempat tersebut. Hajar mulai membuat sesuatu yang menyerupai sebuah kolam pada sekelilingnya, dengan menggunakan tangannya dan dengan cara ini, ia pun mulai mengisi kantong airnya dengan menciduk pakai tangannya, dan airnya pun mengalir ke luar setelahnya dia menciduk air tersebut.

Semoga Allah Taala memberikan rahmat belas kasihan kepada Ibundanya Ismail! Ia telah membiarkan Zam-zam mengalir dengan tanpa mengendalikannya, atau tanpa menciduknya air tersebut, untuk mengisi kantung airnya, Zam-zam akan merupakan sebuah aliran air yang mengalir di permukaan bumi. Kemudian ia meminum air tersebut dan menyusui anaknya. Malaikat itu berkata kepadanya: “Jangan merasa takut untuk ditelantarkan, karena ini adalah Rumah Allah yang akan dibangun oleh anak laki-laki ini dan Bapaknya, dan Allah tidak akan menelantarkan orang-orang-Nya.”

Pada waktu itu Rumah yaitu Ka’bah ini terletak di suatu tempat yang tinggi yang menyerupai sebuah bukit kecil, dan jika datang angin badai, bangunan ini bergoyang ke kanan dan ke kiri. Ia tinggal dengan cara demikian sampai orang-orang dari suku Jurhum atau satu keluarga dari Jurhum melewati dia dan anaknya, yaitu ketika orang-orang Jurhum ini datang dengan melalui jalan dari Kada. Mereka tiba di bagian yang rendah dari Mekkah di mana mereka melihat burung yang mempunyai kebiasaan untuk terbang berputar-putar di sekitar air dan tidak meninggalkan tempat itu.

Mereka mengatakan: “Burung ini mestinya terbang di sekitar air, walaupun kami itu tahu bahwa di lembah ini tidak terdapat air.” Mereka mengirimkan satu dua orang utusan yang menemukan asal atau sumber dari air tersebut, mereka kembali dan memberitahukannya kepada mereka tentang air tersebut. Maka semua mereka itu datang ke tempat air.

Ketika itu Ibunya Ismail sedang duduk di dekat air. Mereka bertanya kepadanya: ‘Bolehkah kami tinggal beserta engkau?’ Ia menjawab: ‘Ya, tetapi kalian tidak punya hak untuk memiliki air ini, kecuali mengambil untuk meminumnya.” Mereka pun setuju.

Selanjutnya Ibundanya Ismail merasa senang dengan keadaan tersebut karena ia biasa menyenangi dan merasa senang untuk berkumpul bersama orang-orang. Jadi mereka pun bertempat tinggal di sana. Anak ini, Ismail tumbuh menjadi besar dan belajar bahasa Arab dari mereka dan dengan kebajikannya itu membuat mereka mencintai dan mengaguminya dan ketika ia menginjak dewasa mereka pun mengawinkannya dengan seorang perempuan di antara mereka.

Setelah ibunya Ismail meninggal, Ibrahim datang, yaitu setelahnya pernikahan Ismail, dengan maksud untuk melihat keadaan keluarganya yang ia tinggalkan sebelumnya, tetapi ia tidak berjumpa dengan Ismail di sana. Ketika ia bertanya kepada isterinya Ismail tentang dia, ia menjawab: “Ia sedang pergi untuk mencari bekal penghidupan kami.”

Kemudian Ibrahim bertanya kepadanya tentang cara hidup dan keadaan mereka ia menjawab: “Kami hidup dalam keadaan sengsara; kami hidup di dalam kesukaran dan kemiskinan,” mengeluhkan kepadanya. Ibrahim berkata: ‘Jika suamimu kembali sampaikanlah salaam saya kepadanya dan katakanlah kepadanya untuk mengganti anak tangga dari pintu gerbang rumahnya.

Ketika Ismail datang, ia nampaknya merasakan sesuatu yang tidak biasanya, maka ia bertanya kepada isterinya: “Apakah ada orang yang mengunjungimu?” Ia menjawab: “Ya, seorang orang tua yang tampangnya begini begitu dan menanyakan kepadaku tentang engkau dan saya beritahukan kepadanya, dan ia bertanya tentang keadaan kehidupan kita, dan saya katakan kepadanya bahwa kami hidup dalam kesukaran dan kemiskinan.” Atas itu Ismail berkata: “Apakah ia menasihatkan sesuatu kepadamu?” Ia menjawab: “Ya, ia mengatakan kepadaku untuk menyampaikan salaam daripadanya untukmu dan untuk mengatakan kepadamu agar mengganti anak tangga dari pintu gerbang.” Ismail mengatakan: “Itulah bapakku, dan ia memerintahkan kepadaku untuk menceraikanmu. Kembalilah kepada keluargamu.”
Jadi Ismail menceraikan dia dan kawin lagi dengan perempuan lain di antara mereka dari suku Jurhum.

Kemudian Ibrahim menjauh dari mereka untuk satu jangka waktu selama yang Allah kehendaki dan mengunjungi mereka kembali tetapi tidak dapat berjumpa dengan Ismail. Maka ia datang kepada isterinya Ismail dan bertanya kepadanya tentang Ismail. Isterinya mengatakan: “Ia sedang pergi mencari bekal penghidupan kami.” Ibrahim bertanya kepadanya: “Bagaimana kalian menjalani kehidupanmu?” Ibrahim menanyakan kepadanya tentang perbekalan dan kehidupannya. Ia menjawab: “Kami makmur dan kaya dengan memiliki sangat banyak segala keperluannya.” Kemudian Ibrahim bersyukur kepada Allah.

Ibrahim mengatakan: “Makanan apa yang kalian makan?” Ia menjawab: “Daging.” karena Ismail pandai memanah dan suka berburu. Ibrahim mengatakan: “Apa yang kamu minum?” Ia menjawab: “Air.” Ibrahim mengatakan: “Ya Allah! Berkatilah daging dan air mereka.” Pada waktu itu mereka belum mempunyai bulir-buliran, dan jika mereka sudah mempunyai bulir gandum dan padi, maka tentu ia pun akan juga memanjatkan doa kepada Allah untuk memberkatinya. Jika seseorang itu hanya mempunyai bekal makanan dengan dua macam ini saja, yaitu hanya daging dan air, maka akibatnya akan buruklah kesehatan dan wataknya, kecuali jika ia itu hidup dan tinggal di Mekkah.

Kemudian Ibrahim mengatakan kepada isterinya Ismail: “Jika suamimu datang sampaikanlah salaam saya kepadanya dan katakanlah kepadanya agar ia mempertahankan kuat-kuat anak tangga pintu gerbangnya.” Ketika Ismail pulang, ia bertanya kepada isterinya: ”Apakah ada seseorang yang datang kepadamu?” Ia menjawab: “Ya, seorang tua yang tampan datang kepadaku.”, jadi ia itu memujinya dan menambahkan: “Ia bertanya tentang kamu dan saya memberitahukannya, dan ia bertanya tentang kehidupan kita dan saya katakan kepadanya bahwa kami dalam keadaan baik-baik.” Ismail menanyakan kepadanya: “Apakah ia memberikan sesuatu nasihat?” Ia menjawab: “Ya, ia mengatakan kepadaku untuk menyampaikan salaamnya kepadamu dan memerintahkan agar mempertahankan kuat-kuat anak tangga pintu gerbangmu.” Atas itu Ismail mengatakan: “Itulah dia Bapak-ku, dan engkaulah anak tangga pintu gerbang itu. Ia memerintahkan kepadaku agar tetap mempertahankan engkau bersamaku.”

Kemudian Ibrahim menjauh dari mereka untuk jangka waktu yang lama selama Allah menghendaki, dan mengunjungi mereka di kemudian hari. Ia melihat Ismail berada di bawah sebuah pohon dekat Zam-zam sedang mengasah anak panahnya. Ketika Ismail melihat Ibrahim, ia pun bangkit untuk menyambutnya di mana mereka berpelukan satu sama lain sebagaimana seorang ayah dengan anaknya atau seorang anak terhadap ayahnya. Ibrahim bekata: “Ya Ismail! Allah telah memberikan kepadaku sebuah perintah.” Ismail mengatakan: “Saya akan menolong engkau.”

Ibrahim mengatakan: “Allah telah memerintahkan kepadaku untuk membangun sebuah rumah di sini.” Seraya menunjuk pada satu tempat seperti bukit yang letaknya lebih tinggi dari tanah di sekitarnya.

Mereka membangun fundasi dari Rumah tersebut yaitu Ka’bah. Ismail yang mengambil batu-batu dan Ibrahim yang membangunnya, dan ketika dindingnya sudah menjadi tinggi, Ismail membawa batu ini. Batu yang ini masih tersimpan dengan baik di Mesjid Suci di Mekkah dan diletakkan antara Ka’bah dan Zam-zam, di mana orang dapat melihat bekas jejak kaki Ibrahim di atasnya yang ia letakkan untuk Ibrahim sehingga dapat berdiri di atasnya untuk melanjutkan pembangunannya, sementara Ismail memberikan batu-batu kepadanya, dan kedua mereka itu mengatakan: “Ya Tuhan kami! Terimalah amal dari kami ini, sesungguhnya Engkau-lah Maha Mendengar, Maha Mengetahui”. Kemudian mereka berdua meneruskan pembangunannya dan berjalan mengelilingi Ka’bah dengan mengucapkan doa: “Rabbanaa taqabbal minnaa innaka antas samii’ul ‘aliim.” itu (QS 2:127)

Kemudian, dari istrinya yang pertama juga, Sarah, lahirlah Nabi Ishaq a.s. sekitar tahun 1900 S.M. yaitu ketika Nabi Ibrahim a.s. sudah berumur 100 tahun. Nabi Ishaq tinggal di Palestina dan menjadi nenek-moyang orang-orang Yahudi. Selanjutnya Nabi Ya’cub a.s. (1837 SM) adalah adalah anak dari Nabi Ishaq a.s. Keturunan berikutnya, yaitu Nabi Yusuf a.s. (1745 SM) dan Bun-yamin adalah dua anak dari Nabi Ya’cub dengan ibunya bernama Rakhel, selain 10 anak-anak Nabi Ya’cub dari istri-istrinya yang lain, dan yang paling terbesar bernama Yehuda.

Sedangkan keturunan dari Nabi Ismail a.s. adalah seorang Nabi Agung, yaitu Yang Mulia Nabi Muhammad, Rasulullah saw., Khataman Nabiyyiiin, lahir tanggal 12 Rabi’ul Awwal pada tahun Gajah atau tahun 570/571 Masehi ?



Mersela, 24-3-3008

Tidak ada komentar: